Monday 11 June 2012

Kisah Sukses Juragan Resto Mantan Cleaning Service

Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. (foto: Kontan.co.id)
Jiwa wirausaha tidak bisa dipisahkan dengan sosok Nurul Atik. Walau sudah berada pada posisi yang nyaman di sebuah restoran cepat saji, Nurul memutuskan membuka usaha dengan mereknya sendiri, Rocket Chicken. Cuma butuh waktu setahun, restoran yang menjual ayam fried chicken ini sudah mengembang sampai 83 mitra.
Dengan gaji yang pas-pasan yang ia terima ketika menjadi cleaning service membuat Nurul Atik harus memutar otak agar ia bisa memenuhi kebutuhan saban bulannya. Tak jarang, ia harus meminjam uang dari rekan kerjanya di California Fried Chicken (CFC). Ia juga kerap meminta tambahan uang ke orang tuanya.

Untuk menghemat biaya hidup, Nurul pun harus mencari tempat kos yang jaraknya sekitar lima kilometer dari tempatnya bekerja. Tak jarang dengan alasan pengiritan, ia memilih berjalan kaki sampai satu kilometer. "Kalau sudah lelah, saya baru naik angkot," ujarnya mengenang.

Kamar kos Nurul juga tak kalah memprihatinkan. Dengan luas 3X3 meter, kamar sewaan itu tak dilengkapi dengan kasur dan perabot lainnya. Kondisi seperti itu dilakoni Nurul kurang lebih selama lima bulan, sampai ia mendapat mess dari kantornya.

Seiring karier yang terus menanjak serta kondisi ekonomi yang terus membaik, pada usia 29 tahun, Nurul pun memutuskan menikah dengan Emy Setiawati, seorang karyawan di sebuah swalayan di Yogyakarta yang baru dipacarinya dua bulan. "Saat itu, saya sudah menjadi manager di CFC Yogya," ujar Nurul.

Meski begitu, gaji yang diterima Nurul tak mampu memenuhi kebutuhan selama satu bulan. Apalagi menyusul kemudian pasangan Nurul dan Emy dikarunia momongan. Makanya, setelah melahirkan anak pertama mereka, Emy membantu perekonommian keluarga dengan membuka usaha roti.

Meski posisinya cukup baik di tempat kerjanya, keinginan Nurul untuk membuka usaha sendiri rupanya tak pernah padam. Puncaknya terjadi ketika krisis keuangan melanda Tanah Air tahun 1998, Nurul memutuskan keluar dan membuat usaha sendiri.

Nurul merasa waktu 10 tahun bekerja sudah cukup untuk berguru di restoran cepat saji Amerika Serikat itu. "Saya mantap keluar karena ingin mandiri," ujarnya.

Pada saat yang sama, seorang kawan mengajak Nurul membuat restoran makanan cepat saji yang mengusung ayam goreng (fried chicken). Ide tersebut muncul karena pada waktu itu membuka restoran cepat saji atau fast food menjadi tren di kalangan masyarakat.

Berbekal pengalamannya, Nurul mantap menerima ajakan temannya. Ia kemudian bertindak sebagai pengembang bisnis, sementara temannya mengurusi permodalan.

Usaha keras mereka membawa hasil. Bisnis mereka cepat mengembang. Saat ini, Nurul telah memiliki 86 cabang.

Seiring berjalannya waktu, lelaki kelahiran Jepara, 25 Juni 1966 ini kembali merasa gelisah. Ia tergelitik mengibarkan bendera usaha dengan membuat restoran fried chicken sendiri. Kali ini dengan potensi pasar yang berbeda dengan usaha sebelumnya yang menyasar pasar menengah atas.

Pilihannya jatuh ke pasar menengah bawah. Selain pasarnya lebih besar, segmen tersebut juga belum tersentuh restoran fast food lokal maupun asing. Pada 21 Februari 2010, Nurul lantas mendirikan usaha sendiri dengan nama Rocket Chicken di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang.

Perkembangan bisnisnya ini di luar perkiraan Nurul. Antusias masyarakat menyambut bisnis makanan cepat sajinya sangat cujup menggembirakan. Baru setahun berjalan, Nurul memiliki 83 mitra. Dengan sistem waralaba, Nurul mengembangkan bisnisnya tampa mengeluarkan modal uang sepeser pun. "Semuanya hanya didasarkan pada kepercayaan saja," ujarnya.

Beruntung, kebanyakan mitranya adalah orang-orang yang mengenal dan tahu sosok Nurul yang telah berpengalaman dalam bisnis ayam krispi ini. "Saya cuma jual nama saja, outlet awalnya tak punya," tandas Nurul.

Bersama mitranya, ayah tiga anak ini hanya menekankan agar menjalankan bisnis dengan kerja keras, tekun serta jujur. Bila itu menjadi landasan, Nurul yakni bahwa usaha mereka akan membawa amanah. Tak cuma bagi karyawan, tapi juga pemilik usaha franchise ayam krispi Rocket Chicken. (Kontan.co.id)

Ustad Yusuf Mansur dan Matematika Sedekah


yusuf-mansurPada bulan Ramadhan tahun ini, di layar TV hampir setiap hari muncul wajah ustad muda yang namanya sedang melejit. Dialah ustad Yusuf Mansur, ustad muda dari Betawi. Usianya memang masih sangat muda, setelah mencari data lewat Mbah Google saya baru tahu kalau dia lahir pada tanggal 19 Desember 1976, jadi usianya baru 33 pada tahun ini. Wajahnya yang baby face, bersih, dan terkesan imut-imut.

Setelah pamor Aa Gym redup, ada beberapa ustad muda yang tengah naik daun. Mereka diantaranya adalah Ustad Jefry, Ustad Arifin Ilham, dan Ustad Yusuf Mansur (Ustad = guru). Kalau ustad Jefry dikenal sebagai “ustad gaul” karena dia populer di kalangan anak-anak muda. Kalau Ustad Arifin Ilham populer dengan majelis dzikirnya yang menghadirkan ribuan ummat dengan dress code putih-putih. Oh ya, saya ada sedikit kritikan buat Arifin Ilham, menurut saya dzikir itu tidak perlu dilakukan secara massal dan terbuka seperti itu, apalagi disiarkan secara langsung oleh televisi yang menampilkan Ustad Arifin Ilham menangis tersedu-sedu diikuti oleh para jamaahnya. Kurang sreg gitu, menurut saya eksploitasi seperti itu dapat mengurangi kekhusukan dzikir sebagai ibadah personal antara makhluk dengan Khaliknya.
 
Namun terhadap ustad Yusuf Mansur saya memberi respon positif. Saya mengikuti ceramah, diskusi, maupun obrolan dari ustad ini di televisi. Kata-katanya sederhana namun bernas dan mengena di hati. Ustad Yusuf Mansur mengusung tema “shadaqoh” atau sedekah dalam setiap dakwahnya. Dia mengajak ummat Islam untuk rajin bersedekah. Sebagian besar ummat Islam memahami sedekah adalah sebuah pemberian secara ikhlas untuk membantu orang dhuafa, misalnya memberi sedekah kepada pengemis, anak yatim, orang miskin, dan kaum papa lainnya. Setelah memberi sedekah umumnya kita melupakan pemberian tadi dan menganggap sedekah sebagai hal yang biasa saja.
 
Tapi, di “tangan” ustad Yusuf Mansur, makna sedekah (giving) lebih dari sekedar memberi. Dia menulis di dalam bukunya, The Power of Giving, tentang manfaat bersedekah. Sedekah tidak hanya untuk mensucikan harta, tetapi juga dapat menghapus dosa, memperoleh ampunan Allah, mendapatkan ridha dan kasih sayang dari Allah, memperoleh bantuan dari Allah, dan memakbulkan doa-doa. Dia menjelaskan konsep yang bernama “matematika sedekah”. Konsep matematika sedekah tidak sama dengan matematika yang kita kenal. Dasarnya ada pada Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 160 dimana Allah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka yang mau berbuat baik (bersedekah adalah salah satu perbuatan baik):
 
Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). QS. Al-An’am (6) : 160
 
Begini konsep matematika sedekah itu (dikutip dari sini):
Menurut pelajaran matematika yang kita kenal di sekolah dasar,
10 – 1 = 9,
tetapi, di dalam matematika sedekah,
10 – 1 = 19,
sebab setiap kali kita bersedekah dengan memberikan satu unit rizki (harta) kita, Allah akan menggantinya (membalasanya) 10 kali lipat.
Jika matematika sedekah itu dilanjutkan, maka kita memperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
 
Jadi, setelah 10 unit harta kita habis disedekahkan, maka kita memperoleh balasan dari Allah SWT 10 kali lipat dari semula, yaitu 100 unit. Matematika sedekah ini juga menjelaskan bahwa seseorang tidak akan jatuh miskin karena sering bersedekah, sebaliknya rizkinya makin bertambah. Subhanallah. Karena itu tidaklah perlu seseorang mempunyai sifat pelit atau kikir kepada orang lain.
Apakah balasan dari Allah SWT yang 10 kali lipat itu? Apakah berupa rezki yang jumlahnya 10 kali lipat dari harta yang kita sedekahkan? Wallahu alam, bisa begitu atau dalam bentuk yang lain, hanya Allah yang tahu. Balasan dari Allah SWT bisa berupa bantuan yang tidak terduga datangnya, bisa juga berupa dikabulkannya doa dan keinginan yang selama ini selalu dipinta. Ustad Yusuf Mansur menghadirkan kisah orang-orang yang mendapat anugerah tidak terduga karena kebiasaan bersedekah. Ada tukang bubur ayam keliling yang mendapat hadiah naik haji, ada wanita yang sudah “pertu” (perawan tua) mendapat jodoh, ada orang yang terlilit hutang yang ditolong orang lain sehingga hutangnya lunas, dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa memang Allah SWT membalas pemberian ummat-Nya dengan balasan yang tidak pernah ia bayangkan.
 
Satu hal yang pasti, Allah SWT sangat menyayangi ummat-Nya. Bersedekah atau memberi dapat mengijabah doa dan memudahkan banyak urusan. Memberi itu memang menakjubkan, giving is amazing.

Tayyibah Taylor, Kisah Sukses Mualaf Amerika

Tayyibah Taylor, founder Majalah Azizah di Amerika | Foto: www.republika.co.idREPUBLIKA.CO.ID, 
Ketika menginjak SMA, Taylor mempelajari beragam agama di dunia sebagai bagian dari mata pelajaran di sekolahnya. Ketika itu ia dan teman-temannya melakukan studi banding ke masjid dan ia sangat terpesona oleh suara Azan.
Taylor tak bergeming. Ketika teman-temannya pulang setelah mengunjungi masjid, ia justru semakin tertarik melihat masjid. Ia bertemu dengan seorang salah satu wanita di dalam masjid dan menanyakan apakah yang Muslim percayai. “Dia berkata, jika kamu ingin menjadi muslim, yang harus kau katakan adalah La ilaha illa Allah, Muhammad Rosulllah. Tak lama kemudian, aku melakukannya. Maka, begitulah ketika saya menjadi muslim,” katanya.
Setelah berlangsung berbulan-bulan, ayah Taylor mengantarkannya ke masjid. Ia berkata kepada ayahnya bahwa ia sedang melakukan penelitian ekstrakulikuler, tetapi ia berhenti. Ia mencoba untuk menjadi muslim dengan caranya, tetapi itu diakuinya tidak berhasil.
Beberapa tahun kemudian, ternyata dua sepupunya menjadi seorang muslim. Taylor mengaku masih dalam penelitian dan eksplorasi diri. “Saya mencoba menemukan tempat di alam semesta, mencoba mendefinisikan siapa saya dan hubungan saya dengan Sang Pencipta. Di titik itu, saya memutuskan tidak ada Tuhan dan tak bertuhan,” katanya.

Masuk Universitas
Namun demikian, ketika ia masuk Universitas Toronto dan sedang melakukan percobaan kromatologi di laboratorium mikrobiologi, Taylor melihat partikel klorofil di daun dan sesaat ia berpikir pasti ada Tuhan. “Itu pencerahan yang luar biasa, saya harus tahu apa hubungan saya dengan Tuhan dan apa tanggung jawab saya,”jelas Taylor.
Saat itu, ada beberapa pria yang bukannya pergi ke Vietnam untuk berperang, justru masih berada di Kanada karena telah menjadi muslim. Ia dan beberapa lelaki itu menghadapi perdebatan tentang politik, agama dan kehidupan yang ada di serikat mahasiswa.
Ketika ia mendengar tentang Islam lagi, ia memutuskan Islam akan menjadi jalan hidupnya. Islam tidak bergema dengannya sama sekali. Taylor mengaku tidak benar-benar mengalami rasisme apapun meski dibesarkan di lingkungan kulit putih.
Namun, selama perdebatan ini ada tema tetap bahkan jika kita adalah orang yang sadar politik yakni kesadaran spiritual. “Saya mencari formula untuk tak hanya mendapat kedamaian rohani dan kedamaian batin, tetapi yang memberi bentuk, struktur dan penguasaan diri, semua itu ada dalam Islam,” katanya.
Pada akhir tahun 1960-an, adalah masa pergolakan dimana semua orang melakukan hal mereka sendiri. Taylor selalu ingin tahu tentang keberadaan dan benar-benar perlu struktur dalam hidupnya. “Islam pasti memberikan itu,” jelasnya.
Taylor akhirnya berhenti dari kuliahnya di University Tokyo dan kembali ke Barbados. Orang tuanya telah membuat rumah di sana. Pada saat itu, Taylor mengalami pergolakan batin. Ia memerlukan perubahan tetapi belum memutuskan apa dan bagaimana perubahan tersebut. “Akhirnya saya memutuskan pergi ke Barbados, merenung dan menghabiskan beberapa bulan di pantai dan memutuskan masuk Islam,” terangnya.

Majalah Azizah
Sejak itu, orang tua Taylor melihat perubahan dalam dirinya. Pada awalnya Taylor berpikir orang tuanya akan sedih karena ia tidak memilih agama orang tuanya. Tetapi nyatanya, orang tua Taylor senang karena setidaknya ia memilih sebuah agama yang diyakini.
Taylor akhirnya menikah dengan warga Amerika dan pindah ke Houston. semakin memperdalam ilmu agama islam dengan pergi ke Sekolah Alquran. Disana ia belajar bahasa Arab dan Alquran. Dari sana, ia diundang ke sebuah konferensi di awal 90-an untuk wanita muslim Amerika.
Pada saat konferensi, Taylor kagum dengan prestasi para wanita muslim dan merasa perlu membukukannya. Jadi, ketika perjalanan pulang, ia terus berpikir keras bagaimana cara merealisasikannya. Akhirnya, tercetuslah ide untuk membuat majalah khusus wanita muslim. “Akhirnya saya melakukannya, menulis format dan memutuskan apa saja yang ada dipikiran saya,”katanya.
Dari situ Taylor membuat majalah wanita muslim Amerika, Azizah. Dari majalah tersebut, Taylor memeroleh banyak pernghargaan. Taylor didapuk sebagai penerima penghargaan Jurnalisme Etnis  di tahun 2009. Taylor juga memberikan kontribusi terhadap Majalah PINK, Review & Expositor, Majalah Aramco dan publikasi lainnya.
Dia juga pernah memberi kuliah tentang Islam dan wanita Muslim pada konferensi nasional dan internasional, termasuk Konferensi Pemasaran Muslim Universitas Duke, Simposium Fulbright di Perth, Australia, Divinity Harvard School Islam di Amerika dan beberapa konferensi lainnya.
Taylor mengatakan bahwa Islam lebih dari sekedar agama, itu adalah cara hidup. “Anda dapat menjadi seorang Muslim mana saja, dan itu hal yang indah tentang Islam. Islam universal. Saya pikir Islam akan bangkit kembali karena tidak ada dikotomi antara menjadi Muslim dengan menjadi Amerika,” jelasnya.

Menjadi Kaya dengan Sedekah

Semua berawal dari perkataan teman tentang sedekah. Dia bercerita tentang Ustad Yusuf Mansur yang menganjurkan sedekah untuk mendapatkan tujuan kita. Dalam kondisinya, dia ingin segera menikahi tambatan hatinya namun kekurangan biaya. Ia pun mulai bersedekah berdasarkan jumlah nominal uang yang ia perlukan untuk membuat resepsi pernikahan nanti.
 
Karena penasaran dengan Ustad Yusuf Mansur yang telah membuat teman saya sangat terinspirasi itu, saya pun segera mencari informasi tentang Ustad Yusuf Mansur. Ternyata saya menemukan film ‘Kun FayaKuun‘ yang dibuat oleh Ustad Yusuf Mansur. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang tukang kaca yang jauh dari mencukupi, namun tukang kaca itu tidak berputus asa dari rahmat Allah dan ia tetap bersedekah meskipun kekurangan.
 
Film ini sangat menginspirasi saya sehingga malam itu juga saya memutuskan besok pagi saya akan naik bis ke kantor agar bisa membeli banyak barang yang ditawarkan ke saya di dalam bis dengan maksud sedekah. Alhamdulillah, baru saja berniat seperti itu, besok paginya saya diajak meeting mendadak oleh seseorang dan dari pembicaraan kami telah lahir sebuah peluang yang nilainya ratusan kali lipat dari jumlah yang saya niatkan untuk sedekah. Subhanallah, baru niat saja sudah seperti itu! Saya pikir ini kebetulan, tapi waktu mendengarkan testimoni ibu ini di YouTube, saya yakin ini bukan sekedar kebetulan.
 
Saya semakin penasaran dan membeli buku dengan judul ‘The Miracle of Giving, Keajaiban Sedekah‘ yang ditulis oleh Ustad Yusuf Mansur sendiri. Di dalam buku itu, disebutkan dalam Al-Qur’an Surat 6:160, Allah menjanjikan balasan 10x lipat bagi mereka yang mau berbuat baik. Bahkan di dalam Al-Qur’an Surat: 2: 261, Allah menjanjikan balasan sampai 700 x lipat.  Selama ini terus terang saya nggak menyadarinya. Insya Allah sedekah terus saya lakukan, tapi saya nggak pernah ‘menghitung’ dan mengharapkan apa yang akan saya dapatkan nanti dari Allah. Saya tidak menghubung-hubungkan rejeki yang saya terima dengan sedekah yang saya lakukan, padahal itu berkaitan erat!
 
Di dalam buku ini, Ustad Yusuf Mansur berkata, apa yang sudah kita ketahui ini akan menjadi ilmu buat kita. Sehingga jika kesusahan dalam hal finansial, nggak susah-susah minta tolong orang lain, tapi langsung minta tolong kepada Allah. Karena sadar dengan hal ini pun, saya jadi berusaha untuk sedekah dengan lebih baik dan terencana.
Beberapa tips menjadi kaya dari masukan Ustad Yusuf Mansur:
  1. Shalat Dhuha 4 rakaat (dilaksanakan dalam 2 rakaat – 2 rakaat) dapat membuka pintu rizqi
  2. Meminta pada Allah saat Shalat Tahajjud
  3. Memelihara dan memberi makan anak yatim
  4. Sedekah 10% dari penghasilan, karena 2,5% saja tidak cukup
  5. Sedekah 10% dari jumlah yang diinginkan. Dengan konsep ini, jika kita ingin membeli rumah seharga Rp 100 juta, maka kita harus bersedekah sekitar Rp 10 juta terlebih dahulu. Karena beginilah matematika sedekah menurut Ustad Yusuf Mansur 10 – 1 = 19
    Dalam matematika biasa memang 10 – 1 adalah 9. Namun karena Allah menjanjikan balasan 10x lipat, maka minimal kita akan mendapatkan 19. Jika perhitungan dilanjutkan maka akan seperti ini:
    10 – 2= 28
    10 – 3= 37
    10 – 4= 46
    10 – 5= 55
    10 – 6= 64
    10 – 7= 73
    10 – 8= 82
    10 – 9= 91
    10 – 10= 100
    Jadi sekarang agak ‘masuk akal’ kan jika ingin beli rumah Rp 100 juta maka harus bersedekah Rp 10 juta dulu :)
  6. Tambahan dari saya mungkin bisa dicoba. Saya selama ini bersedekah untuk sesuatu yang sifatnya dapat berlipat ganda. Misalnya, sedekah untuk pendidikan anak, sedekah untuk alat ibadah, dll, yang kemungkinan pahalanya dapat saya bawa hingga mati (karena terus mengalir).
Last but not least, kadang-kadang untuk bisa percaya, kita perlu membuktikan. Mungkin dari pengalaman sendiri sudah banyak, tapi karena nggak perhatian akhirnya kita lupa. Silahkan baca pengalaman-pengalaman orang lain yang bersedekah dan merasakan manfaatnya di situs Wisata Hati milik Ustad Yusuf Mansur. Selamat bersedekah!

Pagi ini gue praktekin ilmu sedekah-nya di bis, dengan membeli barang-barang yang tidak terlalu gue butuhkan plus menyantuni pengamen dan peminta-minta yang terlihat memang tidak capable menolong dirinya sendiri. Di sini gue ikhlas dan menghilangkan buruk sangka seperti, “Dapet berapa tu orang sehari, jangan-jangan lebih kaya dari gue!”.
 
Kalau dihitung berarti hari ini ‘invest’ Rp 50.000 di dalam bis. Kemudian pas sampai kantor, ngambil dokumen adek gue di lantai 1, ternyata masi disuruh bayar Rp 400.000-an lagi dan karena mereka nggak punya mesinnya gue disuruh ambil ATM dulu aja di depan. Meskipun bawaan gue banyak banget dari di bis sampe kantor gue coba tahan nggak ngedumel. Ternyata setelah gue ambil duit gue seperti nggak berkurang malah bertambah. Langsung deg-degan.
Sampai kantor langsung cek Klik BCA and ada transferan senilai 20x investasi gue tadi pagi dari arah yang tidak disangka-sangka. Jadi teman-teman, ilmu baru ini terbukti dan teruji, jangan ragu lagi!
Ps: Semua barang itu tidak akan menjadi mubazir, karena akan di-donate pada yang benar-benar membutuhkan
Pss: Semua yang disampaikan tidak untuk bermaksud Riya’a

Sukses Muslim dengan Do'a (1), Kisah Ampuhnya Do'a

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Untuk menggapai hasil yang kita cita-citakan, setiap orang punya usaha keras. Siang malam mengeluarkan keringat untuk menggapainya. Mau usaha laundrynya sukses, bisnis komputernya lancar, atau berhasil dalam menghadapi ujian berbagai usaha pemasaran, inovasi produk dan belajar keras pun dilakukan. Namun satu hal yang mesti seorang pengusaha atau seorang yang ingin meraih keberhasilan perhatikan adalah bagaimana dirinya jangan sampai melupakan Rabb yang memudahkan segala urusan. Betapa pun usaha yang kita lakukan, itu bisa jadi sia-sia ketika kita melupakan Rabb Ar Rahman yang mengabulkan segala hajat. Dengan banyak memohon pada Al Fattaah, Maha Pemberi Karunia, segala hal bisa jadi lebih mudah. Inilah yang jadi senjata seorang muslim yang mesti ia gunakan untuk meraih suksesnya.

Janji Allah Bagi Orang yang Memanjatkan Do’a
Ayat-ayat qur’aniyah berikut menunjukkan keutamaan seseorang yang memanjatkan do’a. Allah Ta’ala berfirman,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".” (QS. Ghofir/ Al Mu’min: 60)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)
Beberapa hadits berikut juga menunjukkan bagaimanakah keutamaan seseorang yang tidak bosan-bosannya memohon pada Allah. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
Do’a adalah ibadah.[1]
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ
Tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya di sisi Allah Ta’ala selain do’a.[2]
Dari Abu Sa’id, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« ما مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلاَّ أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاَثٍ إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِى الآخِرَةِ وَإِمَّا أَنُْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا ». قَالُوا إِذاً نُكْثِرُ. قَالَ « اللَّهُ أَكْثَرُ »
Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1] Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a-do'a kalian.[3]

Bukti Ampuhnya Do’a
Beberapa kisah berikut membuktikan betapa ampuhnya do’a bagi seorang muslim.
(1) Do’a Ummu Salamah sehingga bisa menikah dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ada sebuah hadits dari Ummu Salamah -salah satu istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam- berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« 
مَا مِنْ عَبْدٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِى فِى مُصِيبَتِى وَأَخْلِفْ لِى خَيْرًا مِنْهَا إِلاَّ أَجَرَهُ اللَّهُ فِى مُصِيبَتِهِ وَأَخْلَفَ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا ». قَالَتْ فَلَمَّا تُوُفِّىَ أَبُو سَلَمَةَ قُلْتُ كَمَا أَمَرَنِى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَخْلَفَ اللَّهُ لِى خَيْرًا مِنْهُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.
Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi rooji'un. Allahumma'jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron minhaa [Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah, berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang lebih baik]”, maka Allah akan memberinya ganjaran dalam musibahnya dan menggantinya dengan yang lebih baik.” Ketika, Abu Salamah (suamiku) wafat, aku pun menyebut do'a sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam perintahkan padaku. Allah pun memberiku suami yang lebih baik dari suamiku yang dulu yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.”[4]
Lihatlah bagaimana do’a Ummu Salamah bisa dikabulkan dengan diberi suami seperti Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini menunjukkan ajaibnya do’a.

(2) Kisah Seorang Istri yang Mendoakan Suaminya yang Bejat
Ada seorang suami yang benar-benar jauh dari ketaatan pada Allah Ta’ala, yang gemar melakukan dosa. Ia memiliki istri yang sholehah. Istrinya ini senantiasa memberinya nasehat, wejangan dan berlemah lembut dalam ucapan pada suaminya, namun belum juga nampak bekas kebaikan pada diri sang suami. Si istri ini pun tahu bahwa do’a kepada Allah Ta’ala adalah sebaik-baiknya cara (agar suaminya bisa mendapatkan hidayah). Karena Allah subhanahu wa ta’ala yang memberi petunjuk pada siapa saja yang Dia kehendaki dan menyesatkan siapa saja yang Dia kehendaki. Si istri ini akhirnya terus menerus berdoa agar Allah memperbaiki keadaan suaminya menjadi baik dan menunjukkan suaminya ke jalan yang lurus (shirothol mustaqim). Ia tidak bosan-bosannya berdoa akan hal ini siang dan malam.
Akhirnya si istri mendapatkan waktu yang ia nanti-nanti. Suatu hari hidayah pun menghampiri suaminya, nampak pada suaminya tanda kembali taat. Suaminya akhirnya gemar lakukan kebaikan, ia pun bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala. Walillahil hamd, segala puji hanya untuk Allah.[5] Lihatlah bagaimana lagi satu kisah yang menunjukkan keinginan yang terwujud berkat do’a pada Allah.

(3) Kisah Seorang Pria yang Dikaruniai Anak di Usia Senja.
Ada seorang pria menikahi seorang wanita. Ia sudah bersama wanita tersebut beberapa tahun lamanya, namun belum juga dikaruniai anak. Lalu ia menikah lagi dengan wanita lainnya, Allah pun belum menakdirkan baginya untuk memiliki anak. Hal ini membuat ia semakin merindukan memiliki buah hati. Ketika usianya sudah beranjak dewasa, ia menikah lagi dengan wanita ketiga. Padahal umurnya ketika itu adalah 60 tahun. Di setiap malam, ia selalu melakukan shalat tahajud. Di waktu sahr (menjelang Shubuh), ia berdo’a pada Allah, “Ya Allah, karuniakanlah padaku seorang anak laki-laki atau seorang anak perempuan.” Dengan karunia Allah subhanahu wa ta’ala, akhirnya istrinya pun hamil. Kemudian datanglah waktu istrinya melahirkan. Ia pun diberikan kabar gembira dengan diberi rizki seorang putera. Ia begitu amat gembira dan banyak bersyukur pada Allah. Beberapa waktu lagi setelah kelahiran tadi, Allah memberinya juga seorang puteri. Fa subhanal kariim. Maha Suci Allah atas karunia-Nya.[6]
Kisah ini menunjukkan bagaimana ampuhnya do’a bagi seorang muslim. Mendapatkan keturunan di usia tua juga sudah dialami oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Namun Nabi Ibrahim mendapatkan anak dengan istri yang sama-sama juga sudah berusia senja. Allah Ta'ala menceritakan,

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوبَ (71) قَالَتْ يَا وَيْلَتَا أَأَلِدُ وَأَنَا عَجُوزٌ وَهَذَا بَعْلِي شَيْخًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عَجِيبٌ (72)
Dan isterinya berdiri (dibalik tirai) lalu dia tersenyum, maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Ya'qub. Isterinya berkata: "Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh." ” (QS. Huud: 71-72)
Itulah karunia Allah, suatu hal yang mustahil bisa saja terjadi dengan izin Allah.

(4) Seorang Pemuda yang Berdo’a agar Dimudahkan Menundukkan Pandangan dari yang Haram
Ada seorang pemuda yang sempat melihat video-video (porno) dan gambar lain yang diharamkan. Ia pun bertekad kuat agar terhindar dari melihat seperti itu. Namun ia tidak mampu. Kemudian ia mampu. Ia pun berdo’a pada Allah Ta’ala agar Allah menjaga pendengaran dan penglihatannya dari yang haram. Akhirnya, Allah memperkenankan do’anya. Dari sini ia pun tidak suka melihat gambar-gambar yang terlarang seperti itu. Sampai-sampai ia pun bisa menghafalkan Al Qur’an karena sikapnya yang menjauhi maksiat.[7]
Kisah ini membuktikan bahwa kita bisa terhindar dari maksiat hanya dengan taufik Allah, jalannya adalah dengan banyak memohon pada Allah. Laa hawla wa laa quwwata illa billah, tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan dan menjauhi maksiat kecuali dengan pertolongan Ar Rahman. Do’a yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan agar kita bisa menjaga pandangan, pendengaran dan hati kita dari kejelekan dan maksiat adalah do’a,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى
Allahumma inni a’udzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii wa min syarri maniyyii” (Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari kejelekan pendengaran, penglihatan, lisan, hati dan angan-angan yang rusak).[8]
-Bersambung insya Allah-

Hasilkan Ratusan Juta Berkat Rajin Sedekah

 
ENTREPRENEUR: H Juned sibuk bertelepon sedang mengawasi anak buahnya yang sedang memotong besi.

Siapa sangka besi tua yang tadinya tak bernilai, bisa menjadi mesin uang? Itulah yang dilakukan H Juned, pengusaha besi bekas yang jatuh bangun dalam membesarkan usahanya.

KEBERADAAN usaha besi tua di sepanjang Jalan Raya Warungborong- Ciampea memang sudah melegenda. Usaha yag terlihat kotor dan tidak bernilai itu ternyata menghasilkan keuntungan besar. H Juned (47), bahkan bisa menghasilkan ratusan juta rupiah per bulan.

“Modal yang dikeluarkan memang agak besar, namun keuntungan yang saya dapat sepuluh kali lipatnya. Tapi semua itu tidak saya dapatkan dengan mudah, butuh kerja keras yang kuat untuk mencapainya,” ucap bapak enam orang anak ini.

Ia menuturkan, teman seprofesinya banyak yang berhasil, tapi ada pula yang bangkrut karena tidak kuat bersaing dengan pengusaha lain.

Berdasarkan pengakuannya, modal yang ia keluarkan untuk memulai usahanya ini sebesar Rp8 juta. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan las, bahan baku berupa besi tua dan sisanya untuk menyewa tempat.

“Bahan baku yang saya gunakan adalah jenis limbah besi bekas yang didapatkan dari Jakarta seharga Rp8.000- Rp10.000 per kilogram,” terang Juned.

Setelah bahan mentah didapat,besi-besi tua itu dipotong menjadi beberapa bagian kemudian disatukan kembali menjadi sebuah gelondongan yang berfungsi sebagai pemisah batu dan emas. Sehari bengkelnya bisa menghasilkan 70 besi gelondongan.

Setiap besi gelondongan harganya bervariasi dari mulai Rp500.000-Rp1.300.000 juta perbuah, tergantung ukuran. Juned mengakui pemasaran besi gelondongan ini sudah hampir ke seluruh Indonesia. Di antaranya Kalimatan, Sumbawa, Medan, Aceh, Gunung Julang dan Pongkor. Sekali pemesanan bisa mencapai 400 buah.

Suami Een Suhaeni (40) ini mempekerjakan 15 orang dengan keuntungan Rp100 juta perbulan. Bukan nominal kecil bagi seorang pengusaha besi bekas yang baru meniti usaha 17 tahun terakhir ini.

“Saya selalu berusaha untuk maju dan berkembang, karena usaha yang saya lakukan semata- mata hanya untuk keluarga,” ucapnya.

Juned menambahkan, ada kiat khusus agar menjadi pengusaha sukses, yakni perbanyaklah sedekah kepada anak yatim.(*)

Rajin Sedekah, Rejeki Melimpah Kisah Sukses Pengusaha Mebel Wanadadi Banjarnegara

Alkisah, warga Padang Sumatera Barat terkenal dengan jiwa merantaunya. Tidak sekalipun pulang sampai cita-cita digapai. Tidak mudik manakala kesuksesan belum diraih. Kata sebagian orang, malu manakala belum jadi orang sukses. Demikian semangat membara orang minang. Kita bisa lihat kisah sukses para saudagar Padang, atau kisah sukses warga minang lain dengan rumah makannya.
Meski bukan keturunan Minang, Arab ataupun Cina, Ibu Sumarti (48 th) adalah satu dari sekian pengusaha yang mewarisi semangat mereka. Istri dari Pak Samsul (54 th) ini telah banyak makan garam soal perdagangan. Sejak SD dirinya sudah terbiasa membantu melayani pembeli di kios kelontong milik orang tuanya tepatnya di Pasar Induk Wanadadi Banjarnegara. Ajaran melayani pelanggan sebaik-baiknya, jujur dan murah senyum telah ia terima sejak itu. 

Tak hanya itu, semangat berusaha dan sedikit manajemen pun telah ia dapatkan sedari kecil. Tak heran kemudian dalam perjalanan usahanya ketika ia sudah mandiri bersama sang suami, dirinya mengaku jarang sekali merasa sulit dalam usaha mebelnya yang telah ia mulai sejak tahun 1985 silam. Mebel Ridlo, demikian nama toko dari pasutri (pasangan suami istri) ini. 

Bagi Bu Marti, usaha mebel bukanlah usaha yang pertama. Ibu tiga anak ini menuturkan, bahwa ia sebelumnya juga membuka warung kelontong di Pasar Induk Wanadadi, namun karena alasan pindah rumah ia berhenti berjualan. ”Kita juga pernah jualan buku mas, kebetulan ada SMP Wanadadi di depan rumah, namun akhirnya berhenti juga karena koperasi sekolah mewajibkan siswanya membeli buku di sekolah” jelasnya. 

Ikhtiar semaksimal mungkin. Meski belum sukses dengan usaha sebelumnya, namun do’a sembari terus bersedekah tak henti-hentinya ia lakukan. ”Ibu saya mengajarkan shalat malam, shalat dhuha dan sebisa mungkin bersedekah setiap hari. Meski saya tak tahu apa yang akan saya dapatkan dengan melakukan hal itu, namun saya selalu berusaha mencontoh apa yang telah dilakukan orang tua saya” terang Bu Marti. 

Pucuk dicinta ulam pun tiba, demikian kata pepatah. Toko Mebel Ridlo berawal dari hal kecil yang sangat sederhana. ”Kala itu kebetulan ada temen yang butuh lemari, gak tahu kenapa ia percaya kepada saya untuk mencarikan ke tukang kayu, mungkin semuanya memang telah diatur. Lha saya kan sukanya bisnis, jadi ya saya pesan ke tukang kayu kemudian saya jual pada teman saya itu dengan cara diangsur” cerita ibu yang murah senyum ini. 

”Berawal dari satu orang, lama kelamaan teman-teman lainpun ikut-ikutan membeli kepada saya saat mereka butuh lemari, kursi atau mebel lainnya. Saya dan suamipun kemudian berfikir kenapa tidak membuka toko sendiri saja. Akhirnya kamipun membuka toko sendiri 24 tahun silam. Dengan dua tukang kayu, rumah kami jadi pabrik sekaligus toko” tambahnya berkisah. 

Untuk mencapai kesuksesan dan kemapanan memang selalu butuh perjuangan dan kesabaran, demikian pula yang dialami Bu Marti dan Pak Samsul. Berawal dari uang 20 ribu rupiah saat pertama kali mendapat pesanan dari teman, itupun pinjaman orang tua, kini tak terhitung lagi jumlahnya. Ketika ditanya asset maupun omzet harian, ia hanya menjawab dengan senyum saja, sembari guyon ”Saya tak pernah menghitung mas, nanti malah terlalu banyak pikiran”. Saat disusul dengan pertanyaan, lalu bagaimana dengan manajemennya bu? ”Kami hanya menulis transaksi dengan tiga pembukuan; pemasukan, pengeluaran, dan piutang” jawabnya. 

Tak lagi menjadikan rumah sebagai pabrik sekaligus toko, namun tokonya telah dibangun sendiri meski berada di samping rumah. Pabriknya pun sudah berdiri sendiri, berada di daerah Purbalingga. 

Kini toko mebel ridlo telah memiliki 25 karyawan, 15 orang tukang kayu, dan 10 orang pelayan di toko. Dua anaknya yang kini telah berkeluarga pun, membuka cabang di Karangkobar dan Linggamerta Banjarnegara. 

Pak Samsul memberikan resep kepada kita semua seputar kesuksesannya. Menurutnya, salah satu kunci suksesnya ia biasa menjual mebel lebih murah. Harga beli di toko lain, menjadi harga jual di toko mebel ridlo ini. “Saya selalu membayar lunas barang yang dikirim oleh sales, sehingga saya bisa dapat harga lebih murah” jelas lulusan sebuah STM di Yogya ini. 

“Kami tak pernah promosi, tapi alhamdulillah langganan kami dari mana-mana, tak hanya Banjarnegara saja tapi juga luar kota. Bahkan ada langganan kami dari Sumatera, kulakan di sini dan dijual lagi di sana” tambahnya.

Untuk menemukan tokonya anggota TAMZIS Wanadadi Banjarnegara ini tidaklah sulit, letaknya yang strategis di Jalan Raya Wanadadi tepatnya depan SMP N 2 Wanadadi. Buka dari jam setengah tuju pagi hingga jam lima sore.

Kini, untuk urusan simpanan harian maupun investasi, dipercayakan kepada TAMZIS. ”Saya percaya dengan TAMZIS, begitu juga Mbak Umi marketing TAMZIS Wanadadi yang setiap hari datang. Nyaman, dan enak” kata ibu yang telah ziarah haji ini.

Suami istri itu saling melengkapi, barangkali begitu juga dengan toko mebel ridlo. Disisi lain, Bu Marti mengungkap rahasia suksesnya. Menurutnya, sebagai penjual harus murah senyum dan nyedulur (membina persaudaraan). “Saya suka guyon mas, bersilaturahim dan ngobrol, kalau kita berniat baik dan husnudzon insya Allah kita akan banyak saudara” katanya. “Untuk urusan rejeki Allah telah menentukan, yang penting kita selalu berdo’a, ikhtiar, dan jangan lupa selalu beramal meski sedikit, tapi kalau bisa kita usahakan rutin” tambah alumni PGAN Banjarnegara ini.

Wednesday 6 June 2012

Perlindungan dari Musuh Nyata

                                                                  (QS. An-Naas 1-6)
Katakanlah : Aku berlindung kepada Rabb manusia (1). Raja manusia (2). Ilah manusia (3). Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi (4) Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia (5). Dari (golongan) jin dan manusia (6)”

Pendahuluan
Surat An-Naas adalah surat terakhir sesuai urutan dalam Mushhaf Al Qur’an namun bukan terakhir menurut urutan turunnya wahyu karena surat ini termasuk kategori surat makkiyah, yakni yang turun pada periode Mekkah.
Surat An-Naas merupakan salah satu dari al-mu’awwidzaat (surat-surat perlindungan, yakni Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas) dan juga al-mu’awwidzatain (dua surat perlindungan, yakni Al-Falaq dan An-Naas) dimana Allah SWT memberi arahan kepada orang-orang yang beriman agar senantiasa memohon penjagaan dan perlindungan kepada-Nya dari segala kejahatan, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi, yang diketahui ataupun yang tidak diketahui, secara umum dan global ataupun secara khusus.

Keutamaan Surat  
Adalah suatu hal yang istimewa ketika surat-surat tersebut secara khusus disebut sebagai surat-surat perlindungan, padahal semua surat atau ayat dalam Al-Qur’an tidak lain adalah perlindungan juga. Bahkan disebutkan dalam sebuah hadits bahwa setelah turunnya Al-Falaq dan An-Naas, Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam mencukupkan diri dengan keduanya saja dalam permohonan perlindungan dari keburukan dan kejahatan jin serta manusia (lihat hadits Abu Sa’id Al-Khudriy riwayat At-Tirmidzi, An-Nasaa-i dan Ibnu Majah).

Banyak sekali riwayat yang menegaskan tentang keutamaan surat-surat perlindungan ini. Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin Amir bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Tidakkah engkau tahu bahwa pada malam ini telah diturunkan ayat-ayat yang tidak ada yang membandinginya (dalam keutamaannya), yakni Qul a’udzu birabbil falaq (QS Al-Falaq) dan Qul a’udzu birabbin naas (QS An-Naas)?” (HR Muslim).

Kita juga dianjurkan untuk senantiasa membaca surat-surat perlindungan ini setiap selesai shalat, ketika hendak tidur, ketika bangun tidur, pada waktu petang dan pada waktu pagi. Diriwayatkan dari ‘Uqbah bin Amir, beliau berkata,”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruhku membaca surat-surat perlindungan (al-mu’awwidzaat : QS Al-Ikhlas, QS Al-Falaq, QS An-Naas) setiap selesai shalat”. (HR Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai). Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh ‘Uqbah bin Amir untuk membaca dua surat: QS Al-Falaq dan QS An-Naas setiap kali tidur dan setiap kali bangun (HR Ahmad dan An-Nasaa-i).

Dalam hadits riwayat Aisyah radhiyallahu ‘anha , disebutkan bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersiap untuk tidur setiap malam, maka beliau mempertemukan kedua telapak tangannya dan meniup pada keduanya seraya membaca QS-Ikhlash, QS Al-Falaq, dan QS An-Naas lalu mengusapkannya ke seluruh bagian badannya dimulai dari kepala, wajah, dan bagian depan badan beliau. Dan beliau mengulang yang demikian itu tiga kali (HR Al-Bukhari dan Ashabus Sunan). Dan dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah bersabda (yang artinya) : “Bacalah Qul a’udzu birabbilfalaq (yakni QS Al-Falaq) dan Qul a’udzu birabbinnaas (yakni QS An-Naas) pada waktu petang dan pagi sebanyak tiga kali, maka itu cukup untuk menjaga dirimu dari segala bentuk gangguan“ (HR. Abu Dawud. An Nasa’i dan At Tirmidzi).

Disamping itu, kita juga dianjurkan untuk banyak-banyak membaca surat-surat perlindungan tersebut dalam berbagai kesempatan secara umum, baik dalam shalat ataupun diluar shalat.
Dalam riwayat Al-Baihaqi, diceritakan bahwa surat Al-Falaq dan An-Naas diturunkan sebagai ruqyah bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat disihir oleh seorang Yahudi yang bernama Labid bin al-A’sham dengan sebelas buhul (simpul tali), dimana setiap kali dibacakan satu demi satu ayat-ayat dari kedua surat tersebut maka terlepaslah buhul-buhul itu satu persatu. Kisah tentang disihirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini sendiri terdapat dalam Shahih Al-Bukhari.

Mengapa Mesti Ber-isti’adzah
Sebagai seorang muslim, sudah semestinya kita senantiasa memohon perlindungan (isti’adzah) kepada Allah, diantaranya dengan membaca surat-surat perlindungan diatas. Adapun alasan mengapa kita mesti banyak-banyak memohon perlindungan kepada Allah adalah sebagai berikut.

Pertama, karena Allah memang memerintahkan kita untuk banyak-banyak memohon perlindungan kepada-Nya. Bahkan, kalau kita perhatikan, betapa banyak Rasulullah telah mengajarkan kepada kita doa-doa perlindungan, untuk diucapkan dalam kesempatan-kesempatan khusus dan dalam berbagai kesempatan secara umum. Demikian pula surat-surat perlindungan diatas dan ayat-ayat Al-Qur’an pada umumnya juga merupakan perlindungan bagi kita.

Kedua, karena memohon perlindungan kepada Allah merupakan bagian dari doa, sementara doa adalah bentuk ibadah yang terbaik. Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa enggan meminta kepada Allah maka Dia akan marah kepadanya” (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Abu Hurairah). Ini berarti semakin banyak kita meminta kepada Allah, Dia akan semakin mencintai kita. Tentu ini berbeda dengan manusia yang jika sering dimintai justeru akan jengkel atau marah.

Ketiga, karena meneladani Rasulullah saw yang sangat banyak memohon perlindungan kepada Allah padahal beliau adalah ma’shum, dijamin terjaga dari segala bentuk kejahatan. Lalu bagaimana dengan kita? Sudah tentu kita lebih pantas untuk banyak-banyak memohon perlindungan kepada Allah.

Keempat, karena memohon perlindungan kepada Allah adalah suatu kebutuhan bagi kita. Hal ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, karena manusia adalah makhluq yang lemah. Dalam hal ini, Allah berfirman,”Manusia diciptakan dalam keadaan lemah” (QS.). Kedua, karena kejahatan sangatlah banyak bentuk dan jumlahnya, dan setiap saat bisa mengenai diri kita. Kejahatan bisa datang dari sesama manusia, binatang buas, binatang berbisa, alam dengan berbagai fenomenanya, Iblis, syetan, jin yang jahat dan sebagainya. Dan kepada Allah sajalah kita layak memohon perlindungan karena Dia-lah Dzat Yang Maha Kuat dan tidak memiliki kelemahan ataupun kekurangan sama sekali.

Kandungan Surat
Dalam surat ini, demikian pula surat sebelumnya yaitu Al-Falaq, Allah memerintahkan kepada kita untuk ber-isti’adzah dengan firman-Nya Qul, yang bermakna : Katakanlah. Ini berarti bahwa pengucapan dengan lisan merupakan bentuk terbaik dari permohonan perlindungan kepada Allah, demikian pula doa pada umumnya.

Surat ini mengingatkan bahwa, manusia adalah makhluq lemah yang senantiasa membutuhkan penjagaan dan perlindungan. Dan mencari serta memohon perlindungan haruslah kepada Dzat Maha Pelindung. Dia-lah Allah, Rabb semua manusia, Raja semua manusia dan Ilah semua manusia. Disamping itu, isti’adzah (memohon perlindungan) adalah merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak boleh ditujukan melainkan hanya kepada Allah Ta’ala semata.

Bahaya dan ancaman  terbesar manusia mukmin dalam kehidupannya adalah yang membahayakan dan mengancam keselamatan hatinya, kesucian jiwanya dan kemurnian iman, tauhid dan ibadahnya. Maka manusia mukmin diarahkan agar mencari dan memohon perlindungan untuk semua itu.

Dan faktor pengancam paling vital bagi manusia mukmin tersebut adalah syetan yang memang adalah musuh bebuyutan terbesar dan paling nyata bagi orang-orang beriman (QS. Al Baqarah [2] : 168 & 208 ; Al An’am [6] : 142). Oleh karena itu kita harus menjadikannya sebagai musuh utama kita dan senantiasa menyatakan perang terhadapnya (lihat QS. Faathir [35] : 6). Barangkali karena inilah, perlindungan dari syetan dinyatakan secara khusus dalam satu surat ini, setelah kita memohon perlindungan dari berbagai bentuk kejahatan dalam surat Al-Falaq. Dalam surat ini kita juga diingatkan bahwa syetan itu tidak hanya dari keturunan Iblis dan golongan jin saja, namun juga dari golongan manusia (lihat QS. Al An’am [6] : 112).

Namun perlu disadari bahwa, sebenarnya tipu daya syetan itu lemah (QS. An Nisa’ [4] : 76). Oleh karena itu pada hakekatnya ia tidak memiliki kekuasaan apa-apa atas orang-orang yang benar-benar beriman dan bertawakal pada Allah (QS. An Nahl [16] : 99). Dominasi kekuasaan dan pengaruhnya hanyalah terhadap orang-orang yang memang telah memberikan wala’ (loyalitas dan keberpihakan) padanya dan menyambut serta mengikuti ajakannya (QS. An Nahl [16] : 100 ; Al A’raf [14] ; 22).

Dalam surat ini disebut tiga sifat Allah, yaitu Rabb, Malik dan Ilah. Allah sebagai Rabb mengandung beberapa makna sebagai berikut. Pertama, Allah adalah pencipta (al-khaaliq). Lihat juga QS. Al An’am [6] : 102 ; Ar-Ra’ad [13] : 16 ; Az Zumar [39] : 62 ; Ghafir [40] : 62 ; Al-Hasyr [59] : 24. Kedua, Allah adalah pemilik (al-maalik). Lihat juga QS. Ali Imron [3] : 26-27 ; An-Nisa’ [4] : 131 & 170. Ketiga, Allah adalah pemberi rizki (ar-raaziq). Lihat juga QS. Fathir [35] : 3 ; Adz-Dzariyat [51] : 58 ; Ar-Rum [30] : 40 ; Ghafir [40] : 64. Dan keempat, Allah adalah pengatur segala urusan alam semesta (al-mudabbir). Lihat juga QS. Yunus [10] : 3 & 31 ; Ar-Ra’ad [13] : 2.

Adapun Allah sebagai Raja (Al-Malik) mengandung beberapa arti berikut. Pertama, Allah adalah penguasa sekaligus pembuat hukum dan tatanan kehidupan (al-haakim) : QS. At Tin [95]  :8 ; Al Maidah [5] : 50 ; Yunus [ 12] : 40. Kedua, Allah adalah Dzat satu-satunya yang berhak mendapat ketaatan mutlak (al-muthaa’) : QS. Ali Imron [3] : 32 & 132 ; An Nisa’ [4] : 59 ; Al Maidah [5] : 92 ; Al An fal [8] : 46. Ketiga, Allah juga adalah Dzat satu-satu-Nya yang berhak memperoleh loyalitas mutlak (al-waliy) : QS. Al Baqoroh [2] : 257 ; Al Maidah [5] : 55 ; Al Hajj [22] : 40-41.

Sementara Allah sebagai Ilah memiliki beberapa makna berikut. Pertama, Allah adalah Dzat satu-satu-Nya yang harus menjadi puncak pengharapan, tujuan dan cita-cita manusia dalam segenap urusannya (al-ghayah) : QS. Al An’am [6] : 163. Kedua, Allah adalah Dzat satu-satu-Nya yang berhak atas segala bentuk penghambaan dan peribadatan (al-ma’bud) : Qs. Al Fatihah [1] : 5 ; Al Baqoroh [2] : 21 ; Al An’am [6] : 102 ; Adz Dzariyat [51] : 56 ; An Nahl [16] : 36 ; Al Anbiya’ [21] : 25.
 
Memahami ketiga sifat Allah tersebut berikut rincian maknanya merupakan bagian dari ma’rifatullah (mengenal Allah). Namun perlu diingat, ma’rifatullah tidaklah hanya mengetahui dan mengakui wujud-Nya serta sekedar menghafal Asma dan Shifat-nya saja. Tapi yang lebih penting lagi adalah: mengenal fungsi-fungsi Asma dan Shifat-Nya tersebut berikut ’sentuhan-sentuhannya’ dalam kehidupan serta mengetahui konsekuensi-konsekuensinya terkait dengan keimanan dan ibadah kita.
Oleh:Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

4 MODEL WANITA PENDAMPING HIDUP KITA


Saudaraku…
Kehadiran kaum hawa dalam kehidupan kita adalah penyempurna kebahagiaan kita dalam hidup. Artinya tanpa kehadirannya, maka kebahagiaan yang kita kecap adalah semu, hambar tak bermakna.

Kesuksesan kita di berbagai sisi kehidupan, tak luput dari peran besar mereka. Sukses di bidang keagamaan, medan perjuangan, pentas politik, bisnis, pendidikan, sosial kemasyarakatan, lahan pertanian dan perkebunan, dunia olah raga dan lain sebagainya.
“Di belakang pria hebat, selalu ada wanita tangguh”, demikian kata pepatah yang sering terdengar di telinga kita.

Kita yang barangkali mengamati perkembangan dunia sepak bola akan menemukan kebenaran ungkapan ini dalam diri Robin Van Persie (RVP).
Van Persie tampil cemerlang bersama Arsenal di musim 2011/2012. Dia mencetak 30 gol dalam 38 penampilan di Liga Inggris dan menjadi top skorer, plus dianugerahi penghargaan sebagai pemain terbaik versi jurnalis Inggris.
Dia mengungkapkan, konsistensi penampilannya di atas lapangan adalah berkat koreksi dari ibunya, sang istri Bouchra (wanita Belanda berdarah Maroko), Dina anak perempuannya, serta kedua saudara perempuannya, Kiki dan Lily. (sumber: sport.detik.com).
Saudaraku..
 
Demikian pula kegagalan kaum pria di beberapa sektor dan lini kehidupan, juga sering disebabkan faktor kaum hawa yang ada di belakangnya.
Kita ambilkan contoh yang mudah, banyak politisi di negeri kita yang sedang naik daun, tiba-tiba namanya hancur berkeping-keping dan harapan jaya pun musnah setelah tersandung kausu skandal seks dengan kaum hawa. Bisa jadi sesama politisi, atau artis dan selebritis. Atau bisa jadi wanita biasa, tapi sanggup menaklukan hatinya. Dan banyak cerita senada yang biasa kita dengar di sekitar kita.

Saudaraku…
Syekh Mustafa Siba’i rahimahullah membagi wanita yang ada di sekitar kita menjadi 4 model:
Sebagai racun, penawar, penyakit dan obat.
Wanita cerdas, yang berakhlak mulia dan halus perasaannya, adalah penawar hati bagi sang suami. Ia dapat menghilangkan kelelahan jiwa dan melenyapkan kelemahan fisik.
Wanita yang tak memiliki kecerdasan dan berpikiran sempit, menjadi racun dalam keluarga. Ia dapat merusak anggota keluarganya dengan virus kecemasan dan bakteri kematian (sekarat).
Wanita sombong lagi terpedaya, menularkan penyakit mematikan terhadap suaminya. Di mana sang suami tak dapat membebaskan diri dari pengaruh buruknya melainkan dengan jalan melepaskan ikatan pernikahan atau mencari madu baginya. Kedua-duanya pahit dirasa dan berat akibatnya.
Wanita shalihah dan istiqamah, merupakan obat bagi suami dan masyarakatnya dari berbagai warna keburukan dan malapetaka.
(DR. Mustafa Siba’i rahimahullah).

Saudaraku..
Model pertama dari wanita di sekitar kita adalah wanita yang tak ubahnya sebagai racun dalam kehidupan kita.
Orang yang terkena racun akan mengalami ganguan pada tubuhnya, seperti mual, sakit kepala, nyeri hebat, muntah, diare, kejang-kejang, lumpuh, tak sadarkan diri dan bahkan berakibat pada kematian.
Demikian halnya, jika kita memiliki istri yang memiliki karakter dan model ini, maka kehidupan kita akan sangat terganggu. Mengalami kelelahan mental, depresi, dan bahkan bisa mengganggu jiwa kita.
Melupakan kebaikan suami. Kufur dengan pemberiannya. Tak pernah puas dengan nafkah yang diberikannya. Tak menerima kekurangan suami. Tak terampil mengurus rumah yang menjadi singgasananya. Pendidikan anak-anak diabaikan. Aib suami disebar luaskan kepada masyarakat. Memandang persoalan keluarga dengan pandangan sempit dan picik. Enggan mendaki puncak ubudiyah dan seterusnya.
Istri model ini, akan mengguncang kehidupan kita. Mengakibatkan kematian mental sebelum kematian jasad.

Saudaraku..
Model istri kedua adalah istri yang berperan sebagai penawar. Ia cerdas, berpendidikan, berbudi pekerti mulia dan halus perasaannya. Dan ini kebalikan dari model wanita yang pertama.
Seperti halnya sebuah penawar, ia bisa mengembalikan keadaan yang gawat dan kritis menjadi pulih kembali seperti sedia kala.
Dengan kecerdasannya, ia bisa membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh suaminya di tempat kerja ataupun di tengah-tengah masyarakatnya. Mengembalikan kepercayaan diri suaminya saat mengalami kegagalan dalam bisnis, tak bersinar di pentas politik, urung meraih cita-cita dan seterusnya.
Dengan keindahan akhlaknya, ia sanggup membahagiakan suaminya secara zahir dan bathin. Kepenatan dan kelelahan suami sepulangnya dari tempat kerja, menjadi sirna dan hilang seketika saat melihat sang istri menyambut kedatangannya dengan hangat, menghadirkan seulas senyum tulus merekah, dan dengan kehangatan teh Lipton keikhlasan.

Saudaraku..
Model ketiga, adalah istri yang tak ubahnya seperti penyakit. Wanita yang sombong dan angkuh terhadap suaminya.
Bisa jadi keangkuhan dan kesombongannya dilatar belakangi oleh pendidikan yang lebih tinggi dari suaminya. Keturunan ningrat dan terhormat. Berasal dari keluarga TAJIR. Anak pejabat Negara. Kedudukannya lebih terhormat dan seterusnya.
Dengan itu semua, ia mengganggap suaminya rendah dan tak bermartabat. Sehingga ia berkuasa penuh di singgasanya. Ia berbuat dan bertingkah laku semaunya. Datang dan pergi kapan ia mau. Suami tak memiliki hak untuk melarang apatah lagi mengatur urusan pribadinya.
Bila ini terjadi, maka suami lebih menderita daripada terkena serangan stroke, sesak nafas parah, lumpuh, saraf dan seterusnya.
Dalam keadaan seperti ini sang suami benar-benar tersiksa zahir dan bathin. Merana luar dan dalam. Dunia menjadi gelap. Seolah-olah hidup yang dijalani telah berubah menjadi neraka baginya.

Sauadaraku..
Model terakhir, dan tentu menjadi dambaan semua orang. Yakni wanita shalihah dan istiqamah. Cantik secara zahir dan bathin. Sempurna luar dan dalam. Wanita model ini, yang akan membuat suami tersenyum simpul setiap saat. Walaupun usia pernikahan mulai uzur, tapi cinta dan kemesraan serta keharmonisan dalam keluarga tak pernah luntur. Seolah-olah bulan madu tak pernah sirna.
Bisa jadi, ia lahir di keluarga ningrat. Atau anak pejabat Negara dan menteri. Pendidikannya lebih tinggi dari suaminya. Penghasilannya lebih besar dari suami. Tapi hal itu tidak menjadikannya bertingkah angkuh dan congkak di hadapan suaminya. Justru kelebihan yang dimilikinya seperti harta, kedudukan dan yang senada dengan itu, ia manfaatkan untuk mendukung perjuangan dan kesuksesan suami sebagai al qawwam (pemimpin) dalam keluarga.
Karena dengan pemahaman agama yang baik dan benar, ia tahu bahwa suami adalah sosok yang bisa membimbingnya ke surga. Dan ketidak taatannya pada suami menyebabkan ia terlempar ke jurang neraka.
Ia sadar, bahwa suami adalah imam dalam ibadahnya dan nahkoda dalam pelayaran keluarga. Yang harus ditaati dan diikuti secara penuh. Selama sang suami menjadi imam dan nahkoda yang benar.
Ketika arah perjalanan kapal keluarga mulai berubah arah atau ada kekhilafan dan kealpaan saat menjadi imam. Ia dengan bijak dan sabar serta dengan kehalusan bahasa, ia ingatkan dan tegur sang suami. Agar kapal keluarga kembali ke jalur yang benar. Dan agar shalat yang didirikan sah sesuai dengan tuntunan nabi. Walau pun harus dengan melakukan sujud sahwi.

Saudaraku..
Model wanita pertama dan ketiga, merubah warna pelangi pernikahan menjadi awan yang menggelapkan langit keluarga dan asap tebal yang menyesakkan dada suami dan anggota keluarga. ‘Baiti nari’, rumahku adalah neraka menjelma di alam realita.
Wanita kedua model inilah yang akan memenuhi ruangan di neraka. Rasulullah saw bersabda, “Aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.” Sahabat pun bertanya, “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah?.”
Beliau menjawab, “Karena kekufuran mereka.”
Kemudian (sahabat) melanjutkan pertanyaannya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?.”
Beliau menjawab, “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.” H.R; Bukhari.

Saudaraku..
Adapun model wanita kedua dan keempat; wanita yang berperan sebagai penawar dan obat. Keduanya menjadikan langit keluarga selalu cerah dan berseri. Walaupun terkadang cuaca di luar cukup panas, mendung, berawan dan hujan deras mengguyur bumi.
Ia adalah sebaik-baik perhiasan dunia, sebagaimana sabda Nabi saw, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita salehah” H.R; Muslim dan Nasa’i.
Wanita kedua model inilah yang akan memenuhi surga yang seluas langit dan bumi. Nabi saw pernah bersabda, “Apabila seorang wanita shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga kesucian dirinya, mentaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.” H.R; Ahmad.

Saudaraku..
Sudahkah kita memiliki istri yang selalu menjadi penawar dan obat dalam hidup kita? Semoga kita telah mendapatkannya. Amien.

Riyadh, 02 Juni 2012 M.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far

Jodoh Dan Keajaiban Istighfar

Soal jodoh dan pernikahan adalah masalah yang paling mendominasi perhatian dan pemikiran umumnya gadis yang telah cukup umur dan siap menikah. Disamping karena memang begitulah fitrahnya, juga itulah materi pertanyaan dan bahan “interogasi” yang hampir selalu diajukan oleh berbagai pihak kepada setiap gadis yang dinilai “sudah waktunya”, lebih-lebih jika usianya dianggap telah masuk kategori “tertinggal kereta”, karena sudah memasuki masa usia “kritis” bagi seorang gadis!
 
Begitu pula denganku. Sebagai seorang gadis normal yang telah cukup usia, tentu akupun seperti yang lainnya, ingin segera mendapatkan jodoh dan memasuki jenjang dan tahapan kehidupan yang termasuk paling menentukan, yakni jenjang pernikahan dan tahapan hidup berkeluarga.
 
Tapi disaat yang sama aku juga tetap harus selektif. Aku memang ingin secepatnya menikah, namun aku juga tidak ingin dapat suami yang “sembarangan”. Bahkan dalam hal ini mungkin dibilang aku termasuk yang perfect. Karena memang kriteria yang aku patok untuk calon suamiku cukup tinggi, nyaris sempurna. Ya, aku memang “mensyaratkan” calon imamku dalam keluarga dan calon bapak anak-anakku nanti insya-allah, tidak sekadar sosok yang saleh dalam dirinya saja, melainkan juga sekaligus harus “mushlih”, yakni aktivis dakwah yang punya komitmen dan kontribusi riil dalam upaya untuk mensalehkan orang lain, masyarakat dan kehidupan. Disamping itu ia haruslah seorang yang berilmu dan berpengetahuan syar’i yang mumpuni. Dan last but not least, sejak lama aku selalu mengharap-harap datangnya seorang calon suami yang “mujahid”, yakni yang menyimpan gelora semangat “jihad” dalam rangka membela dan memperjuangkan dinullah, serta memiliki andil nyata di dalamnya, sesuai ketentuan syariah dan tuntutan realita kondisi dan situasi yang ada.
 
Nah, demi tergapainya cita-cita itu, akupun tak pernah henti selalu berharap dan tentu saja sekaligus menempuh beragam upaya dan usaha yang syar’i sesuai batas kemampuan yang kumiliki. Dan diantara upaya dan usaha itu adalah doa dan munajat, yang tak putus-putus senantiasa kupanjatkan kepada Allah Ta’ala, di setiap waktu dan kesempatan, siang dan malam, pagi dan petang.
 
Dan empat tahun lamanya doa-doa permohonan khusus untuk jodoh ini secara istiqamah selalu aku lantunkan, namun pemuda “shalih – mushlih – mujahid” yang kutunggu-tunggu itu tak jua kunjung datang. Sampai akhirnya aku mendengar tentang keajaiban fadhilah istighfar dan kedahsyatan pengaruhnya sebagai wasilah istimewa bagi terwujudnya beragam keinginan, cita-cita dan harapan.
 
Maka sejak saat itu, akupun kemudian lebih mengutamakan dan mendominankan dzikir serta doa istighfar ini daripada yang lain. Sehingga hari-hari hidupkupun menjadi hari-hari penuh istighfar dan tobat kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penerima tobat. Dan lafal istighfar favorit yang biasa aku baca dan lafalkan adalah istighfar dari Nabi SAW. ini: “Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa Huwal-Hayyul-Qayyum, wa atubu ilaih” (Aku bersitighfar memohon ampun kepada Allah, Yang tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Dia, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengurus, dan aku bertobat kepada-Nya). Biasanya aku melafalkan istighfar itu sampai 1500 kali. Selain itu aku juga menambah dengan lafal yang lebih pendek: “Astaghfirullah, wa atubu ilaih” (Aku beristighfar memohon ampun kepada Allah, dan aku bertobat kepada-Nya).
 
Dan subhanallah. Istighfar memang benar-benar ajaib dan dahsyat. Setelah enam bulan dari istighfar khususku itu, jodoh yang telah cukup lama kuharap-harap dan kunanti-nanti itupun akhirnya datang juga. Dan hampir persis dengan seluruh kriteria “perfect”-ku yang telah kusebutkan diatas. Beliau seorang yang insya-allah saleh, aktivis dakwah, bergelar doktor di bidang ilmu hadits, dan sekaligus seorang yang di mataku pantas menyandang titel mujahid. Bahkan seperti harapanku, ternyata beliau juga berasal dari suku yang sama denganku… Subhanallah…!
 
Akupun tak henti-hentinya bersyukur kepada Allah atas karunia istimewa-Nya, dan sekaligus berharap semoga selanjutnya pernikahan dan kehidupan rumah tangga kami selalui dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam segala sisi dan aspeknya…! Aamiin ya Rabbal-’alamin…!

Catatan: Mohon jangan sampai ada yang salah paham terhadap kandungan alur kisah diatas, sehingga keliru menyangka misalnya bahwa, dzikir dan doa dengan berbagai macamnya, secara mutlak tidak seefektif dan tidak sebesar pengaruh istighfar! Perlu diingatkan bahwa, semuanya, baik dzikir, doa, istighfar dan lain-lain, pada dasarnya memiliki potensi pengaruh yang sama sebagai wasilah guna mewujudkan keinginan dan menggapai harapan kepada Allah. Yang membedakan pengaruh amalan-amalan itu, satu sama lain, sebenarnya adalah kondisi masing-masing orang, dipadu dengan faktor cocok atau tepat tidaknya jenis amalan yang dipilihnya. Sehingga seperti kasus kisah sang gadis diatas misalnya, mungkin memang iftighfarlah yang lebih cocok dan lebih tepat untuk kondisinya. Sementara itu untuk banyak orang yang lainnya, boleh jadi sebaliknya, justru dzikir tertentu atau doa tertentu atau amalan tertentu lain lagi, yang lebih cocok, lebih tepat, lebih “klik”, dan lebih efektif! Khusus untuk makna ini, silakan dibaca lagi status terdahulu tentang: Resep Amalan Jitu !
Di sadur dari status Ustadz Ahmad Mudzoffar Jufri MA dg sedikit editing

10 Penghalang Keterkabulan Do’a


Seorang lelaki pernah mengadu kepada syekh Ibrahim bin Adham, “Mengapa kami sering berdo’a namun do’a-do’a kami tak kunjung terkabul.”
Syekh yang zuhud itu menjawab,
“Karena kalian telah mengenal Allah SWT sebagai Tuhan kalian, tapi kalian tidak mentaati aturan-Nya.
Kalian telah memahami bahwa Rasul adalah (panutan hidup), tapi kalian enggan mengikuti jalan hidupnya.
Kalian tahu bahwa al Qur’an adalah pedoman hidup, tapi kalian tidak mengamalkan petunjuknya.
Kalian telah mengecap berbagai nikmat pemberian Allah SWT, tapi kalian jauh dari nilai kesyukuran.
Kalian merindukan surga, tapi kalian tak mau mengejarnya.
Kalian takut kepada neraka, tapi kalian tiada lari darinya.
Kalian tahu bahwa setan itu adalah musuh, tapi kalian tidak mau memeranginya dan bahkan kalian mengikuti ajakannya.
Kalian yakin bahwa kematian itu pasti (kedatangannya), tapi kalian tidak menyiapkan diri untuk menyambutnya.
Kalian telah banyak memakamkan jenazah, tapi kalian tidak mau mengambil pelajaran darinya.
Dan kalian mengabaikan aib diri sendiri, namun kalian sibuk mengumpulkan aib orang lain.”
Wallahu a’lam bishawab..mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari nasehat ulama yang zuhud ini. Amien.
Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far

KIAT SUKSES MENYISIRI UJIAN

Manusia hanya mampu melukiskan harapan dan impian. Membuka jalan ikhtiar dan menapaki tangga cita-cita sekuat kaki melangkah. Namun satu hal yang harus kita yakini bahwa rencana manusia hanya sebatas bayangan, karena rencana Allah-lah penentu akhir dari usaha yang kita perbuat.

Ingatanku kembali dibasahi memori indah dua belas tahun yang lalu. Agustus tahun 2000, saat itulah aku resmi melepas masa lajangku. Seorang gadis manis berdarah sunda, itulah yang telah mencuri hatiku. Namun sayangnya, 4 hari pasca pernikahan, aku harus menyingkirkan rencana hangatnya bulan madu, karena aku harus meninggalkannya sementara waktu dan segera berangkat ke Madinah untuk menyelesaikan studi S1 di sana. Tentu anda bisa membayangkan apa yang kurasakan saat itu.

Masa liburan musim panas, terasa semakin hangat karena rindu yang terpendam di lubuk hati yang paling dalam dapat tertumpahkan kala itu. Mengarungi samudera luas terasa begitu indah dengan sarana kapal cinta yang bersinar kemilaunya. Dunia yang luas bagaikan milik berdua. Yang lain biarlah mengontrak dan mengambil rumah kos-kosan saja.

Rasa bahagia kami lengkap sudah dan kian menambah semarak hari-hari kami, ketika pada 4 Maret 2002 M, isteriku melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat mirip denganku. Sempurna sudah statusku sebagai seorang suami yang mampu memberikan keturunan. Ja’far el Thayyar, itulah nama yang sudah kupersiapkan jauh-jauh hari untuk anak pertamaku. Tergantung satu harapan, kelak di kemudian hari buah hati kami bisa mengikuti jejak langkah sahabat agung itu. Sahabat yang perawakan yang wajahnya mirip baginda Nabi saw.

Setelah tamat kuliah, aku memilih kantor dakwah di Riyadh sebagai medan pengabdian diri untuk umat. Maka sejak Februari 2003 aku memulai hidup baru di ranah perjuangan, yang sebelumnya bergelut di medan akademisi. Terselip keinginan; membawa keluarga dan mendekatkan buah hati pada dua kota suci; Mekkah dan Madinah. Setelah proses pengurusan Visa dan yang berkaitan dengannya kelar, hati ini amat berbunga-bunga. Karena beberapa pekan lagi kami sekeluarga bisa menikmati udara segar dan lembaran hidup baru di Riyadh.

Namun pada 12 Juni 2003 M lalu, kami harus segera mengubur impian indah kami. Ketika Allah yang Maha Adil mengambil kembali titipan-Nya. Ketika itu Ja’far berusia 1,5 tahun. Di saat kumendengar berita duka ini dari istriku, jasad lemahku seolah-olah tersambar ledakan dahsyat. Mataku terasa panas oleh air mata yang serasa menggelegak mencoba keluar. Pertahananku pun bobol, pipiku dibasah air mata yang tak mampu kubendung. Ya Rabb semoga air mataku ini merupakan air mata rahmat yang Engkau tanamkan di dalam hati hamba-Mu ini, dan bukan air mata ratapan dan ketidak relaan dengan ketentuan-Mu.

Tak bisa kubayangkan kepedihan hati istriku, yang telah mengandung dengan susah payah, melahirkannya dengan perjuangan antara hidup dan mati, dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Terlebih tanpa kehadiranku saat itu di sisinya. Akhirnya pada hari itu pula aku putuskan untuk pulang ke Lampung, guna menghibur hati istriku walaupun aku sadar bahwa diri inipun belum mampu menata hati seperti semula.

Walau kesedihan mendera hati ini teramat sangat, namun aku berusaha terlihat tabah di hadapan istriku dan tak lepas kubisikan kepadanya agar terus beristighfar dan ikhlas menerima takdir Allah . Karena apa yang telah Allah tentukan adalah yang terbaik buat hamba-Nya. Semua peristiwa yang kita alami pasti menaburkan hikmah bagi hidup kita. Terkadang hikmah itu mampu kita raba dengan kaca mata bathin. Dan tidak sedikit hikmah-Nya yang belum mampu kita pahami.

Ku kuatkan terus hati istriku untuk tetap beristighfar dan aku pun berusaha keras menjaga hati ini agar tidak luluh di hadapannya. Kubisikan di telinganya perkataan Nabi saw setelah mendapat kabar bahwa salah satu cucunya meninggal dunia, “Sesungguhnya yang diambil dan yang diberikan adalah milik Allah , dan segala sesuatu di sisi-Nya telah ditetapkan dengan jelas. Bersabarlah (wahai putriku) dan mohonlah pahala dari kesabaranmu ini.” Muttafaq ‘alaih.

Kini musibah itu telah berlalu. Dan hati kami kembali tertata sedikit demi sedikit. Walaupun belum setenang telaga biru. Seulas senyum kembali menghiasi wajah dan hari-hari kami. Nasihat DR. Mustafa Siba’i rahimahullah, mampu membangkitkan kami dari kejatuhan. Seorang pejuang kebenaran asal Siria, selama lima tahun lebih harus berjuang melawan lumpuh. Dan pada akhirnya usianya terhenti pada angka 47 tahun. Beliau pernah menulis:

Ada enam perkara yang apabila anda kenang, akan meringankan musibah yang menimpa anda:
• Ingatlah bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah sesuai dengan takdir ketentuan-Nya.
• Keluh kesah tiada akan mengembalikan apa yang telah hilang.
• Nikmat pemberian-Nya yang masih tersisa adalah lebih banyak dari apa yang telah diambil-Nya.
• Musibah yang menimpa kita sebenarnya jauh lebih ringan dari cobaan yang menerpa sebagian orang.
• Setiap ketentuan-Nya pasti mengandungi hikmah. Jikalau kita mampu menangkap hikmahnya, niscaya kita memandang bahwa musibah merupakan mata air nikmat-Nya.
• Musibah yang menimpa seorang mukmin tiada luput dari; buah pahala atau menggapai ampunan, atau seleksi alami, atau meninggikan derajat atau menolak bala. Dan apa yang ada di sisi-Nya lebih baik dan kekal.

Saudaraku…
Musibah, ujian dan cobaan hidup adalah sunnatullah. Yang tiada akan sepi dari kehidupan kita. Karena dengan ujian itu, Allah swt mengetahui kadar kwalitas iman kita. Warna cobaan tentu berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Kepergiaan orang-orang terkasih. Didera oleh kemiskinan dan lilitan hutang. Gagal bersinar di tempat kerja. Bangkrut setiap kali bangun usaha. Anak keturunan tak kunjung datang. Rezki berpindah ke tangan orang lain yang sebelumnya dalam genggaman kita dan begitu seterusnya. Itulah di antara warna ujian yang biasa dialami seorang hamba.

Perbedaan seorang mukmin sejati dengan mukmin gadungan dapat dilihat saat cobaan datang dan pasca ujian melanda. Seorang mukmin bersabar dan mencoba meraih pahala dari kesabarannya. Sedangkan mukmin palsu, tidak ridha dengan ketentuan takdir-Nya dan berputus asa dari rahmat-Nya.

Ada beberapa hikmah cobaan dan ujian yang dapat kita petik dalam hidup ini, sebagaimana disebutkan penulis buku “hakadza ‘alamatnil hayat”.
• Ingatlah bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah sesuai dengan takdir ketentuan-Nya.
Sejak usia kita genap empat bulan di alam rahim, telah ditetapkan-Nya jatah rezki, usia, amal perbuatan, kebahagiaan atau kesengsaraan kita, seperti dalam riwayat Abdullah bin Mas’ud ra. Walau semua sudah ditakdirkan, kita tetap berikhtiar maksimal untuk menjumput rezki, memaksimalkan usia, memperbaiki amal dan meraih kebahagiaan hidup. Karena kita tak pernah tahu batas takdir kita terkecuali setelah terjadi.

Suatu ketika Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah salah seorang dari kalian melainkan telah ditentukan tempat tinggalnya di surga atau neraka.” Para sahabat bertanya, “Jika demikian mengapa kami harus beramal? Bolehkah kami pasrah saja?.” Beliau bersabda, “Tidak, tapi beramallah. Karena setiap orang dimudahkan untuk menggapai takdirnya masing-masing.”

Walau semua orang menghalang-halangi kepergian orang-orang yang kita cintai, tetap takdir akan berlaku untuk mereka. Demikian pula dalam bab rezki, jodoh dan seterusnya.
• Keluh kesah tiada akan mengembalikan apa yang telah hilang.
Pernahkah kekasih yang telah pergi untuk selamanya, akan kembali ke pelukan kita? Tentu tidak. Berkeluh kesah merupakan benih putus asa dari rahmat Allah. Dan pada akhirnya akan membuahkan kekufuran. “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” Yusuf: 87.

• Nikmat pemberian-Nya yang masih tersisa adalah lebih banyak dari apa yang telah diambil-Nya.
Setelah Ja’far el Thayyar pergi, kini al hamdulillah telah hadir; Atikah, Arwa, Dihya dan yang masih berada dalam kandungan.
 
Demikianlah, apa saja nikmat yang diambil oleh-Nya jauh lebih sedikit daripada karunia dan nikmat yang terus mengucur membasahi kehidupan kita.
• Musibah yang menimpa kita sebenarnya jauh lebih ringan dari cobaan yang menerpa sebagian orang.
Dunia tak selebar daun kelor, demikian pribahasa mengajari kita. Jika kita kekurangan harta, lihatlah di sana ada yang lebih miskin daripada kita. Jika kita belum dianugerahi keturunan, lihatlah di sana masih banyak orang yang belum melepas masa lajangnya. Jika kita ditinggal kekasih kita, lihatlah di sana banyak orang yang telah kehilangan segala hal yang berharga dalam hidupnya. Dan begitulah seterusnya.

• Setiap ketentuan-Nya pasti mengandungi hikmah.
Anak yang diambil-Nya di usia dini, barangkali jika ia hidup hingga dewasa, maka ia bukanlah tipe anak yang berbakti. Yang justru akan menghitamkan wajah orang tuanya kelak.
Kita ditakdirkan menjadi orang miskin, hikmahnya agar kita banyak memohon kepada-Nya. Atau mungkin kita bukanlah orang yang berkarakter dermawan saat memiliki kenikmatan dunia. Dan begitu seterusnya.

• Musibah jika sabar dalam menghadapinya, akan berbuah pahala atau menggapai ampunan, atau seleksi alami, atau meninggikan derajat atau menolak bala.

Tapi saudaraku…
Walaupun musibah memberikan banyak buah hikmah dalam kehidupan kita, jangan kita minta kepada Allah untuk diuji atau menerima cobaan yang berat. Sebab belum tentu kita mampu melewati masa-masa sulit dalam ujian.
Jangan minta kemiskinan, karena didera kemiskinan dan serba kekurangan bukanlah perkara ringan. Terlebih kemiskinan berada di ambang kekufuran.
Jangan minta bencana kepada-Nya. Karena fakta berbicara, banyak orang yang menggadaikan imannya hanyut terbawa banjir dan digoyang gempa bumi.
Jangan minta kepergian orang-orang terkasih. Karena tidak sedikit orang yang frustasi dan terjatuh setelah kepergian mereka.
Ya Rabb, anugerahkanlah kesabaran atas musibah dan cobaan yang menyapa kami. Dan bimbinglah kami agar senantiasa melihat sapaan, teguran dan peringatan-Mu. Amien.

Sumber:Status Ustadz Abu Ja’far
(http://www.facebook.com/profile.php?id=100000992948094)

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...