Sungguh…. Bumi kita sangat luas, terbentang
tak terhingga, kaya dan melimpah ruah, seolah tanpa batas. Banyak
karunia yang telah Allah Swt. sebarkan di atas dan di dalamnya. Berapa
pun jumlah makhluk yang ada di atas dan di dalamnya, sudah Allah jamin
rizkinya. Tak satu pun makhluk yang Dia biarkan terlantar, hidup tanpa
karunia.
Semua karunia telah Dia tebarkan dan tanam.
Ditebarkan di atas permukaan bumi, dan ditanam di dalam perutnya. Semua
yang hidup di muka bumi, atau di dalam perutnya, juga yang hidup di
dalam samudera yang menggenanginya, telah Dia fasilitasi dengan berbagai
anugerah yang tak terkira…
“Wa maa min daabbatin fi al-ardhi illaa `alallaahi rizquha…”
Tidak satu pun makhluk melata di bumi kecuali telah Allah jamin
rizkinya…”, demikian firman Tuhan dalam Al-Quran (QS Hud, 11:6).
Jika setiap makhluk di bumi ini telah dijamin rizkinya, maka siapa pun tidak perlu cemas hidup kelaparan, tidak perlu khawatir mati karena tidak bisa makan… Sebab, rizki Allah ada di mana-mana, dan bumi-Nya sangat luas, “Yaa `ibaadiyalladziina aamanuu inna ardhii waasi`ah… …” –Wahai para hamba-Ku yang beriman, sesungguhnya bumi-Ku luas…
(QS al-Ankabut, 29:56)
Rizki-Nya ibarat sebuah hidangan di atas
meja makan yang sangat besar, yang berisi berbagai jenis makanan…
Bagaimana seseorang bisa menikmati hidangan itu? Tentu saja, ia harus
mendekati meja makan itu, berusaha menuju ke tempatnya, dan berusaha
mengambilnya. Sekalipun hidangan itu lezat dan sangat banyak, tentu saja
semua hidangan itu takkan datang sendiri dan masuk ke mulut seseorang
itu. Jika ia ingin menikmati hidangan itu, ia harus bergerak dan
berusaha mengambilnya dari atas meja makan. Jika tidak, ia akan tetap
tidak bisa menikmatinya, walaupun sedikit saja… Diam itulah yang
membuatnya lapar, atau kelaparan.
Jadi, rizki Allah harus dijemput, diusahakan, diambil. Bukan ditunggu...!!!
Lalu siapakah pewaris bumi ini dengan segala kekayaan dan anugerahnya yang melimpah?
Allah Swt. –sebagai Pemilik dan Penguasa langit dan bumi– menjawabnya, “Sesungguhnya bumi ini diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang salih...” (QS al-Anbiya, 21:105)
Alhasil, orang-orang salihlah pewaris kekayaan bumi ini. Merekalah
yang berhak dan harus mengurus, mengelola, dan menikmati bumi.
Begitulah doktrin teologisnya: bahwa orang-orang salih adalah pewaris bumi dan kekayaannya.
Dan ketika sekarang “orang-orang salih”
nampaknya tidak dalam kondisi sebagai orang-orang yang menikmati
kekayaan bumi, itu berarti ada sesuatu yang salah… Secara teoritis
–menurut Al-Quran– “Orang salih harus mewarisi bumi”. Doktrin ini sangat
jelas dan lugas. Namun doktrin ini takkan bermakna apa-apa jika tidak
diusahakan secara idologis.
Oleh sebab itu, orang-orang yang berusaha
untuk hidup dalam kesalihan, kebaikan dan ketaatan kepada Allah;
orang-orang yang tidak mau melanggar perintah dan mengabaikan
tuntunan-Nya, harus bisa meraih anugerah kekayaan bumi yang telah Allah
wariskan kepada mereka. Dan untuk itu, mereka harus berusaha…. Dalam
bahasa sekarang, MEREKA HARUS BERBISNIS….!!!!
Orang-orang yang menjalani kesalihan hidup, harus berbisnis, berwirausaha, harus memiliki mindset dan aksi entrepreneurial… Menerima gaji yang bersifat fixed income,
bukan berarti menghalangi seseorang untuk berwirausaha, mencari fadhlun
minallaah (karunia dari Allah) dengan tidak terbatas dan dibatasi…
Mereka harus mengerahkan segenap kemampuan agar mereka memang layak disebut sebagai para pewaris bumi ini. Baik orang yang “gajian” maupun yang “bebas”, tetap bisa bertindak entrepeneurial… Sebab, tindakan itulah yang memberi ruang lebih bebas bagi seseorang untuk meraih karunia Allah lebih tidak terbatas dan tidak dibatasi oleh orang lain…. Hanya saja, pilihan dan tindakan ini pasti memerlukan kesabaran dan waktu. Karena, setiap kesuksesan jelas memiliki jalannya sendiri, dan juga waktunya sendiri.
UMAT ISLAM YANG SALIH adalah PEWARIS BUMI DAN KEKAYAANNYA….
Doktrin ini tidak boleh hanya sebatas doktrin; ia harus menjadi ideologi yang menggerakkan kita semua, umat Islam….
Doktrin ini tidak boleh hanya sebatas doktrin; ia harus menjadi ideologi yang menggerakkan kita semua, umat Islam….
Tinggal kita ketahui dan cermati, apa yang dimaksud “orang-orang salih” yang disebut Al-Quran sebagai para pewaris bumi itu?
Semoga lain kali kita bisa membahasnya lagi secara khusus….
Bandung, 2 April 2010
Ashoff Murtadha