Sunday 25 March 2012

Siapakah Pewaris Bumi?

Sungguh…. Bumi kita sangat luas, terbentang tak terhingga, kaya dan melimpah ruah, seolah tanpa batas. Banyak karunia yang telah Allah Swt. sebarkan di atas dan di dalamnya. Berapa pun jumlah makhluk yang ada di atas dan di dalamnya, sudah Allah jamin rizkinya. Tak satu pun makhluk yang Dia biarkan terlantar, hidup tanpa karunia.
Semua karunia telah Dia tebarkan dan tanam. Ditebarkan di atas permukaan bumi, dan ditanam di dalam perutnya. Semua yang hidup di muka bumi, atau di dalam perutnya, juga yang hidup di dalam samudera yang menggenanginya, telah Dia fasilitasi dengan berbagai anugerah yang tak terkira…
Wa maa min daabbatin fi al-ardhi illaa `alallaahi rizquha…” Tidak satu pun makhluk melata di bumi kecuali telah Allah jamin rizkinya…”, demikian firman Tuhan dalam Al-Quran (QS Hud, 11:6).
Jika setiap makhluk di bumi ini telah dijamin rizkinya, maka siapa pun tidak perlu cemas hidup kelaparan, tidak perlu khawatir mati karena tidak bisa makan… Sebab, rizki Allah ada di mana-mana, dan bumi-Nya sangat luas, “Yaa `ibaadiyalladziina aamanuu inna ardhii waasi`ah… …” –Wahai para hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas…
(QS al-Ankabut, 29:56)
Rizki-Nya ibarat sebuah hidangan di atas meja makan yang sangat besar, yang berisi berbagai jenis makanan… Bagaimana seseorang bisa menikmati hidangan itu? Tentu saja, ia harus mendekati meja makan itu, berusaha menuju ke tempatnya, dan berusaha mengambilnya. Sekalipun hidangan itu lezat dan sangat banyak, tentu saja semua hidangan itu takkan datang sendiri dan masuk ke mulut seseorang itu. Jika ia ingin menikmati hidangan itu, ia harus bergerak dan berusaha mengambilnya dari atas meja makan. Jika tidak, ia akan tetap tidak bisa menikmatinya, walaupun sedikit saja… Diam itulah yang membuatnya lapar, atau kelaparan.
Jadi, rizki Allah harus dijemput, diusahakan, diambil. Bukan ditunggu...!!!
Lalu siapakah pewaris bumi ini dengan segala kekayaan dan anugerahnya yang melimpah?
Allah Swt. –sebagai Pemilik dan Penguasa langit dan bumi– menjawabnya, “Sesungguhnya bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang salih...” (QS al-Anbiya, 21:105)
Alhasil, orang-orang salihlah pewaris kekayaan bumi ini. Merekalah yang berhak dan harus mengurus, mengelola, dan menikmati bumi.
Begitulah doktrin teologisnya: bahwa orang-orang salih adalah pewaris bumi dan kekayaannya.
Dan ketika sekarang “orang-orang salih” nampaknya tidak dalam kondisi sebagai orang-orang yang menikmati kekayaan bumi, itu berarti ada sesuatu yang salah… Secara teoritis –menurut Al-Quran– “Orang salih harus mewarisi bumi”. Doktrin ini sangat jelas dan lugas. Namun doktrin ini takkan bermakna apa-apa jika tidak diusahakan secara idologis.
Oleh sebab itu, orang-orang yang berusaha untuk hidup dalam kesalihan, kebaikan dan ketaatan kepada Allah; orang-orang yang tidak mau melanggar perintah dan mengabaikan tuntunan-Nya, harus bisa meraih anugerah kekayaan bumi yang telah Allah wariskan kepada mereka. Dan untuk itu, mereka harus berusaha…. Dalam bahasa sekarang, MEREKA HARUS BERBISNIS….!!!!
Orang-orang yang menjalani kesalihan hidup, harus berbisnis, berwirausaha, harus memiliki mindset dan aksi entrepreneurial… Menerima gaji yang bersifat fixed income, bukan berarti menghalangi seseorang untuk berwirausaha, mencari fadhlun minallaah (karunia dari Allah) dengan tidak terbatas dan dibatasi…
Mereka harus mengerahkan segenap kemampuan agar mereka memang layak disebut sebagai para pewaris bumi ini. Baik orang yang “gajian” maupun yang “bebas”, tetap bisa bertindak entrepeneurial… Sebab, tindakan itulah yang memberi ruang lebih bebas bagi seseorang untuk meraih karunia Allah lebih tidak terbatas dan tidak dibatasi oleh orang lain…. Hanya saja, pilihan dan tindakan ini pasti memerlukan kesabaran dan waktu. Karena, setiap kesuksesan jelas memiliki jalannya sendiri, dan juga waktunya sendiri.
UMAT ISLAM YANG SALIH adalah PEWARIS BUMI DAN KEKAYAANNYA….
Doktrin ini tidak boleh hanya sebatas doktrin; ia harus menjadi ideologi yang menggerakkan kita semua, umat Islam….
Tinggal kita ketahui dan cermati, apa yang dimaksud “orang-orang salih” yang disebut Al-Quran sebagai para pewaris bumi itu?
Semoga lain kali kita bisa membahasnya lagi secara khusus….
Bandung, 2 April 2010
Ashoff Murtadha

Mana Yang Kaupilih: Kepemilikan Legal, atau Kepemilikan Fungsional?

Seorang sahabat menceritakan:
Ada seorang kaya memiliki rumah besar. Tetapi ia tidak mendiami dan menikmatinya, karena itu bukan satu-satunya rumah yang ia miliki. Untuk perawatannya, ia menyuruh Mang Ocid untuk mengurusnya… Semua keperluan rumah, termasuk jika ada kerusakan, Mang Ocidlah yang diberi kewenangan untuk mengatasinya… Tentu saja, atas biaya si kaya tadi…
Orang kaya tersebut tetap harus memenuhi seluruh biaya dan risiko yang dituntut oleh rumah miliknya.. Padahal ia sendiri tidak bisa menikmatinya.. Ia memiliki tetapi tidak menikmati… Dalam catatan administratif, rumah itu adalah miliknya.. Tetapi fungsinya justru dinikmati orang lain…
Bagaimana dengan Mang Ocid…? Selain bisa meninggali rumah yang mewah, besar dan nyaman (yang takkan mungkin bisa ia beli), ia bahkan digaji oleh si kaya tersebut 1,5 juta per bulan… Ia bukan hanya menikmati fungsi rumah, tetapi bahkan dibayar cukup mahal setiap bulan… Ia tidak perlu bekerja lain untuk menghidupi diri dan keluarganya… Dalam catatan tertulis, Mang Ocid bukanah pemilik rumah megah itu… Namun justru dialah penikmatnya.. Ia menikmati fungsi rumah dan dibayar, sekalipun legalitasnya dimiliki orang lain…
Dalam istilah Agus Efendi (Master Trainer SuperMotivasi ATC – Achivement Technology Center), si kaya itu hanyalah pemilik legal, sedangkan Mang Ocid adalah pemilik fungsional… Banyak orang yang menggenggam kepemilikan legal, namun mereka tidak bisa menikmati dan menguasainya secara fungsional… Mereka bernafsu untuk membeli dan memiliki, sekalipun mereka tidak bisa menikmati… Apakah kausebut mereka ini orang-orang beruntung…?
Sebaliknya, banyak orang yang tidak tercatat sebagai pemilik legal dari suatu properti atau kekayaan apa pun… Namun mereka adalah penikmat langsung dari sejumlah kekayaan yang mereka kelola… Sekalipun mereka tidak membeli dan memiliki, tetapi mereka menguasai dan menikmati, bahkan dibayar memadai…. Apakah kausebut mereka orang-orang malang karena tidak bisa membeli dan memiliki…?
Orang kaya di atas tidak bisa menikmati kekayaannya, tetapi harus selalu menunaikan semua risiko yang dituntut oleh kekayaannya, dan akhirnya akan dimintai pertanggungjawaban atas kekayaan yang tidak ia nikmati….
Enakan juga Mang Ocid …!!!
Dan agaknya di tengah kerumunan besar orang-orang yang bernafsu ingin menjadi kaya (yang filosofinya adalah memiliki dan memiliki), maka mungkin perlu juga dibangun kesadaran publik untuk menjadi BARISAN MANG OCID sebanyak mungkin… Sebab, tanpa banyak Mang Ocid, kekayaan yang harus melahirkan manfaat yang sebesar-besarnya itu, akan sia-sia dan segera punah…
Apalagi jika figur Mang Ocid itu tidak saja berjumlah banyak, tetapi mampu menjadi PENIKMAT YANG PRODUKTIF DAN MEMPERBESAR NILAI….
Maka, manakah yang hendak kaupilih: kepemilikan legal, ataukah kepemilikan fungsional…?
Bandung, 14 Januari 2011
Ashoff Murtadha

Setiap Kesuksesan Memiliki Jalannya Sendiri

etiap kesuksesan memiliki jalannya sendiri. Dan jalan sukses setiap orang tidak selalu sama dengan yang lainnya. Selagi ia meniti jalan sukses yang tepat, dan ia terus berjalan di atasnya, tidak menyimpang, atau tidak berbalik arah, maka ia pasti akan sampai pada kesuksesan yang ia tuju.  Man saara `ala al-darbi washala… (barangsiapa berjalan di atas jalan, maka ia akan sampai)....

Yang membedakannya dari orang-orang lainnya adalah apakah ia akan sampai lebih cepat, atau lebih lambat.  Dan ini masalah tehnis yang harus diatasi…

Jadi, seseorang tidak perlu cemas bila ia belum meraih sukses. Yang harus ia cemaskan adalah bila ia salah meniti jalan. Ia harus memastikan sejak awal bahwa jalan yang dititinya itu benar dan tepat. Secepat apa pun ia berjalan, jika jalan yang ia pilih adalah salah, maka selamanya ia takkan pernah sampai pada tujuan sukses.
Namun, bila jalan yang ia ambil adalah benar, dan ia terus berjalan di atasnya, terus dan terus berjalan…. maka sekalipun terlambat, ia akan tetap sampai juga…. Tidak perlu ia pedulikan apa kata orang dan apa peniliaian mereka.. Yan harus ia pedulikan adalah bagaimana terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas dalam perjalanannya….
Setiap kesuksesan memiliki jalannya sendiri. Sebuah jalan yang mengantarkan seseorang pada sebuah kesuksesan, belum tentu bisa mengantarkannya pada sebuah kesuksesan yang lain. Mungkin sebagian ruas jalan itu ada yang sama-sama bisa mengantarkan orang tersebut pada beberapa kesuksesan. Seperti halnya sebuah ruas jalan tol bisa mengantarkan seseorang menuju ke beberapa kota tujuan. Namun pada ruas-ruas jalan berikutnya, setiap kota memiliki jalurnya sendiri agar seseorang bisa sampai kepadanya.
Ada TIGA TIPE orang berkenaan dengan sukses:
Pertama, bila seseorang menuju TARGET SUKSES-nya dengan kecepatan tinggi, tancap gas tinggi-tinggi, dengan tingkat konsentrasi yang baik, dengan perhatian yang fokus dan utuh, dengan target waktu yang direncanakan…. Maka ia akan segera sampai lebih awal –ia akan mengalahkan banyak orang-orang lain, bukan saja orang-orang yang berangkat sama dalam satu titik start bersamanya, tetapi juga ia akan menyalip orang-orang yang telah lebih dahulu berangkat di depannya.
Ketika ia telah sampai pada target itulah, orang-orang menyebutnya sukses. Karenanya definisi sukses adalah sebuah kondisi ketika seseorang telah sampai pada tujuannya. Inilah ORANG SUKSES VISIONER… Orang yang mencapai sukses dengan berbekal rencana dan target… Orang seperti ini SANGAT LANGKA, tetapi tetap ada di tengah-tengah kita. Dan siapa pun, termasuk kita, berhak untuk menjadi ORANG UNGGUL ini..
Kedua, bila ia menuju TARGET SUKSES itu dengan cara berjalan yang pelan, kecepatan yang sedang-sedang saja, tancap gas yang rata-rata, maka tentu ia sampai di tujuan sukses dengan terlambat. Ia akan tetap sampai di tujuan, asal ia terus berjalan, tidak berhenti dan menghentikan perjalanannya. Namun ia telah didahului oleh banyak orang –baik oleh orang-orang yang berangkat lebih dulu darinya, maupun oleh orang-orang yang menyalipnya dari belakang…
Pada saat masyarakat melihatnya belum sampai juga di tempat tujuan, maka mereka akan menyebutnya gagal. Jadi, kegagalan adalah ketika seseorang belum sampai di tujuannya. Namun sejujurnya orang itu bukanlah orang gagal… ia hanya orang yang terlambat sukses. Untuk orang seperti inilah berlaku pepatah “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.” Tipe orang seperti ini adalah tipe ORANG SUKSES YANG TERLAMBAT… Jumlah orang ini banyak sekali… Kita bisa menemukannya di dekat kita –atau jangan-jangan orang itu adalah kita sendiri..
Ketiga, bila seseorang menuju tempat itu dengan kecepatan di bawah rata-rata, menarik gas yang sekadar asal kendaraan tetap bisa beranjak dari tempat semula, lalu berhenti-berhenti, atau mampir sana mampir sini…. Ketika ada yang menarik hatinya di perjalanan, ia berhenti, melihat-lihat, kemudian asyik di perhentiannya itu… Maka, orang seperti ini sangat diragukan untuk bisa sampai di tujuannya. Tidak ada jaminan baginya untuk tetap berkeinginan melanjutkan perjalanan sukses.
Mungkin karena banyak berhenti, atau mampir kiri kanan, sehingga terlena, maka ia sudah tidak lagi bersemangat untuk bisa sampai di tujuannya… atau jangan-jangan ia malah sudah melupakannya sebagai sebuah kejaran dalam hidup yang tersisa… Mungkin ia sudah menetapkan dalam hati bahwa sukses bukan lagi jalan hidupnya, bukan takdir yang harus ia pilih, bukan kenyataan yang harus ia perjuangkan… Ia mungkin akan kembali ke tempat sebelum ia berangkat… atau menetap di tempat ia berhenti yang boleh jadi lebih buruk dari tempat ia memulai perjalanan.
Orang ini adalah ORANG SUKSES YANG TIDAK JADI. Da inilah THE REAL LOSER, pecundang yang sesungguhnya. Inilah pula yang disebut dengan ORANG GAGAL. Kegagalan adalah menghentikan perjalanan menuju target sukses… Dan orang tipe ini tentu jauh lebih banyak lagi dari tipe kedua…..
Akan tetapi, JANGAN REMEHKAN orang gagal, orang yang ada pada kondisi tipe ketiga ini… Dunia tidak ada yang abadi…. Dunia terus bergerak…. Jika mindset-nya telah berubah positif, jika kesadarannya telah pulih kembali, jika semangat suksesnya kembali menggelora dan membakar… Maka, ia bukan saja dapat meraih suksesnya (walau terlambat), melainkan ia bisa menyalip orang-orang yang sebelumnya ada pada tipe kedua…
Lalu… di manakah posisi kita???
Yang jelas, TETAPLAH PADA JALAN SUKSES… JALUR SUKSES…
Terus berjalan di atasnya, dan selalu mempersiapkan diri lebih baik agar siap tancap gas tinggi, sehingga segera sampai di tujuan….
Tetap BERTEKAD dan BERJUANG, suatu saat kita akan meraih dan menikmatinya…. Bi`aunillah…
Adalah tidak dibenarkan bila seseorang yang baru belajar mengemudi kendaraan, lalu ia berjalan di atas jalan raya untuk jalur cepat, dan ia tancap gas tinggi-tinggi… Tindakan tersebut berdampak pada resiko kecelakaan yang membahayakan dirinya dan orang lain di dekatnya. Orang seperti itu seharusnya melalui jalan biasa yang tidak rawan kecelakaan. Untuk sementara ia cukup berada di jalur lambat. Manakala ia telah siap, kecakapannya meningkat, memiliki ketangkasan dan keterlatihan mengemudi yang mumpuni, barulah ia melintasi jalan raya…
Setiap kesuksesan memiliki jalannya sendiri…
Ia juga memiliki waktunya sendiri….
Dan kita harus bersabar mengelola visi sukses kita… Bersabar artinya bersiap hidup prihatin… Bersabar untuk tidak terganggu oleh pandangan orang-orang yang melihat kita dengan keraguan (atau mungkin ledekan dan cemoohan)… Dan bersabar untuk terus berupaya mewujudkan sukses yang sudah kita rencanakan, dan kita visikan….
Idzaa faraghta fanshab…. –jika sudah luang, teruskan bekerja keras….
Kamis 6 Mei 2010
Ashoff Murtadha

“Genggamlah Kekayaan…”

Apakah engkau ingin MENJADI kaya…?
Jika engkau belum mencapai keinginan itu, sebaiknya mempertimbangkan lagi keinginan itu, apakah akan engkau perjuangkan atau tidak… atau mungkin sebaiknya engkau akan mengubahnya menjadi keinginan yang jauh lebih baik…
Namun jika sekarang engkau sudah mencapainya, dan saat ini tengah MENJADI orang kaya, maka sangat boleh jadi kekayaanmu kini sedang melilit diri dan kesadaranmu…
Tubuhmu mungkin tengah senang menikmati sejumlah kemudahan hidup yang tidak bisa dinikmati oleh kebanyakan orang yang tidak kaya sepertimu… Tetapi jiwa dan hatimu sangat mungkin kini tengah dibelit dan ditawan oleh kekayaan yang akan menghempaskanmu dan orang-orang terdekatmu suatu saat…
Maka berusahalah segera untuk melepaskan diri dari lilitan yang menyesakkan itu… Dan coba pertimbangkan, mungkin sebaiknya engkau mengubah caramu memandang kekayaan…
Kekayaan itu jelas tidak buruk… bahkan sesungguhnya ia baik, karena Allah pun adalah Zat Yang Mahakaya…
Namun, caramu melihat dan memperlakukan kekayaan itulah yang bisa membuat kekayaanmu tidak memberimu manfaat selain keburukan dan kehancuran …
Maka…
Daripada “Aku ingin MENJADI orang kaya,” mungkin sebaiknya diganti menjadi, “Aku ingin MENGGENGGAM kekayaan….” Dan engkau harus berjuang untuk bisa menggenggamnya benar-benar…
Kekayaan cukup engkau genggam, dan tidak perlu kaujadikan ia bagian dari dirimu… Menggenggam kekayaan berarti menjadikannya alat bagi tujuan yang hendak kaucapai… sehingga kekayaan itu tidak pernah masuk dalam jiwamu, menjadi bagian dari dirimu, tidak menawan hati dan kesadaranmu… Engkau bisa menikmatinya, tapi tidak perlu kaujadikan ia bagian dari dirimu…
Menggenggam kekayaan bisa berarti suatu saat engkau membawanya ke tempat-tempat terdekatmu, atau berupa aset-aset yang tercatat sebagai kepemlikanmu… tetapi juga bisa berarti engkau bisa mengendalikan, mengatur dan menikmatinya, tanpa harus memilikinya … Sebagaimana engkau bisa mengendarai dan menikmati mobil mewah dan nyaman tanpa harus engkau membelinya…
Engkau bisa mengendalikan dan mengelola kekayaan di mana-mana yang bisa kaujangkau, tanpa engkau harus menjadikannya dalam status kepemilikan… Dan itulah kekayaan yang takkan membuat hatimu tertawan, dan kesadaranmu tertahan….
MENGGENGGAM kekayaan, berbeda dengan MENJADI kaya…!
Engkau tidak perlu menjadi kaya, karena yang kaya hanya DIA satu-satunya…
Tentang kekayaan… engkau hanya perlu menikmatinya…
Dan menikmati tidak harus mempunyai…!
Menguasai bukan berarti harus memiliki….!
Agar engkau bebas membebaskan…!!
Semoga…!!!

Perjuangkan Kebaikan Hidup dengan Gagah Berani

Kebaikan kualitas hidup harus kauperjuangkan dengan gagah berani… harus kauupayakan dengan percaya diri…!!!
Sikap minder hanya akan membuat hidupmu terus memburuk… Sehingga kebaikan yang kauharapkan, akan menjadi keburukan yang kaudapatkan…
Maka, jika mereka sangat pede berbuat buruk, mengapa engkau minder berbuat baik….?! Jika mereka sangat berani menghancurkan, mengapa engkau takut membangun…?! Jika mereka sangat gagah dan mantap menyebarkan kesulitan bagi orang, mengapa engkau loyo dan ragu memproduksi kemudahan bagi mereka…?!

Keberanian, kepercayaan diri, keyakinan diri, kemantapan hati, adalah nilai-nilai yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang baik… Sayangnya, tidak sedikit orang buruk yang justru telah memanfaatkan nilai-nilai itu untuk memberhasilkan keburukan mereka, justru saat orang-orang baik belum mengerti manfaatnya bagi mereka…
Maka, perjuangkan kebaikan hidup dengan percaya diri dan gagah berani…!
Bandung, 8 Pebruari 2011
Ashoff Murtadha

Saturday 24 March 2012

FATWA MUI TENTANG PERAYAAN NATAL BERSAMA

PERAYAAN NATAL
BERSAMA


بسم الله الرحمن الرحيم
Dewan pimpinan Majlis Ulama Indonesia, Setelah:
Memperhatikan:
  • Perayaan Natal Bersama pada akhir-akhir ini disalah artikan oleh sebagian Ummat Islam dan disangka dengan Ummat Islam merayakan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW.
  • Karena salah pengertian tersebut ada sebagian orang Islam yang ikut dalam perayaan Natal dan duduk dalam kepanitiaan Natal.
  • Perayaan Natal bagi orang-orang Kristen adalah merupakan ibadah
Menimbang:
  • Ummat Islam perlu mendapat petunjuk yang jelas tentang Perayaan Natal Bersama
  • Ummat Islam agar tidak mencampur adukan aqidah dan ibadahnya dengan aqidah dan ibadah agama lain.
  • Ummat Islam harus berusaha untuk menambah Iman dan Taqwanya kepada Allah SWT
  • Tanpa mengurangi usaha Ummat Islam dalam kerukunan antar Ummat Beragama di Indonesia
Meneliti Kembali:
Ajaran-ajaran Agama Islam, antara lain:
A. Bahwa Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan Ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan, berdasarkan atas :
  • Al-Qur’an Surat al Hujurat ayat 13
    Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. 49:13)
  • Al-Qur’an surat lukman ayat : 15
    Artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 31:15)
  • Al-Qur’an surat Mumtahanah ayat 8
    Artinya, “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. 60:8)
B.Bahwa Ummat Islam tidal boleh mencampuradukan aqidah dan peribadatan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain berdasarkan:
  • Al-Qur’an surat al-Kafirun: ayat 1-6
    Artinya, “Katakanlah:”Hai orang-orang kafir!” (QS. 109:1)
    “aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.” (QS. 109:2)
    “Dan kamu bukan penyembah Ilah yang aku sembah.” (QS. 109:3)
    “Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah (QS. 109:4)
    “dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Ilah yang aku sembah.” (QS. 109:5)
    “Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku.” (QS. 109:6)
  • Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat: 42
    Artinya, ”Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.” (QS. 2:42)
C.Bahwa Ummat Islam harus mengakui kenabian dan kerasulan Isa Al Masih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para nabi dan Rasul yang lain, berdasarkan atas :
  • Al-Qur’an surat Maryam ayat : 30-32
    Artinya, “Berkata Isa:”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia manjadikan aku seorang nabi.” (QS. 19:30)
    “dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.” (QS. 19:31)
    “dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. 19:32)
  • Al-Qur’an surat al Maidah ayat : 75
    Artinya, “Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).” (QS. 5:75)
  • Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat: 285
    Artinya, “Rasul telah beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):”Kami tidak membeda-bedakan antara seserangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan:”Kami dengar dan kami ta’at”. (Mereka berdoa):”Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS. 2:285)
D.Bahwa barangsiapa berkeyakinan Bahwa Tuhan itu lebih dari Satu, Tuhan itu mempunyai anak, Isa al Masih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik, berdasarkan atas:
  • Al-Qur’an surat al Maidah ayat: 72
    Artinya, “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah ialah Al-Masih putera Maryam”, padahal Al-Masih (sendiri) berkata:”Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. 5:72)
  • Al-Qur’an surat al Maidah ayat: 73
    Artinya, “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:”Bahwanya Allah salah satu dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.” (QS. 5:73)
  • Al-Qur’an surat at Taubah ayat: 30
    Artinya, “Orang-orang Yahudi berkata:”Uzair itu putera Allah” dan orang-orang Nasrani berkata:”Al-Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dila’nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling.” (QS. 9:30)
E.Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya, agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab “ Tidak”: Hal itu berdasarkan atas:
Al-Qur’an surat al Maidah ayat: 116-118
Artinya, “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman:”Hai ‘Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:”Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Ilah selain Allah”. ‘Isa menjawab:”Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engaku telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.” (QS. 5:116)
“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:”Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu”, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Meyaksikan atas segala sesuatu.” (QS. 5:117)
“Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. 5:118)
F.Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu, berdasarkan atas: al-Qur’an surat al Ikhlas ayat: 1-4
Artinya, “Katakanlah:”Dialah Allah, Yang Maha Esa.” (QS. 112:1)
“Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.” (QS. 112:2)
“Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan.” (QS. 112:3)
“dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.” (QS. 112:4)
G.Islam mengajarkan kepada ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan dari pada menarik kemaslahatan, berdasarkan atas:
  • Hadits Nabi dari Nu’man bin Basyir:
    Artinya, “ Sesungguhnya apa-apa yang halal itu jelas dan apa-apa yang haram itu pun telah jelas, akan tetapi di antara keduanya itu banyak yang syubhat (seperti halal, seperti haram), kebanyakan orang tidak mengetahui yang syubhat itu. Barang siapa memelihara diri dari yang syubhat itu, maka bersihlah agamanya dan kehormatannya, tetapi barangsiapa jatuh pada yang syubhat maka berarti ia telah jatuh kepada yang haram, semacam orang yang mengembalakan binatang makan di daerah larangan itu, katahuilah bahwa setiap raja mempunyai larangan dan ketahuilah bahwa larangan Allah ialah apa-apa yang diharamkanya-Nya (oleh karena itu hanya haram jangan didekati).”
  • Kaidah Usul Fikih, yang artinya, ”Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan dari pada menarik kemaslahatan-kemaslahatan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan masholihnya tidak di hasilkan”.
MEMUTUSKAN
Memfatwakan:
  • Perayaan Natal di indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa As, akan tetapi Natal Itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
  • Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumya haram.
  • Agar Ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah SWT dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan Natal.
Jakarta, 1 Jumadil Awal 1401 H
7 Maret 1981
Komisi Fatwa
Majlis Ulama Indonesia

Ketua,
ttd.
K.H.M SYUKRI GHOZALI
Sekretaris,
ttd.
DRS. H. MAS’UDI

NB: Pada naskah asli fatwa MUI di atas terdapat teks Arab untuk teks al-Qur’an dan Hadits namun karena sesuatu dan lain hal (masalah teknis) kami tidak memuatnya [alsofwah]

Sanad [Mata Rantai] Para Guru dari Guru Kami, Syaikhuna Wa Ustadzuna, Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin Rahimahullah Bersambung Sampai Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam..

محمد بن صالح العثيمين محمد بن صالح العثيمين
Berikut ini adalah mata rantai guru-guru dari Guru kami, Syaikhuna Wa Ustadzuna, Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam.. Hal ini dikenal sebutan ‘SANAD’ atau ‘NASAB ULAMA’..
Para Ulama menulis sanad seperti ini bukan untuk berbangga-banggaan atau menyombongkan diri, akan tetapi sebagai bukti bahwa ilmunya bisa dipertanggungjawabkan karena melalui prosedur yang benar sesuai aturan syari’at..
Semoga ilmu kami bermanfaat, mendekatkan diri kami kepada Allah dan bukan malah menjauhkan kami dari Allah, amiin..
Semoga Bermanfaat ..
Selengkapnya ikuti link di bawah ini:

Sanad [Mata Rantai] Para Guru dari Guru Kami, Syaikhuna Wa Ustadzuna, Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin Rahimahullah Bersambung Sampai Kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam..

Berikut ini adalah mata rantai guru-guru dari Guru kami, Syaikhuna Wa Ustadzuna, Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah yang bersambung sampai kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam.. Hal ini dikenal sebutan ‘SANAD’ atau ‘NASAB ULAMA’..
Para Ulama menulis sanad seperti ini bukan untuk berbangga-banggaan atau menyombongkan diri, akan tetapi sebagai bukti bahwa ilmunya bisa dipertanggungjawabkan karena melalui prosedur yang benar sesuai aturan syari’at..
Semoga ilmu kami bermanfaat, mendekatkan diri kami kepada Allah dan bukan malah menjauhkan kami dari Allah, amiin..
Semoga Bermanfaat ..
فائدة في نسب تلقي الشيخ محمد بن عثيمين العلم إلى النبي صلى الله عليه وسلم أو ما يسمى بـ(نسب العلماء(.
من رواية الشيخ مازن الغامدي (مالك الرحبي صاحب كتاب رحلتي إلى النور) وجدت هذه الفائدة وأنقلها لكم بنصها :
والآن دعوني أذكر السند والذي أطلقت عليه (نسب العلماء(
علما أن الفضل يعود بعد الله في تدوين هذا النسب للشيخ العلامة عبدالله البسام رحمه الله
حيث نقلت أغلب ذلك النسب النبيل من تحفته النادرة الطراز
)تاريخ علماء نجد خلال ثمانية قرون)
قلت فيها
:
هذا هو نسب شيخنا وأستاذنا العلامة الفقيه المفسر النحوي ..
الشيخ محمد بن صالح العثيمين ..
وقد أخذ العلم عن شيخه العلامة عبد الرحمن الناصر السعدي ..
وهو أخذ العلم عن الشيخ صالح بن عثمان القاضي..
وهو أخذ العلم عن الشيخ عبد الله بن عائض..
وهو أخذ العم عن الشيخ علي بن محمد بن علي قاضي عنيزه
وهو أخذ عن الشيخ العلامة عبد الله بن عبد الرحمن أبا بطين مفتي نجد المشهور
وهو أخذ عن الشيخ أحمد بن حسن بن رشيد الإحسائي..
وهو أخذ عن العالم الشهير محمد بن فيروز وهو أخذ عن والده عبدالله بن فيروز ..
وهو أخذ عن والده محمد بن فيروز الجد..
وهو أخذ عن عبد القادر التغلبي ..
وهو أخذ عن محمد البلباني وعن الشيخ عبد الباقي والد أبي المواهب…
وهما أخذا عن العلامة منصور البهوتي .. صاحب الروض..
وهو أخذ عن يحي بن موسى الحجاوي … صاحب الزاد..
و عن الشيخ أحمد الوفائي وهما…
عن الشيخ موسى الحجاوي صاحب الإقناع …
وهو أخذ عن الشيخ أحمد الشويكي…
وهو أخذ عن أحمد العسكري..
وهو أخذ عن علي بن سليمان المرداوي العلامة المشهور منقح المذهب الحنبلي ..
وهو أخذ عن ابن قندس…
وهو أخذ عن ابن اللحام…
وهو أخذ عن الحافظ ابن رجب الحنبلي..
وهو أخذ عن شمس الدين ابن قيم الجوزية …
وهو أخذ عن شيخ الإسلام ابن تيمية ….
وهو أخذ عن شيخه شمس الدين عبد الرحمن بن أبي عمر صاحب الشرح الكبير..
وهو أخذ عن عمه موفق الدين ابن قدامة …
وهو أخذ عن شيخه العابد الزاهد عبد القادر الجيلاني…
وعن الحافظ ابن الجوزي وعن ابن المنى الفقيه المشهور وهم ..
أخذوا عن أبي الوفاء بن عقيل صاحب كتاب الفنون..
وعن أبي الخطاب صاحب الهداية…
وهما عن القاضي أبي يعلى…
وهو أخذ عن أبي حامد …
وهو عن أبي بكر بن عبد العزيز غلام الخلال…
وهو أخذ عن أبي بكر بن الخلال…
وهو أخذ عن المروزي وأولاد الإمام أحمد بن حنبل صالح وعبدالله…
وهم أخذوا عن الإمام أحمد بن حنبل إمام أهل السنه….
وهو أخذعن أئمة ومنهم الإمام محمد بن إدريس الشافعي…
وسفيان بن عيينه وهما عن عمرو بن دينار والإمام مالك بن أنس….
وهو أخذ عن نافع مولى ابن عمر…
وهو أخذ عن صاحب رسول الله الفقيه عبد الله بن عمر ابن الخطاب رضي الله عنهما…
وهو أخذ عن إمام المتقين محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم….
هذه سلسلة كريمة مليئة بالنجوم الزاهرة وبالكرام الأولياء وعلى رأسهم رسولنا وحبيبنا سيد الأولين والآخرين محمد بن عبد الله الهاشمي عليه افضل الصلاة والسلام أهديها لكل طالب علم درس على يد شيخنا العلامة محمد بن صالح العثيمين رحمه الله
http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=151177

Madzhab Cinta..

نقرتين لعرض الصورة في صفحة مستقلة
Madzhab Cinta..
Aku Cinta Allah Ta’ala,
Aku Cinta Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam,
Aku Cinta Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu,
Aku Cinta Umar ibnul Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu,
Aku Cinta Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu ‘Anhu,
Aku Cinta ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu,
Aku Cinta ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha,
Aku Cinta Semua Sahabat Nabi Radhiyallahu ‘Anhum,
Aku Cinta Semua Isteri dan Keluarga Nabi Radhiyallahu ‘Anhum..
Semoga Allah kumpulkan aku dengan mereka semua di Jannah, amien..

Nasehat Bagi Para Pencaci Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, Radhiyallahu ‘Anhum..

نصيحة لمن انتقص الصحابة

وقال الإمام محمد بن صُبيح بن السماك -رحمه الله تعالى- (ت ١٨٣ه) لمن انتقص الصحابة:
 ”علمتَ أن اليهود لا يسبون أصحاب موسى -عليه السلام-، وأن النصارى لا يسبون أصحاب عيسى -عليه السلام-، فما بالك ياجاهل سببت أصحاب محمد -صلى الله عليه وسلم- ؟
وقد علمتُ من أين أوتيتَ،
لم يشغلك ذنبك، أما لو شغلك ذنبك لخفت ربك ، ولقد كان في ذنبك شغل عن المسيئين ، فكيف لم يشغلك عن المحسنين ؟
أما لو كنت من المحسنين لما تناولت المسيئين ، ولرجوت لهم أرحم الراحمين ،
ولكنك من المسيئين ، فمن ثَمَّ عبت الشهداء والصالحين ، 
أيها العائب لأصحاب محمد -صلى الله عليه وسلم- لو نمتَ ليلك ، وأفطرت نهارك لكان خيرا لك من قيام ليلك ، وصوم نهارك مع سوء قولك في أصحاب رسول الله -صلى الله عليه وسلم- .
فويحك لا قيام ليل ، ولا صوم نهار ، وأنت تتناول الأخيار،
فأبشر بما ليس فيه البشرى إن لم تتب مما تسمع وترى ..
وبم تحتج يا جاهل إلا بالجاهلين ،
وشر الخلف خلف شتم السلف،
لواحد من السلف خير من ألف من الخلف ” ا.هـ .
رواه المعافي في الجليس الصالح 2/392.

Nasehat Bagi Para Pencaci Shahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, Radhiyallahu ‘Anhum..
Al-Imam Muhammad bin Shubaih bin As-Sammak rahimahullah [wafat 183 H] menasehati para pencaci-maki Shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, Radhiyallahu ‘Anhum:
“Anda telah mengetahui bahwa orang-orang yahudi tidak ada yang mencaci-maki para shahabat Nabi Musa ‘Alaihis Salam, demikian pula orang-orang nashrani tidak ada yang mencaci-maki para shahabat Nabi ‘Isa Alaihis Salam. Mengapa anda – wahai orang jahil -, mencaci-maki para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam?!
Sungguh aku telah mengetahui dari mana anda mendapatkan ajaran seperti itu. [maksudnya, ajaran mencaci-maki para shahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam  adalah bersumber dari orang-orang yang membenci Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam  dan berupaya untuk menghancurkan Islam dari dalam, pent].

Anda tidak menyibukkan diri anda dengan mengurusi dosa-dosa anda sendiri. Kalau sekiranya anda menyibukkan diri anda dengan mengurusi dosa-dosa anda sendiri, pasti anda akan takut kepada Robb anda. Sungguh dosa-dosa anda sendiri telah cukup untuk membuat anda tersibukkan daripada [mencaci-maki dan menghujat] orang-orang yang jahat, bagaimana pula hal itu tidak membuat anda sibuk daripada [mencaci-maki dan menghujat] orang-orang yang baik?!
Kalau sekiranya anda adalah termasuk orang-orang yang baik, pasti anda tidak akan mencaci-maki orang-orang yang jahat, dan bahkan anda berharap agar mereka mendapat [rahmat dan hidayah] dari Dzat Yang Maha Penyayang diantara para penyayang.
Akan tetapi, karena anda adalah termasuk orang-orang yang jahat, maka inilah yang menjadi penyebab anda mencaci-maki para syuhada’ dan orang-orang sholih.
Wahai pencaci shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, kalau sekiranya anda tidur sepenuh malam [tidak shalat malam, pent] dan berbuka sepanjang hari [tidak puasa sunnah, pent], maka tentu hal itu lebih baik bagi anda daripada anda shalat semalam suntuk dan puasa sepanjang hari akan tetapi anda berkata buruk tentang para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam.
Duhai celaka, anda tidak shalat malam dan tidak puasa sunnah, akan tetapi terus menerus menghujat orang-orang baik!
Maka terimalah kabar gembira dengan apa yang tidak ada kegembiraan sama sekali di dalamnya jika anda tidak bertaubat dari apa yang anda dengar dan anda lihat. [maksudnya, jika tidak bertaubat dari mencaci-maki para shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam pasti akan mendapatkan hukuman dari Allah, pent]
Dengan apa anda berhujjah wahai orang jahil selain dengan orang-orang yang sama-sama jahil?! [maksudnya, setiap orang yang mencaci-maki para shahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa 'Ala Alihi Wa Sallam adalah orang jahil, siapapun dia, pent]
Seburuk-buruk kholaf [generasi yang datang setelah salaf, pent] adalah kholaf yang mencaci-maki salaf [generasi terdahulu dari kalangan shahabat Nabi, tabi'in dan tabi'ut tabi'in radhiyallahu 'anhum, pent].
Sungguh, satu orang dari kalangan Salaf adalah lebih baik dari seribu orang dari kalangan kholaf”.
(Diriwayatkan Al-Mu’afi dalam “Al-Jalisush-Sholih” 2/392. Diterjemahkan oleh Abdullah Sholeh Hadrami, www.hatibening.com)

Ahlussunnah dan Sikap Caci-maki Ulama

BEBERAPA waktu lalu  penulis sempat terjebak dalam status Facebook milik seseorang yang mengakui dirinya sebagai seorang santri dan sekaligus seorang mahasiswi di salah satu Universitas Swasta di Aceh.
Dalam status Facebook wanita tersebut penulis mendapati puluhan bahkan ratusan komentar yang menyudutkan para ulama, khususnya para ulama penegak sunnah. Diantara ulama yang menjadi sasaran Facebooker tersebut adalah Syeikhul Islam Ibnu Tamiyah رحمه الله  , Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab رحمه الله   dan Syeikh Muhammad Nahieruddin Al Al bani رحمه الله .
Dalam banyak kasus, kejadian seperti ini juga terjadi di masarakat. Pelakunya bahkan tokoh terpandang dalam Islam .
Entah apa yang menyebabkan saudara kita tersebut sangat membenci para ulama.  Dalam status Facebook tersebutdia bukan saja mencaci tetapi sampai menyesatkan dan bahkan mengkafirkan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله  . Sungguh sangat disayangkan apalagi kata – kata cacian tersebut keluar dari mulut (via Facebook) seorang wanita yang mengaku dirinya sebagai seorang santri.
Penulis juga pernah menjadi santri selama sebelas tahun (umur 7 tahun sampai 18 tahun ). Sebagai mantan santri penulis juga sangat keberatan dengan ulah orang – orang yang menghina ulama. Pada dasarnya penulis tidak bermaksud memperlebar persoalan ini apalagi hal tersebut terjadi di dunia maya, namun mengingat para ulama yang menjadi sasaran, maka sangat tidak etis rasanya apabila dibiarkan begitu sja.
Abu Darda رضى الله عنه  meriwayatkan sebuah hadits bahwa Nabi   صلى الله عليه وسلم  pernah bersabda: “ Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi, Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu” ( H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Berpedoman pada hadits ini sebagai umat Muhammad صلى الله عليه وسلم sudah selayaknya kita menghormati para ulama. Dalam hadits ini juga terlihat jelas bahwa para ulama dihormati karena ilmunya, adapun orang – orang yang bergaya sok ‘alim tapi tidak berilmu maka tidak dikatagorikan sebagai ulama. Menurut penulis persoalan ini harus benar – benar difahami khususnya bagi para penuntut ilmu semisal santri dan mahasiswa.
Pembimbing umat
Ulama adalah orang – orang yang dianugerahkan ilmu oleh Allah سبحا نه وثعالى, namun demikian ilmu itu mereka peroleh melalui proses belajar yang panjang, bukan melalui proses bertapa atau semedi seperti yang disangka oleh sebagian orang. Ulama adalah penunjuk jalan dan pembimbing umat setelah wafatnya Nabi صلى الله عليه وسلم. Jika yang

mereka sampaikan adalah ilmu yang berasal dari Allah سبحا نه وثعالى dan Rasulnya صلى الله عليه وسلم  sangat tidak layak dan tidak patut bagi kita untuk mencela mereka apalagi sampai menuduh mereka sesat.
Apalagi jika ilmu kita masih dibawah mata kaki (bahasa Aceh; ‘et tum’et). Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah seorang ulama rabbani yang tidak pantas kita cela apalagi ilmu yang kita miliki tertinggal jauh jutaan kilometer dari ilmu beliau. Umur sepuluh tahun beliau

telah hafal Al–Quran dan menguasai berbagai macam ilmu syar’i seperti hadits, ushul fiqh dan tafsir sedangkan kita membaca “Bismillahirrahmanirrahim” saja harus merangkak seperti kura – kura keracunan.
Demikian juga dengan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Syeikh Muhammad Nashieruddin Al – Al Bani mereka adalah ahli ilmu bukan ahli fitnah seperti kita. Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dengan semangat jihadnya telah menghancurkan berbagai bentuk simbol – simbol kesyirikan yang disembah dan dipuja oleh “Ahlul Hawa” (pengikut hawa nafsu). Seharusnya kita berterima kasih kepada beliau bukan malah sebaliknya menuduh beliau sesat. Sejarah juga telah mencatat bahwa Syeikh Al Bani menghabiskan waktunya lebih dari dua puluh tahun hanya untuk meneliti hadits, tidak seperti kita yang setiap hari tersibukkan dengan judi poker malah tiba–tiba berani menyesatkan beliau. Syeikh Al Bani membeli makanan untuk diri dan keluarganya melalui jerih payahnya dengan usaha reparasi jam, bukan seperti orang – orang yang mengaku ‘alim hari ini yang tersibukkan dengan proposal dan mengiba kepada penguasa.
Jangan Tertipu Penghasut
Penulis menduga bahwa saudara kita yang menghina ulama di Facebook tersebut telah termakan oleh cerita – cerita dusta yang sengaja dihembuskan oleh “Ahlul Hawa”. Tujuan mereka tidak lain Cuma ingin menjerumuskan umat ini dalam kesesatan. Mereka menisbatkan cerita – cerita dusta dan palsu kepada ulama ahlussunnah semisal

Syeikh Muhammad Bin Abdul Wahab. Cerita – cerita dusta tersebut menurut penulis kemungkinan besar ditularkan beberapa penulis buku. Sebenarnya sah – sah saja membaca buku tersebut, namun sebagai seorang yang hidup dilingkungan ilmiyah (mahasiswa dan santri) seharusnya mereka harus mampu membandingkan isi buku tersebut dengan ratusan referensi lain yang menyajikan fakta berbeda. Sebaiknya jangan hanya terpaku dengan buku – buku yang berasal dari satu sumber. Bagi seorang mahasiswa dan santri kemampuan analisa sangat dibutuhkan agar mampu bersikap bijak dan mampu melahirkan kesimpulan yang tidak keluar dari standar ilmiyah.
Tak Pantas Menghinakan Ulama
Dalam sebuah hadits dari Anas bin Malik رضى الله عنه, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: “Tidak beriman seseorang daripada kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri (H.R Bukhari dan Muslim).
Jika kita mau berfikir sehat dan rasional tentunya hadits ini bisa menjadi dasar bagi kita untuk saling mencintai sesama muslim, bukan sebaliknya saling mencaci dan menghujat. Dalam hadits lain yang juga terdapat dalam sahih Bukhari dan Muslim, bersumber dari Abdullah bin Mas’ud رضى الله عنه, Rasul  صلى الله عليه وسل  bersabda: “Membenci seorang muslim adalah sebuah kefasiqan dan memerangi mereka adalah sebuah kekafiran” (H.R. Bukhari

Muslim). Tidakkah kita faham apa yang dimaksud oleh Nabi صلى الله عليه وسلم? Kita dilarang untuk membenci dan menghujat seorang muslim.
Apalagi yang kita hujat itu adalah ulama seperti Ibnu Taimiyah dan Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab dan juga ulama – ulama lainnya. Kita juga jangan tersegasa – gesa menuduh mereka (ulama) telah sesat. Dalam sebuah hadits yang bersumber dari Abu Dzar Al Ghifari رضى الله عنه, Rasul  صلى الله عليه وسلم bersabda: “Barang siapa memanggil seseorang dengan sebutan kafir atau menyebutnya sebagai musuh Allah sedangkan

(mereka yang dituduh) tidak demikian (bukan kafir) maka kekafiran itu akan kembali kepadanya (sipenuduh). Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dalam Shahihnya.
Sebagai seorang santri dan mahasiswa yang mengaku dirinya sebagai ahlussunnah waljama’ah perlu dicatat, diingat dan jika perlu harus dihafal bahwa salah satu ciri – ciri ahlussunnah waljama’ah adalah tidak mudah mencaci –apalagi– mengkafirkan orang lain. Perilaku yang mudah mengkafirkan orang mukmin adalah perilaku khawarij, jangan sampai kita menyamai mereka dalam hal ini.
Akhirnya hanya kepada Allah kita semua akan kembali sambil mengharap wajahNya serta diampuni segala dosa dan kesilapan yang telah terlanjur kita perbuat. Wallahu Waliyut Taufiq.

Jangan Pernah Dilupakan.. Upaya Membakar Masjidil Aqsha..

Jangan Pernah Dilupakan.. Upaya Membakar Masjidil Aqsha..
Pada tahun 1969 (21 Agustus 1969) zionis yahudi membakar Al-Aqsha. Perbuatan ini mereka lakukan dengan sengaja dan terencana. Buktinya, semua akses untuk memadamkan api saat itu mereka tutup dan persulit.
Al-Aqsha adalah salah satu diantara tiga masjid yang kita dianjurkan untuk menziarahinya, yaitu;
1. Masjidil Haram Mekkah.
2. Masjid Nabawi Madinah.
3. Masjidil Aqsha Palaestina.
Al-Aqsha saat ini dalam cengkeraman zionis yahudi, bahkan mereka telah membangun sinagog solomon atau haikal sulaiman, kuil tempat peribadatan mereka tepat dibawah Masjidil Aqsha..
Kewajiban kita adalah membebaskan Al-Aqsha semampu kita, minimal dengan doa-doa yang rutin kita panjatkan setiap hari.
“Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami kaum muslimin yang tertindas dimanapun mereka berada.
Ya Allah, bebaskan saudara-saudara kami yang berada dalam tawanan.
Ya Allah, merdekakanlah Masjidil Aqsha dari cengkeraman yahudi yang telah merampasnya dan kembalikanlah ke pangkuan kaum muslimin”.
Al Aqsha.. Al Aqsha..
Air matamu berderai..
Al Aqsha.. Al Aqsha..
Kemuliaanmu terderai..
Duhai Al Aqsha..
Kurindu padamu..
Duhai Al Aqsha..
Kusayang padamu..
Dimanakah kalian wahai ummat Islam?
Wahai ummat semilyar..
Siapa pula kan membebaskanmu wahai Al Aqsha?..
Ayo kita bebaskan Al Aqsha semampu kita, dengan harta, jiwa, tenaga, pikiran, tulisan, air mata, doa atau apapun yg kita mampu..
Ingat! Al Aqsha adalah tanggung jawab kita semua..
Allaahu Akbar!!!

Inilah Pohon Ghorqod Tempat Bersembunyi Yahudi..

Inilah Pohon Ghorqod Tempat Bersembunyi Yahudi..
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
“لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ، فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ، فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ، يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ، إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ”.
Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda:
“Tidak akan terjadi kiamat sehingga muslimin memerangi yahudi. Mereka diperangi oleh muslimin sehingga orang yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon. Batu dan pohon itu berkata: Wahai muslim, wahai hamba Allah, Ini dia yahudi berada dibelakangku, kemarilah dan bunuhlah dia. Melainkan pohon Ghorqod. Sesungguhnya ia adalah daripada pohon Yahudi”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Yahudi amat sangat percaya dengan hadits ini dan sekarang mereka telah menanam berjuta-juta pohon ini di bumi Palestina untuk persiapan tempat bersembunyi mereka ketika terjadi perang besar nanti.. SUBHAANALLOOH!!!
Teman-temanku semua yang saya cintai, sikap seorang mukmin ketika mendengar ayat-ayat Allah dan hadits yang shahih adalah mengimaninya dan meyakininya, bukan menolaknya, apalagi hanya dengan dasar akal yang dangkal.
Hadits tersebut adalah shahih menurut semua ulama karena diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim, melalui jalan shahabat Abu Hurairah dan Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhum.
Fungsi akal itu adalah untuk tunduk kepada ayat-ayat Allah dan hadits yang shahih, dan bukan menentangnya. Berapa banyak orang yang diadzab oleh Allah karena menyalahgunakan fungsi akalnya.
Kalau belum bisa memahami hendaklah ditanyakan kepada yang memahaminya dan bukan serta merta menolaknya tanpa dasar apapun, hanya mengedepankan akal yang penuh syubhat dan keraguan.
Fadhilatusy Syaikh DR. Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid dalam salah satu fatwanya menjelaskan bahwa para ulama seperti Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin rahimahullah,  Fadhilatusy Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah, Fadhilatusy Syaikh DR. Umar Al-Asyqor serta yang lainnya berpendapat bahwa bahwa peperangan di akhir zaman nanti adalah kembali seperti zaman dahulu kala sebagaimana disebutkan dalam banyak hadits shahih, yaitu menunggang kuda, onta dan semisalnya serta bersenjatakan pedang, panah, tombak dan semisalnya.
Para tokoh pejuang Hamas Palestina ketika ditanya tentang foto pohon Ghorqod membenarkan bahwa jenis pohon itulah yang dimaksud dalam hadits tersebut.
Semoga Allah selalu lapangkan hati kita untuk selalu tunduk kepada kebenaran dan dijauhkan daripada kesombongan serta melawan dalil dengan akal dangkal, amien..

[RALAT LINK VIDEO] Berjilbab Tapi Telanjang, Jilbab Punuk Onta, Seputar Permasalahan Jilbab.. Penting Untuk Kaum Muslimin Sebelum Terlambat.. Plus Video Penjelasannya [Ada Dua Video]..

Berjilbab Tapi Telanjang, Jilbab Punuk Onta, Seputar Permasalahan Jilbab.. Penting Untuk Kaum Muslimin Sebelum Terlambat.. Plus Video Penjelasannya [Ada Dua Video]..
Rasulullah Shallallahu ’Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bersabda”
“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya,
1. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia [maksudnya penguasa yang dzalim],
2. dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu [jarak jauh sekali]”.
(HR. Muslim dan yang lain).

Waspada Virus Valentine !!!

Valentine’s Day adalah perayaan resmi Nasrani dan ummat Islam dilarang ikut-ikutan merayakan, ini adalah wilayah aqidah yang kita harus tegas dan tidak mencampuradukkan antara hak dan batil.
Dalam The Catholic Encyclopedia, Vol. XV sub judul; Santo Valentino, diurai tentang sejarah Valentino. Sumber ini setidaknya menampilkan kisah Valentino dalam 3 versi. Inti dari semuanya adalah bahwasanya hari Valentine adalah untuk mengenang Pendeta St. Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada tanggal 14 Februari 269 / 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang beberapa perintahnya.
Dalam The Encyclopedia Britania, Vol XII, sub judul: Chistianity, dijelaskan bahwa untuk lebih mendekatkan ke dalam agama Kristen, pada 496 M Paus Glasisus I menjadikan kisah ini menjadi perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Pendeta St. Valentine yang dieksekusi pada tangal 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Semangat Valentine adalah Semangat Berzina dan Pelecehan Kaum Perempuan
Ritus hari Valentine’s yang mengusung panji percintaan dan kasih sayang, diperingati dengan berbagai cara. Ada yang mengekspresikannya dalam bentuk memakai pakaian dan apa saja yang berwarna pink. Pengiriman kartu yang kadang-kadang disertai dengan hadiah yang sarat dengan simbol LOVE. Namun ada yang merayakan dengan menggelar pesta makan, minum yang diiringi musik dansa yang dinyanyikan secara berpasangan. Bahkan diakhiri hubungan seks alias berzina.
Jadi, hari Valentine lebih tepat disebut dengan HARI PELECEHAN KEHORMATAN!!!.
Hukum Merayakan Valentine
Allah Ta’aala berfirman:
Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 1-6).
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wasallam bersabda,
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum berarti ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud dll).
Para Ulama Rahimahumullah mengatakan bahwa ikut-ikutan dalam merayakan Valentine atau perayaan-perayaan non muslim lainnya hukumnya adalah haram, bahkan lebih haram dan lebih besar dosanya daripada meminum khamer atau narkoba, berzina, berjudi dan dosa-dosa besar lainnya, karena dosa ikut serta dalam perayaan non muslim mengandung unsur syirik dan kufur, yaitu ikut merestui kekufuran dan kesyirikan.
Hari Kasih Sayang Dalam Islam
Islam adalah agama kasih sayang, yaitu kasih sayang yang benar dan bukan pelecehan kehormatan. Dalam Al-Qur’an banyak disebutkan sifat Allah Ar-Rahmaan dan Ar-Rahiim, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wasallam adalah manusia yang penuh dengan kasih sayang dan mengajarkan kasih sayang.
Beliau bersabda: “Orang-orang yang penyayang pasti disayang oleh Sang Maha Penyayang. Sayangi yang di bumi, pasti yang di langit sayang kepadamu.”…
“Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan di sayangi.”
Jadi, dalam agama Islam setiap hari adalah Hari Kasih Sayang…
Alhamdulillah, aku bangga jadi orang Islam, buat apa meniru-niru yang lain….[Abdullah Shaleh Hadrami, www.hatibening.com]

Tingkatan-Tingkatan Kebohongan..

- Berbohong.
- Berbohong dan berbohong.
- Berbohong, berbohong dan berbohong.
- Berbohong, berbohong, berbohong dan mempercayai kebohongannya sendiri seakan suatu kebenaran.
- Berbohong, berbohong, berbohong, mempercayai kebohongannya sendiri seakan suatu kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya.
- Berbohong, berbohong, berbohong, mempercayai kebohongannya sendiri seakan suatu kebenaran dan mengajak orang lain untuk mempercayainya serta menuliskannnya dalam sebuah tulisan atau menjadikannya sebuah kitab.
Itulah tingkatan-tingkatan kebohongan.
Berbohong, berkilah, bersilat lidah, beradu argumentasi, dan menipu manusia itu mudah, tapi realita tidak bisa dipungkiri dan Allah tidak bisa dibohongi!

Balasan Sama Dengan Perbuatan [Kisah Anak Durhaka, Sebuah Renungan].. Allah Maha Adil..

Seorang anak durhaka hendak membunuh ayahnya. Sang ayah diajaknya pergi ke sebuah tempat yang sepi kemudian sang anak tersebut hendak menyembelih ayahnya.
Sang ayah berkata: “Wahai puteraku, kalau kau hendak menyembelih ayah, sembelihlah aku di batu itu”. Sambil ayahnya menunjuk ke sebuah batu.
Sang anak bertanya: “Apa bedanya disini dengan di batu itu?”.
Sang ayah menjawab: “Karena ayah dahulu menyembelih ayahnya ayah [kakekmu] di batu itu”…
Subhaanallooh.. Balasan setimpal dengan perbuatan.. Dahulu ia menyembelih ayahnya, dan sekarang ia disembelih anaknya, di tempat yang sama.. Allah Maha Adil..
[Sumber kisah ini dari ceramah Fadhilatusy Syaikh DR Ali Abdul Khaliq Al-Qarni hafidhahullah yang berjudul 'Haakadzaa 'Allamatnii Al-Hayaah'. www.hatibening.com]

Cinta Karena Allah Itu Mempunyai Harga Sangat Mahal, Siapkah Kita Membayarkannya?

Oleh: Abdullah Shaleh Hadrami
Cinta karena Allah itu mempunyai harga sangat mahal yang harus dibayar, dan sedikit sekali yang mau membayarnya.
Apa harga mahal yang harus dibayar itu?
Harga mahal yang harus dibayarkan oleh siapa saja yang mengaku cinta karena Allah, yaitu; SALING MENASEHATI, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat 103 Al-’Ashr.
Seseorang yang mengaku cinta kepada temannya karena Allah maka harus terus menerus mengawasi temannya tersebut untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kebenaran. Hal ini jarang dilakukan oleh orang-orang yang mengaku saling cinta karena Allah, dengan alasan khawatir temannya tersinggung, atau khawatir temannya marah, atau khawatir temannya meninggalkannya, dan berbagai macam alasan lainnya..
Jadi, harga mahal yang harus dibayarkan oleh orang-orang yang saling mencintai karena Allah adalah saling menasehati dengan melakukan amar makruf nahi munkar, yaitu saling mengingatkan dan memotivasi untuk menjadi lebih baik, lebih taat kepada Allah, lebih istiqomah dalam Islam dan Sunnah.
Karena itu apabila ada dua orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bertemu, keduanya tidak berpisah melainkan salah seorang dari keduanya membacakan kepada yang lain surat Al-‘Ashr sampai selesai, kemudian salah seorang dari keduanya memberikan salam kepada yang lain dan berpisah.
Ath-Thabrani Rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ubaidullah bin Hisn Abu Madinah, ia berkata: “Bahwasanya apabila ada dua orang sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam bertemu, keduanya tidak berpisah melainkan salah seorang dari keduanya membacakan kepada yang lain surat Al-‘Ashr sampai selesai, kemudian salah seorang dari keduanya memberikan salam kepada yang lain.”
Al-Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah berkata: “Kalau sekiranya manusia mentadabburi (merenungkan dan menghayati) surat ini (Al-‘Ashr), pastilah cukup bagi mereka.”
[Tafsir Ibnu Katsir: 4/657, Tafsir Al-Qasimiy: 9/538 dan Al-Misbahul Munir Fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, Isyraf: As-Syaikh Shafiyyur Rahman Al-Mubarak Fuuriy, hal 1529].
بسم الله الرحمن الرحيم
{ وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3) }
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
{1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.}

Pelajaran Dari Steve Jobs, Pendiri Apple Inc..

Oleh: Abdullah Shaleh Hadrami.
Ketika mendengar berita kematian Steve Jobs (06/10/11) saya cukup kaget dan tercengang karena ia meninggal dunia ketika berada di puncak ‘dunia’ dalam usia yang belum terlalu tua, sekitar 56 tahun.
Kenapa harus kaget dan tercengang? Apa hubungannya dengan saya?
Penyebabnya adalah karena cukup lama saya ikut merasakan sentuhannya melalui produknya iPhone Apple.
Beberapa tahun yang lalu, saya mendapat hadiah dari seorang sahabat [tidak mau disebut namanya, jazahullah khoir] sebuah iPhone Apple, yang mana pada saat itu di Indonesia masih belum dipasarkan sehingga saya mengawalinya, alhamdulillah.
Dengan adanya iPhone Apple tersebut saya mendapat banyak kemudahan dalam aktifitas belajar mengajar karena fasilitas yang tersedia di dalamnya cukup banyak dan canggih.
Sebelumnya, kemana-mana saya selalu membawa kitab-kitab yang cukup tebal sebagai rujukan dan bahan untuk mengajar, tapi semenjak hadirnya iPhone Apple tidak lagi, karena semuanya telah tersimpan didalamnya dengan memuaskan, mudah diakses dan hanya dalam genggaman tangan, subhanallah!
Bagi siapa saja yang mengenal iPhone Apple pasti mengakui kehebatan dan kecanggihannya. Siapapun orangnya dan apapun profesinya pasti memujinya karena manfaatnya.
Apalagi, beberapa bulan yang lalu, saya mendapat hadiah lagi dari sahabat tersebut [jazahullah khoir] iPhone 4 Apple yang tentu kecanggihannya melebihi yang sebelumnya, alhamdulillah.
Bagi saya sendiri, manfaat iPhone tersebut sangat banyak, diantaranya;
1. Menyimpan kitab-kitab dalam bentuk PDF yang cukup banyak dan lengkap sehingga amat sangat membantu untuk rujukan dan bahan mengajar.
2. Membaca Al-Qur’an dan mendengarkan murottal serta ceramah-ceramah.
3. Fasilitas pencarian atau searching data yang tersimpan sangat memadai.
4. Fasilitas ‘Notes’ yang cukup penting dan sangat membantu sebagai pengganti alat tulis.
5. Menyimpan banyak data yang dengan mudah dibawa kemana-mana. Dan manfaat-manfaat lain seperti untuk telpon, internet, berbagai macam aplikasi bermanfaat, dll..
Bahkan tulisan inipun, saya menulisnya di ‘Notes’ iPhone 4 Apple ketika di kendaraan perjalanan Malang-Surabaya untuk khotbah Jum’at di masjid Al-Irsyad Surabaya (07/10/11). Tema khotbah Jum’atnya adalah ‘Keajaiban Berdzikir Kepada Allah’, tanpa membawa selembar kertaspun karena semua bahan dan materi telah tersimpan di iPhone 4 Apple. Ketika khotbah cukup menyentuh layarnya saja, tanpa perlu membawa kitab-kitab besar atau membolak-balik kertas.
Ini sekelumit manfaat yg saya rasakan dari sentuhan Steve Jobs berupa iPhone. Bagaimana pula dengan orang lain yang jumlahnya milyaran dan produk-produknya yang lain?!
Betapa besar jasa-jasamu wahai Steve Jobs..
Berapa banyak yang telah merasakan sentuhanmu..
Karya-karyamu memenuhi dunia..
Manfaatmu dirasakan oleh semuanya..
Duhai, Steve Jobs.. Andaikan engkau beriman kepada Allah Ta’ala dan RasulNya Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam.. Duhai, alangkah bahagianya dirimu di alam sana..
Sungguh sayang seribu sayang, semuanya adalah sia-sia untukmu disana, fatamorgana, dan hanya penyesalan karena tidak beriman.. Kejayaan yang semu di dunia yang fana..
Sungguh ini adalah pelajaran kehidupan yang penuh hikmah.
Kematian adalah kepastian dan manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi manusia, demikian sabda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, juga bahwasanya amalan orang-orang kafir sebanyak dan sebesar apapun adalah sia-sia di akhirat nanti, fatamorgana dan hanya menjadi penyesalan, karena syarat dikabulkannya sebuah amalan adalah; mentauhidkan Allah Ta’ala dan mengikuti Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, yang keduanya tidak dimiliki oleh orang kafir.
Kita harus menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia dengan mentauhidkan Allah Ta’ala dan mengikuti Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam, agar supaya kita mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia sampai di akhirat nanti, amiin.
Sekedar informasi, ternyata ayah Steve Jobs adalah seorang Arab muslim dari Syria bernama Abdul Fattah Jandali yang saat itu adalah mahasiswa di Amerika.
Semoga sahabatku yang telah memberiku hadiah iPhone selalu dalam lindungan Allah Ta’ala, mendapat rizki yang halal dan barokah, kehidupannya bahagia, dan semoga kita dipertemukan oleh Allah di dunia ini sampai di JannahNya nanti, amiin ya Mujibas sa’ilin..

Istiqomah.. Oh Istiqomah.. Ayat Perintah Istiqomah Menjadikan Rambut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam Beruban..

Oleh: Abdullah Shaleh Hadrami
955 – ( صحيح )
[ شيبتني { هود } و { الواقعة } و { المرسلات } و { عم يتساءلون } و { إذا الشمس كورت } ] . ( صحيح ) . وورد مختصرا بلفظ : شيبتني { هود } وأخواتها . وسنده جيد
الكتاب : السلسلة الصحيحة
المؤلف : محمد ناصر الدين الألباني
الناشر : مكتبة المعارف – الرياض
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa yang membuat rambut Beliau beruban adalah surat Huud dan saudara-saudaranya, yaitu surat Al-Waaqi’ah, Al-Mursalaat, An-Naba’ dan At-Takwir. [As-Silsilah Ash-Shahihah, karya Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah].
Al-Imam Abu Muhammad Al-Husain bin Mas’ud Al-Baghawi [wafat 516 H] dalam tafsirnya Ma’alimut Ta’wil, yang ditahqiq [dikoreksi] dan ditakhrij [dijelaskan hadisnya] oleh tiga ulama’, yaitu Muhammad Abdullah An-Namir, Utsman Jum’ah Dhumairiyyah dan Salim muslim Al-Harsy membawakan riwayat dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
قال ابن عباس رضي الله عنهما: ما نزلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم آية هي أشدّ عليه من هذه الآية، ولذلك قال: “شيبتني هود وأخواتها”.
Berkata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Tiadalah turun kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam ayat yang lebih berat atas Beliau daripada ayat ini [surat Huud ayat 112], karena itulah Beliau bersabda: “Telah membuatku beruban surat Huud dan saudara-saudaranya”.
Inilah ayat yang membuat rambut Beliau beruban:
{ فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ }
“Hendaklah kamu istiqomah sebagaimana diperintahkan kepadamu”.
قال عمر بن الخطاب رضي الله عنه: الاستقامة أن تستقيم على الأمر والنهي.
Sahabat Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Istiqomah itu hendaklah kamu istiqomah dalam perintah dan larangan”.
Maksudnya, istiqomah mengerjakan perintah Allah dan istiqomah meninggalkan laranganNya.
عن سفيان بن عبد الله الثقفي قال: قلت، يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا أسأل عنه أحدا بعدك، قال: “قل آمنت بالله ثم استقم”.
أخرجه مسلم في الإيمان، باب جامع أوصاف الإسلام، برقم (38).
Sahabat Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu berkata; Aku bertanya, wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang Islam yang aku tidak perlu bertanya lagi kepada orang lain setelah itu.
Beliau bersabda: “Katakanlah, ‘aku beriman kepada Allah’, kemudian istiqomahlah.”
(HR. Muslim).
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32)
Allah berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu mint.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS 41 Fushshilat: 30-31)
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (13) أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (14)
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan”.
(QS 46 Al-Ahqaaf: 13-14)
Istoqmah adalah yang terberat.. Istiqomah mengerjakan perintah Allah, istiqomah meninggalkan larangan Allah, istiqomah dalam berdakwah, istiqomah dalam bertauhid, istiqomah dalam sunnah, istiqomah dalam kejujuran, istiqomah dalam taubat, istiqomah dalam sabar, istiqomah dalam ikhlas… Istiqomah… Istiqomah.. Istiqomah… Dst…
Istiqomah berarti lurus sesuai Al-Qur’an dan As-Sunnah tanpa bengkok sedikitpun..
Istiqomah.. Oohh istiqomah..
Ya Allah Jadikanlah kami semua istiqomah dalam Islam dan Sunnah sampai akhir hayat kami, sampai berjumpa denganMu di JannahMu bersama RasulMu, memandang WajahMu yang Maha Mulia dan mendapat RidhaMu, amiin yaa Mujiibas Saa’iliin..
Sebagian ulama yang lain berpendapat yang membuat rambut Beliau beruban adalah kisah-kisah kedahsyatan yang terjadi hari kiamat nanti, dll. Semoga Bermanfaat.

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...