Thursday 22 October 2015

Waspadalah terhadap kesedihan atau gundah gulana.


�� Berkata al imam ibnul qayyim rahimahullah :

Tidaklah datang kata al huzn /kesedihan didalam al qur an kecuali dalam keadaan dilarang darinya sebagaimana dalam firman allah ta ala :

ولا تهنوا ولا تحزنوا

" dan janganlah kalian merasa hina dan jangan pula kalian bersedih ".

Dan dalam keadaan dinafikan sebagaimana firman allah :

فلا خوف عليهم ولا هم يحزنون

" maka tidak ada ketakutan dan tidak pula ada kesedihan pada diri mereka ".

Dan rahasia dibalik perkara ini bahwasanya al huzn atau kesedihan itu merupakan sesuatu yang paling di sukai oleh syaithan, yaitu dia menimpakan kesedihan pada seorang hamba yang mukmin untuk memutus dan menghentikan jalannya.

Sungguh nabi shallallahu alaihi wasallam telah meminta perlindungan kepada allah darinya  sebagaimana doa beliau

اللهم اني اعوذبك من الهم والحزن

" Ya allah aku berlindung kepadamu dari kegelisahan dan kesedihan ".

Oleh karena itu ibnul qayyim mengatakan : kesedihan itu akan melemahkan hati, melemahkan tekat dan memudlaratkan kehendak manusia, dan tidaklah ada sesuatu yang paling di sukai oleh syaithan daripada menjadikan seorang mukmin bersedih..
Oleh karena iru bergembiralah dan optimislah serta baikkan sangkaan terhadap allah, dan kuatkan keyakinanmu dengan apa yang ada di sisi allah, bertawakkallah kepadanya dengan itu semua kalian akan mendapati kebahagiaan dan keridhlaan di semua keadaan...

��Ustadz Hannan bahannan Hafidzhahullah
_________________________

��WA Syi'ar Tauhid : +6281281085959

Wednesday 21 October 2015

#Self reminder #Aku Terbangun


Langsung baca materi tausyiah dari teman. 

⚡Renungan Pagi...

"Jika bisnis tidak dijadikan wasilah, maka bisnis akan  menjadi masalah"

Bayangkan apa jadinya Anda  jika bisnis yg Anda jalankan ini menjadi sumber masalah utama dalam kehidupan Anda. Anda semakin...
�� jauh dari Allah
�� lupa kepada Allah
�� mengantarkan kita kpd neraka Allah
�� jauh dg keluarga
�� tidak pandai bersyukur
�� terus-terusan bermaksiat
�� enggan beribadah
�� enggan berdoa
�� malas berikhtiar
�� sombong dan riya
�� dan sejenisnya

Apakah Anda menginginkan hal-hal seperti tersebut di atas ?
Kami yakin jawabannya adalah TIDAK!

Mulai sekarang, mantapkanlah hati Anda bhw bisnis hanya sekedar wasilah (jalan), tujuannya adalah Lillah (Allah).

Pada akhirnya juka Anda jadikan bisnis ini sbg wasilah, maka Anda memiliki waktu yg cukup untuk...
�� makin dekat dg Allah
�� makin ingat sama Allah
�� makin sayang dg keluarga
�� makin banyak bersyukur
�� makin jauh dr kemaksiatan
�� makin rajin beribadah
�� makin rajin berdoa
�� makin rajin ikhtiar
�� selalu membantu sesama
�� selalu melibatkan Allah dlm setiap langkah

Ingat, bisnis kita hanya menjadi alat bantu bagi kita utk memiliki Penghasilan yg lebih baik dr sebelumnya, bukan utk membuat kita menjadi sombong, apalagi sampai kita menganggap bahwa uang dan harta adalah segalanya, tidak demikian.

Kita tentunya ingin agar bisa bersama-sama berjuang utk menjadi pribadi yg bs terus menebar manfaat antar sesama dan semakin dekat dengan-Nya...

"Bisnis yg paling bagus bukan hanya bisnis yg menghasilkan uang saja, tapi jg yg SEMAKIN MENDEKATKAN OWNERNYA DENGAN TUHANNYA"

Tuesday 20 October 2015

Kiriman dari Bpk Joni Hermana (Rektor ITS) di Grup 1 Masjid Al-Irsyad :

~ Wanita Syi'ah Yang Malang - Kisah Nyata Dari Bandung ~

Untuk kedua kalinya wanita itu pergi ke dokter Hanung, seorang dokter spesialis kulit dan kelamin di kota Bandung. Sore itu ia datang sambil membawa hasil laboraturium seperti yang diperintahkan dokter dua hari sebelumnya. Sudah beberapa Minggu dia mengeluh merasa sakit pada waktu buang air kecil (drysuria) serta mengeluarkan cairan yang berlebihan dari vagina (vagina discharge).

Sore itu suasana di rumah dokter penuh dengan pasien. Seorang anak tampak menangis kesakitan karena luka dikakinya, kayaknya dia menderita Pioderma. Disebelahnya duduk seorang ibu yang sesekali menggaruk badannya karena gatal. Di ujung kursi tampak seorang remaja putri melamun, merenungkan akne vulgaris (jerawat) yang ia alami.

Ketika wanita itu datang ia mendapat nomor terakhir. Ditunggunya satu per satu pasien yang berobat sampai tiba gilirannya. Ketika gilirannya tiba, dengan mengucap salam dia memasuki kamar periksa dokter Hanung. Kamar periksa itu cukup luas dan rapi. Sebuah tempat tidur pasien dengan penutup warna putih. Sebuah meja dokter yang bersih. Dipojok ruang sebuah wastafel untuk mencuci tangan setelah memeriksa pasien serta kotak yang berisi obat-obatan.

Sejenak dokter Hanung menapat pasiennya. Tidak seperti biasa, pasiennya ini adalah seorang wanita berjilbab rapat. Tidak ada yang kelihatan kecuali sepasang mata yang menyinarkan wajah duka. Setelah wawancara sebentar (anamnese) dokter Hanung membuka amplop hasil laboratorium yang dibawa pasiennya. Dokter Hanung terkejut melihat hasil laboratorium. Rasanya ada hal yang mustahil. Ada rasa tidak percaya terhadap hal itu. Bagaimana mungkin orang berjilbab yang tentu saja menjaga kehormatannya terkena penyakit itu, penyakit yang hanya mengenai orang yang sering berganti-ganti pasangan seksual.

Dengan wajah tenang dokter Hanung melakukan anamsese lagi secara cermat.

# “Saudari masih kuliah?”
# “Masih Dok”
# “Semester berapa?”
# “Semester tujuh Dok”
# “Fakultasnya?”
# “Sospol”
# “Jurusan komunikasi massa ya?”

Kali ini ganti pasien terkahir itu yang kaget. Dia mengangkat muka dan menatap dokter Hanung dari balik cadarnya.

# “Kok dokter tahu?”
# “Aah,…….. tidak, hanya barang kali saja!”

Pembicaraan antara dokter Hanung dengan pasien terakhirnya itu akhirnya seakan-akan beralih dari masalah penyakit dan melebar kepada persoalan lain yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah penyakit itu.

# “Saudari memang penduduk Bandung ini atau dari luar kota?”

Pasien terkahirnya itu tampaknya mulai merasa tidak enak dengan pertanyaan dokter yang mulai menyimpang dari masalah-masalah medis itu. Dengan jengkel dia menjawab.

# “Ada apa sih Dok …. Kok tanya macam-macam?”
# “Aah enggak,… barangkali saja ada hubungannya dengan penyakit yang saudari derita!”

Pasien terkahir itu tampaknya semakin jengkel dengan pertanyaan dokter yang kesana-kemari itu. Dengan agak kesal ia menjawab:

# “Saya dari Pekalongan”
# “Kost-nya?”
# “Wisma Fathimah, jalan Alex Kawilarang 63”
# “Di kampus sering mengikuti kajian islam yaa”
# “Ya, … kadang-kadang Dok!”
# “Sering mengikuti kajian Bang Jalal?”

Sekali lagi pasien itu menatap dokter Hanung.

# “Bang Jalal siapa?”
Tanyanya dengan nada agak tinggi.

# “Tentu saja Jalaluddin Rahmat! Di Bandung siapa lagi Bang Jalal selain dia… kalau di Yogya ada Bang Jalal Muksin”

# “Ya,…. kadang-kadang saja saya ikut”
# “Di Pekalongan,… (sambil seperti mengingat-ingat) kenal juga dengan Ahmad Baraqba?”

Pasien terakhir itu tampak terkejut dengan pertanyaan yang terkahir itu, tetapi dia segera menjawab

# “Tidak! Siapa yang dokter maksudkan dengan nama itu dan apa hubungannya dengan penyakit saya?”

Pasien terakhir itu tampak semakin jengkel dengan pertanyaan-tanyaan dokter yang semakin tidak mengarah itu. Tetapi justru dokter Hanung manggut-manggut dengan keterkejutan pasien terakhirnya. Dia menduga bahwa penelitian penyakit pasiennya itu hampir selesai.

Akhirnya dengan suara yang penuh dengan tekanan dokter Hanung berkata,

# “Begini saudari, saya minta maaf atas pertanyaan-pertanyaan saya yang ngelantur tadi, sekarang tolong jawab pertanyaan saya dengan jujur demi untuk therapi penyakit yang saudari derita,…”

Sekarang ganti pasien terakhir itu yang mengangkat muka mendengar perkataan dokter Hanung. Dia seakan terbengong dengan pertanyaan apa yang akan di lontarkan oleh dokter yang memeriksanya kali ini.

# “Sebenarnya saya amat terkejut dengan penyakit yang saudari derita, rasanya tidak mungkin seorang ukhti mengidap penyakit seperti ini”
# “Sakit apa Dok?”.

Pasien terakhir itu memotong kalimat dokter Hanung yang belum selesai dengan amat penasaran.

# “Melihat keluhan yang anda rasakan serta hasil laboratorium semuanya menyokong diagnosis gonore, penyakit yang disebabkan hubungan seksual”.

Seperti disambar geledek perempuan berjilbab biru dan berhijab itu, pasien terakhir dokter Hanung sore itu berteriak,

# “Tidak mungkin!!!”

Dia lantas terduduk di kursi lemah seakan tak berdaya, mendengar keterangan dokter Hanung. Pandang matanya kosong seakan kehilangan harapan dan bahkan seperti tidak punya semangat hidup lagi.

Sementara itu pembantu dokter Hanung yang biasa mendaftar pasien yang akan berobat tampak mondar-mandir seperti ingin tahu apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya dokter Hanung memeriksa pasien begitu lama seperti sore ini. Barangkali karena dia pasien terakhir sehingga merasa tidak terlalu tergesa-gesa maka pemeriksaannya berjalan agak lama. Tetapi kemudian dia terkejut mendengar jerit pasien terakhir itu sehingga ia merasa ingin tahu apa yang terjadi.

Dokter Hanung dengan pengalamannya selama praktek tidak terlalu kaget dengan reaksi pasien terakhirnya sore itu. Hanya yang dia tidak habis pikir itu kenapa perempuan berjilbab rapat itu mengidap penyakit yang biasa menjangkiti perempuan-perempuan rusak. Sudah dua pasien dia temukan akhir-akhir ini yang mengidap penyakit yang sama dan uniknya sama-sama mengenakan busana muslimah. Hanya saja yang pertama dahulu tidak mengenakan hijab penutup muka seperti pasien yang terakhirnya sore hari itu. Dulu pasien yang pernah mengidap penyakit yang seperti itu juga menggunakan pakaian muslimah, ketika didesak akhirnya dia mengatakan bahwa dirinya biasa kawin mut’ah. Pasiennya yang dahulu itu telah terlibat jauh dengan pola pikir dan gerakan Syi’ah yang ada di Bandung ini. Dari pengalaman itu timbul pikirannya menanyakan macam-macam hal mengenai tokoh-tokoh Syi’ah yang pernah dia kenal di kota Kembang ini dan juga kebetulan mempunyai seorang teman dari Pekalongan yang menceritakan perkembangan gerakan Syi’ah di Pekalongan. Beliau bermaksud untuk menyingkap tabir yang menyelimuti rahasia perempuan yang ada didepannya sore itu.

# “Bagaimana saudari,… penyakit yang anda derita ini tidak mengenali kecuali orang-orang yang biasa berganti-ganti pasangan seks. Rasanya itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslimah seperti diri anda. Kalau itu masa lalu saudari baiklah saya memahami dan semoga dapat sembuh, bertaubatlah kepada Allah, … atau mungkin ada kemungkinan lain,…?”

Pertanyaan dokter Hanung itu telah membuat pasien terakhirnya mengangkat muka sejenak, lalu menunduk lagi seperti tidak memiliki cukup kekuatan lagi untuk berkata-kata. Dokter Hanung dengan sabar menanti jawaban pasien terakhirnya sore itu. Beliau beranjak dari kursi memanggil pembantunya agar mengemasi peralatan untuk segera tutup setelah selesai menangani pasien terakhirnya itu.

# “Saya tidak percaya dengan perkataan dokter tentang penyakit saya!” katanya terbata-bata.

# “Terserah saudari,… tetapi toh anda tidak dapat memungkiri kenyataan yang anda sandang-kan?”

# “Tetapi bagaimana mungkin mengidap penyakit laknat tersebut sedangkan saya selalu berada di dalam suasana hidup yang taat kepada hukum Allah?”

# “Sayapun berprasangka baik demikian terhadap diri anda,… tetapi kenyataan yang anda hadapi itu tidak dapat dipungkiri?”

Sejenak dokter dan pasien itu terdiam. Ruang periksa itu sepi. Kemudian terdengar suara dari pintu yang dibuka pembantu dokter yang mengemasi barang-barang peralatan administrasi pendaftaran pasien. Pembantu dokter itu lantas keluar lagi dengan wajah penuh dengan tanda tanya mengetahui dokter Hanung yang menunggui pasien terakhirnya itu.

# “Cobalah introspeksi diri lagi, barangkali ada yang salah,… sebab secara medis tidak mungkin seseorang mengidap penyakit ini kecuali dari sebab tersebut”.

# “Tidak dokter,… selama ini saya benar-benar hidup secara baik menurut tuntunan syari’at islam,… saya tetap tidak percaya dengan analisa dokter!”.

Dokter Hanung mengerutkan keningnya men-dengar jawaban pasien terakhirnya itu. Dia tidak merasa sakit hati dengan perkataan pasiennya yang berulang kali mengatakan tidak percaya dengan analisanya. Untuk apa marah kepada orang sakit. Paling juga hanya menambah parah penyakitnya saja, dan lagi analisanya toh tidak menjadi salah hanya karena disalahkan oleh paiennya. Dengan penuh kearifan dokter itu bertanya lagi….

# “Barangkali anda biasa kawin mut’ah?”

Pasien terakhir itu mengangkat muka.

# “Iya dokter!” “Apa maksud dokter?”
# “Itukan berarti anda sering kali ganti pasangan seks secara bebas!”
# “Lho,… tapi itukan benar menurut syari’at Islam Dok!”

Pasien terakhir itu membela diri

# “Ooo,… jadi begitu,… kalau dari tadi anda mengatakan begitu saya tidak bersusah payah mengungkapkan penyakit anda. Tegasnya anda ini pengikut Syi’ah yang bebas berganti-ganti pasangan mut’ah semau anda. Ya itulah petualangan seks yang anda lakukan. Hentikan itu kalau anda ingin selamat”.

# “Bagaimana dokter ini, saya kan hidup secara benar menurut syari’at Islam sesuai dengan keyakinan saya, dokter malah melarang saya dengan dalih-dalih medis”.

Sampai disini dokter Hanung terdiam. Sepasang giginya terkatup rapat dan dari wajahnya terpancar kemarahan yang sangat terhadap perkataan pasien terakhirnya yang tidak punya aturan itu. Kemudian keluarlah perkataan yang berat penuh tekanan.

# “Terserah apa kata saudari membela diri,…. Anda lanjutkan petualangan seks anda. Dengan resiko anda akan berkubang dengan penyakit kelamin yang sangat mengerikan itu, dan sangat boleh jadi pada suatu tingkat nanti anda akan mengidap penyakit AIDS yang sangat mengerikan itu,…..atau anda hentikan dan bertaubat kepada Allah dari mengikuti ajaran bejat itu kalau anda menghendaki kesembuhan”.

# “Ma…maaf Dok, saya telah membuat dokter tersinggung!”

Dokter Hanung hanya mengangguk menjawab perkataan pasien terakhirnya yang terbata-bata itu.

# “Begini saudari,…tidak ada gunanya resep saya berikan kepada anda kalau toh tidak berhenti dari praktek kehidupan yang selama ini anda jalani. Dan semua dokter yang anda datangi pasti akan bersikap sama,…sebab itu terserah kepada saudari. Saya tidak bersedia memberikan resep kalau toh anda tidak mau berhenti”.

# “Ba…BBaik Dok,…Insya Allah akan saya hentikan!”

Dokter Hanung segera menuliskan resep untuk pasien yang terakhirnya itu, kemudian menyodorkan kepadanya.

# “Berapa Dok?”
# “Tak usahlah,…saya sudah amat bersyukur kalau anda mau menghentikan cara hidup binatang itu dan kembali kepada cara hidup yang benar menurut tuntunan yang benar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Saya relakan itu untuk membeli resep saja”.

Pasien terakhir dokter Hanung itu tersipu-sipu mendengar jawaban dokter Hanung.

# “Terimah kasih Dok,…permisi!”

Perempuan itu kembali melangkah satu-satu di peralatan rumah Dokter Hanung. Ia berjalan keluar teras dekat bougenvil biru yang seakan menyatu dengan warna jilbabnya. Sampai digerbang dia menoleh sekali lagi ke teras, kemudian hilang di telan keramaian kota Bandung yang telah mulai temaran di sore itu.

Sumber: Buku Mengapa Kita Menolak Syi’ah, Hal.254-256, dikutip dari ASA edisi 5, 1411 H.
Dikutip dari : http://haulasyiah.wordpress.com/2009/08/28/akhir-petualangan-si-pasien-terakhir/

"Dan tidaklah Kami menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (QS. Az-Zukhruf)

Semoga Bermanfaat ��
✋ Silahkan dishare....berbagi utk keselamatan keluarga temans...

Tuesday 13 October 2015

⛔ Metode syiah utk merekrut seseorg utk menjadi pengikutnya ❎

-. Pertama akan ditanyakan apakah anda muslim..?
-. Jika anda muslim apakah anda mencintai Rasulullaah..?
-. Yg benar.. apakah anda mencintai rasulullah..? Buktinya mana..?
-. Kalau anda mencintai keluarga Rasulullaah kok anda diam aja ketika HAK RASULULLAAH DAN KELUARGANYA DIRAMPAS..?
MUSLIM APA ANDA INI..??!
Yg belum mengenal syiah tentu akan kelabakkan dgn kemasan seperti ini.
Inilah senjata awal yg dipakai.. Ketika sasaran yg dimaksud mulai bimbang maka akan dihujani lagi dgn manipulasi sejarah islam yg.. Jujur aja.. Penuh dgn spirit kebencian atas terdholiminya Rasulullaah dan keluarganya oleh ummat islam sepeninggal beliau.

Tanpa dasar pemahaman islam yg benar maka biasanya sasaran akan "terbakar"..
Yah pastilah...
Siapa sih muslim yg gk marah ketika Rasulullah dan keluarganya dikhianati..?

Itulah mengapa para pengikut aliran tersebut rata2 anak muda yg cerdas dibidang akademisi namun dangkal aqidah sehingga pondasinya tidak siap ketika berhadapan di wilayah ini.

Ketika sasaran telah masuk, maka metode selanjutnya adalah penggiringan bahwa ajaran islam yg kita pakai sekrg bukanlah murni ajaran islam dari baginda Rasul. Ajaran islam yg kita pakai sekarang adalah dari para sahabat pengkhianat rasul yg oleh kaum syiah disebut dedengkotnya adalah sayidina Aisyah istri Rasulullaah dan para khulafaur rasyidin minus sayidina Ali.

Ketika sampai pada fase tsb, tentu akan sangat manusiawi jika sasaran menjadi penasaran jika islam yg kita anut bukan sesuai ajaran Rasulullah.. lantas seperti apakah ajaran islam yg murni..?

Dan jawaban mereka ajaran islam yg murni hanya ada pada sayidina Ali bin Abu Thalib. (kaum syiah tidak pernah menyebutnya sayidina tetapi imam).
Dan ajaran islam yg murni itulah yg diteruskan hanya oleh para pengikut Ali.
Dari sinilah muncul nama syiah.
Syiah=Pengikut.

Ketika sasaran ingin tau lebih jauh maka diundanglah dia pada acara kajian2 dan bedah ilmu sunni syiah.

Dari situ belum ada yg mencolok.
Cuci otak berlangsung perlahan lahan .
Dan puncaknya adalah baiat.
Khusus untuk baiat ini, disinilah fase yg sakral. Disinilah fase dimana mata hati seseorg akan ditutup oleh Allah tabaraka 'watala
Org yg telah sampai pada fase bai'at ini hanya bisa disembuhkan  jika hidayah Allah SWT turun padanya.

Begitu dahsyatnya bai'at ini hingga seorg sadam husein pernah berkata, jika saja telunjuk saya sudah tertular Syiah, maka akan saya potong dan berikan buat makan anjing.
Fase bai'at disini isinya adalah memohon laknat Allah SWT pada istri Rasulullah Aisyah dan para khulafaur rasyidin minus Ali.

Jika selesai proses ini maka mudah dan enteng buat menggiring sasaran pada revolusi aqidah..
Seperti kawin Mut'ah, mengakui wilayah 12 imam, keutamaan makan kotoran imam, pemahaman tauhid yang salah , menyelisihi sunnah sunnah  nabi , dan berbagai aqidah menyimpang lainnya.
Tentunya banyak yg telah paham akan hal itu krn sering dibagikan di posting yang lainnya .

Semoga bermanfaat

Jazakumullah khair.

RENUNGAN PAGI SUDAHKAH KITA BERSYUKUR…?

☀��⛅

Ustadz ACT El Gharantaly حفظه الله تعالى

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar jantung kita tetap berdetak pagi ini..?

Tapi Alhamdulillah saat ini kita menikmati pagi dengan jantung yang masih berdetak, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar mata kita tetap sehat sehingga dapat kembali menatap indahnya pagi ini..?

Tapi Alhamdulillah pagi ini kita bangun dengan mata yang sehat, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar pagi ini kita masih dalam keadaan sehat wal afiyat?
Tapi Alhamdulillah.. Saat ini kita menikmati pagi dalam keadaan sehat wal afiyah, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar pagi ini kita masih bisa berkumpul bersama keluarga tercinta ?
Tapi Alhamdulillah.. Ternyata pagi ini semua anggota keluarga masih utuh dan semua dalam keadaan sehat wal afiyat, padahal kita tidak pernah memintanya.

Pernahkah kita berdoa kepada Allah agar mobil kita tidak mogok atau kecelakaan.?
Tapi Alhamdulillah.. Pagi ini kita selamat sampai tujuan tanpa kurang sesuatu apapun, padahal kita tak pernah memintanya.

Kalau begitu. .. pernahkah kita berfikir bahwa ternyata ada begitu banyak karunia Allah yang kita nikmati, padahal kita tak pernah memintanya.
Lantas mengapa hanya karena satu do’a yang belum kunjung berjawab kita lalu berprasangka buruk kepada Allah. Kita seolah lupa semua karunia-Nya. Tanpa rasa malu lidah kitapun mengucapkan kalimat yang menggambarkan keputusasaan, “Saya sudah meminta.. tapi Allah tidak mengabulkan permintaanku”. Padahal bila Allah mengakhirkan pengabulan atas satu do’a pasti ada hikmahnya.

Bersyukurlah
Karena kita masih dapat menikmati pagi dalam keadaan sehat, semua organ tubuh masih berfungsi dengan baik, kita juga masih bisa makan, minum dan menjalani aktifitas pagi dengan suka cita, padahal kita tak pernah mengangkat tangan ke langit dan berdoa meminta semua itu. Tapi Allah memberinya karena kasih sayang-Nya. Ternyata begitu banyak yang belum kita syukuri…

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman)

Mari bersama ucapkan Alhamdulillah…

�� Sumber: http://bbg-alilmu.com

****

Repost by :
�� SOBAT MUSLIM, Grup Sharing Kajian Islam Khusus Ikhwan (Laki-laki)
�� Admin: +62 853-1028-3995 (Daftar via WhatsApp, Ketik: Daftar#Nama#Kota Domisili)

SEBAB-SEBAB YANG DAPAT MEMBANTU UNTUK IKHLAS DAN KOKOH DIATAS AGAMA

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
✅����

▫Fadhilatu Asy-Syaikh Al-‘Allamah Sholih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullah
___________________

❓Apa sebab-sebab yang dapat membantu untuk ikhlas dan demikian juga untuk kokoh di atas agama ?

�� Jawaban:

Sebab-sebab yang membantu kekuatan iman,

�� Memperbanyak mengingat Alloh (dzikrulloh),
�� Membaca Al-Qur’an,
�� Mendampingi dan bermajelis dengan orang-orang shalih,

Ini termasuk dari sebab-sebab bagi kehidupan hati, dan untuk mengingat Alloh Azza wa Jalla, dan meninggalkan perbuatan sia-sia dan lalai yaitu meninggalkan apa-apa yang dapat menyibukkan diri dari mengingat Alloh (dzikrulloh),

Alloh Ta’ala berfirman:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ) [سورة المنافقون : 9]

”Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” [Qs. Al-Munaafiqun: 9]
___________________

ما الأسباب المعينة على الإخلاص وكذلك الثبات على الدين ؟

الجواب :

الأسباب المعينة قوة الإيمان،

الإكثار من ذكر الله،
وتلاوة القرآن، 
ومرافقة ومجالسة الصالحين،

هذا من الأسباب لحياة القلوب،  ولذكر لله عز وجل، وترك لهو والغفلة ترك ما يشغل عن ذكر الله،

قال تعالى:

(لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمْ الْخَاسِرُونَ).

�� المصدر الموقع الرسمي للعلاَّمة صالح الفوزان حفظه الله

ℹ http://www.alfawzan.af.org.sa/node/15370

✫✫✫✫✫✫✫✫✫
��أصحاب السنة
�� ASHHABUS SUNNAH✪

☆DAKWAH☆

Oleh :

Al-Ustadz Syafiq ibn Riza ibn Hasan ibn Abdul Qadir Basalamah

بسم الله والحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Akhi / ukhti, salâmullôh ‘alaikum…

Berdakwah menyampaikan agama الله adalah suatu kewajiban yang agung dan mulia…

Bahkan para pendakwah adalah kekasih pilihan الله…
Kita diperintahkan untuk menyampaikan agama الله pada setiap manusia…
Kepada mereka yang di pasar, di mall, di masjid, di lapangan, di jalanan…

Seorang pendakwah seyogyanya mendatangi orang-orang yang menjadi sasaran dakwah…

Sebagaimana Nabi صلى الله عليه و سلم mendatangi majelis-majelis orang kâfir pada waktu Beliau berdakwah…

Ada yang berucap :

“ilmu itu didatangi, bukan datang kepadamu”…

Na’am, bagi seorang penuntut ilmu seyogyanya ia yang mendatangin para ustadz dan ‘ulama untuk menimba ilmu dari mereka…

Sebaliknya, sebagai seorang pendakwah, seharusnya ia mendatangi orang-orang yang menjadi sasaran dakwah…

Para pendakwah seharusnya mendatangi orang-orang yang berada di pedalaman, di pegunungan, sebagaimana mendatangi mereka di kota-kota… di perkantoran… di rumah-rumah… di mana ada ruang untuk menyampaikan agama الله… ia tidak boleh menyia-nyiakannya…!

Karena medan dakwah terlalu besar dan tantangan begitu dahsyatnya dengan jumlah penduduk yang tembus 230 juta…

Maka para pendakwah harus berbagi tugas…

Sebagian bergerak di dunia pendidikan…
Formal dan non-formal…

Ada yang tingkat dasar dan ada yg tingkat atas…

Ada yang GRATIS…
Ada yang murah…
Ada yang sedang…
Ada yang MAHAL BANGET dan tidak wajar untuk sebuah Pesantren Islâm…

Pada hakekatnya, PERBEDAAN itu bukan masalah…

Karena yang didakwahi memang berbeda…

Ada yang maunya formal, maka kita pun bikin yang formal…

Ada yang mau bagus dengan fasilitas tinggi, kita pun membuatnya…

Semuanya sedang berdakwah dengan segment yang beda…

Ada yang berdakwah lewat kajian-kajian…

Ada yang mau bikin kajian di perusahaannya untuk karyawannya, kita pun datang kepada mereka…

Ada yang bikin kajian khusus untuk keluarga di rumahnya, kita pun menyambutnya…

Ada yang bikin kajian khusus untuk anak-anak remaja, kita juga tidak membiarkannya…

Ada yang bikin seminar di kampus-kampus untuk mendakwahi para akademisi…

Ada yang membuat kajian khusus untuk para dokter di rumah sakit, kita pun bersegera mengiyakannya…

Ada yang bikin DAUROH KHUSUS untuk para ustadz di vila atau hotel dengan pemateri masyaikh kibar dari luar Indonesia, pesertanya terbatas dan pendaftarannya ketat, BUKAN KARENA INGIN MEMBATASI ILMU bagi penuntut ilmu yang lainnya, tapi ada maslahat dan target yang diburu…

Ada yang bikin kajian buat anak-anak yatim dan janda-janda tua, kita tidak menolaknya…

Ada yang membuat di musholla sebelah rumahnya, kita pun juga tidak meremehkannya…

Ada yang membuat kajian khusus para ummahat dengan tema dan kitab yang bermacam-macam, kita pun tidak sungkan untuk menghadirinya…

Ada yang fokus berdakwah di daerah pedalaman dan membendung kristenisasi, kita pun memberikan apresiasi yang besar kepada mereka…

Ada yang berdakwah lewat media, televisi, dan radio dengan segment yang berbeda-beda…

Terkadang ada yang bertanya kenapa ada beberapa televisi Ahlus-Sunnah, kenapa tidak hanya satu saja…?

Itulah hikmah dalam berdakwah, sasaran dakwahnya berjumlahnya 230 juta dengan berbagai kecenderungan dan level pendidikan yang berbeda-beda…

Ada yang berdakwah lewat tulisan dengan menerbitkan buku-buku yang dijual dengan harga variatif

Ada yang harganya mahal dengan kertas dan sampul buku yang lux, sehingga tidak bisa membelinya kecuali orang yang berdompet tebal…

Ada yang dengan harga standar dengan kertas yang biasa…

Semua dengan segmen yang berbeda-beda karena yang didakwahi memang beragam, bukan satu macam…

Ada yang berdakwah dengan membuat travel umroh dan hajji dengan harga yang disesuaikan dengan keinginan jama’ah…

Ada yang standar bintang 5 sehingga membuat jema’ah terbelalak melihat harganya…

Kenapa kok tidak 1 harga saja…?

Kan tujuannya adalah ibadah, thowaf dan sa’inya di tempat yang sama, kenapa harus pilih-pilih kamar dan membeda-bedakan jemaah…?

Tapi itulah salah satu hikmah dalam berdakwah, yang jadi sasaran memang mereka yang biasa tinggal di hotel bintang 5, kita tidak bisa memaksa mereka untuk ikut paket murah, dengan dalih tidak boleh boros dan berlebih-lebihan…

Ada yang melihat peluang mendakwahi orang-orang yang biasa berlibur di vila-vila mewah atau hotel-hotel berbintang, yang setiap pekan memadati jalan ke puncak, tanpa ada yang menyentuh liburan mereka dengan siraman rohani, maka sebagian ikhwan kita berpikir bagaimana liburan akhir pekan mereka lebih bermanfaat…

Semua sedang berdakwah dengan cara dan metodenya…

Nabi صلى الله عليه و سلم tidak pernah meremehkan siapa pun untuk di dakwahi…

Baik yang kaya, miskin, badui, atau orang kota, semuanya Beliau dakwahi…

Beliau tidak pernah membuang kesempatan dan peluang untuk berdakwah, walaupun celaan dan tuduhan keji sering beliau dapatkan…

Sungguh الله memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk berdakwah dengan hikmah, sebagaimana firman-Nya:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

"Serulah (manusia) kepada jalan Robb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Robb-mu, Dia lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
(QS.An-Nahl : 125).

Di antara makna hikmah adalah memperlakukan tiap manusia sesuai dengan kondisinya,

Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه و سلم memperlakukan setiap ragam manusia sesuai dengan kedudukan dan karakternya…

Bahkan Beliau berpesan:

إِذَا أَتَاكُمْ كَرِيْمُ قَوْمٍ فَأَكْرِمُوْهُ

"Apabila datang kepadamu yang mulia dari suatu kaum, maka muliakanlah ia." (Shohîh Sunan Ibnu Mâjah II/303 no 2991 ~ hasan).

▶ Yang suka kehormatan, Beliau kasih kehormatan, seperti kisah Abû Sufyan…
Ibnu Abbâs رضي الله عنهما berkata:

“Tatkala penaklukan kota Makkah maka Abbâs ibn ‘Abdil Muththolib membawa Abû Sufyan ibn Harb, maka Abû Sufyan pun masuk Islâm di Marru ad-Zhorôn (nama suatu tempat dekat Makkah -pen).

Maka Abbas berkata kepada Nabi :

‘Wahai Rosûlullôh, sesungguhnya Abû Sufyan adalah seseorang yang suka kemuliaan, kalau seandainya engkau memberikan sesuatu untuknya?’

Maka Nabi berkata:

‘Iya, barang siapa yang masuk ke rumah Abû Sufyan maka ia aman, dan barang siapa yang menutup pintunya maka ia aman." 
(HR Abû Dâwûd no 3023 ~ dihasankan oleh Syaikh al-Albânî).

▶ Yang suka harta, Beliau kasih harta, seperti kisah ‘Amru ibn Taghlib…

‘Amru ibn Taghlib bercerita:

"Sesungguhnya Rosûlullôh pernah diberi harta atau tawanan, kemudian Beliau membagikannya, lantas Beliau memberikan sebahagian orang dan meninggalkan sebahagian orang. Maka orang-orang yang ditinggalkan (yang tidak diberi) mencela keputusan Rosûlullôh itu.

Kemudian Rosûlullôh memuji الله, setelah itu Beliau berkata :

‘Maka demi الله, sesungguhnya aku telah memberi sebahagian dan telah meninggalkan sebahagian, dan orang-orang yang kutinggalkan itu lebih aku cintai daripada orang-orang yang kuberi.

Akan tetapi aku memberi kaum yang aku melihat di hatinya masih ada kecemasan dan kekalutan, dan aku membiarkan kaum lain kepada apa yang dijadikan الله pada hati-hati mereka berupa kekayaan dan kebaikan, di antara mereka adalah ‘Amru ibn Taghlib.’

(Kemudian berkata ‘Amru ibn Taghlib) Maka demi الله, tidaklah ada yang melebihi kecintaanku pada unta merah kecuali ucapan Rosûlullôh kepadaku tadi."
(HR.Bukhôrî, no.871).

▶ Yang memiliki iman kuat, maka Beliau berbagi cintanya kepada mereka, seperti kisah orang orang Anshor…

Imâm Muslim meriwayatkan, bahwa (Anas ibn Mâlik) berkata :

"Ketika Makkah telah ditaklukkan, Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم membagi-bagikan harta rampasan kepada orang-orang Quraisy.

Maka orang-orang Anshor pun berujar :

‘Ini sungguh-sungguh mengherankan.

Pedang kita masih basah oleh darah musuh, tetapi harta rampasan kita diberikan kepada mereka (orang-orang Quraisy)?’ Lalu ungkapan itu sampai kepada Rosûlullôh صلى الله عليه و سلم,

Akhirnya Beliau pun mengumpulkan mereka.

Beliau bertanya:

‘Benarkah berita yang sampai kepadaku tentang ucapan kalian?’

Mereka menjawab :

‘Apa yang mereka sampaikan itu benar, ya Rosûlullôh! Mereka tidak berdusta.’

Maka Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda :

‘Apakah kalian tidak rela kalau mereka pulang dengan membawa harta benda Dunia, sedangkan kalian semua pulang ke rumah masing-masing bersama dengan Rosûlullôh?

Seandainya manusia berjalan di suatu lembah dan bukit, sedangkan orang-orang Anshor melewati lembah dan bukit yang lain, niscaya saya akan mengikuti lembah dan bukit yang ditempuh kaum Anshor."

Sikap berbeda Nabi صلى الله عليه و سلم kadang dipandang negative oleh sebahagian Shohâbat, namun setelah Beliau jelaskan bahwa manusia itu berbeda-beda dan cara menghadapinya juga berbeda… akhirnya mereka paham…

▶ Yang bodoh dan tidak mengerti, Beliau tidak langsung menegur dan memarahinya, seperti ketika ada Badui yang masuk ke dalam masjid lalu kencing, tentunya berbeda dengan sikap para Shohâbat yang ingin memukul dan memberi pelajaran kepadanya.

Itulah salah satu makna hikmah dalam berdakwah…

Semua pendakwah Ahlus-Sunnah harus bersinergi demi tercapainya cita-cita bersama…

Yang di pedalaman tidak perlu mencela da’i-da’i kota yang bergelimang harta…

Yang di musholla tidak perlu mencaci da’i-da’i yang muncul di televisi…

Yang di daerah tidak perlu menuduh da’i-da’i yang harga bukunya mahal dan tidak terjangkau..

Yang di kota juga tidak boleh melupakan saudara-saudara mereka yang di pedalaman, pedesaan, pegunungan yang mereka sedang menyelamatkan aqidah ummat dari taring dan cakar missionaris…

Semua sedang berdakwah, dan hendaklah berhusnuzhon kepada saudaranya…

Dan ingat AGAMA INI ADALAH NASEHAT…!

Bila muncul kekeliruan dan kesalahan atau pun penyimpangan, maka para da’i harus saling memberikan masukan dan nasehat…

Kita adalah saudara…

Di samping itu, setiap pendakwah tidak boleh lupa berterima kasih kepada para koordinator dakwah tempat di mana ia berdakwah, bahwa ia bisa duduk nyaman di atas kursi dengan mic yang sudah bisa dipakai, dan jama’ah yang duduk rapi, parkir kendaraan yang diatur, serta semua kenyamanan yang dirasakannya,

semua itu adalah hasil tangan orang banyak…

Kalau bukan karena mereka, tentunya setelah taufiq الله, niscaya para pendakwah akan mendapatkan berbagai kesulitan…

Untuk semua...
PERBAIKI NIAT
RAPATKAN SHOFF
BERGANDENGAN TANGAN SALING MENDO’AKAN
ALLÔHU AKBAR

Bila yang aku tulis ini benar, maka itu karena taufiq الله…

Bila salah dan kurang berkenan, maka itu dari diriku yg penuh dosa dan dari Syaithôn… الله & ROSÛL-NYA terbebaskan dari kesalahan itu…

Salamku.

وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...