Wednesday 10 June 2015

LEBIH DEKAT DENGAN SAHABAT UTAMA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM

Oleh M Husnaini

Buku ini berbicara tentang manusia sangat agung, sahabat yang paling dekat dan paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam. Dialah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Karya semacam ini tidak banyak. Buku-buku tentang sahabat, rata-rata ditulis oleh penulis asing dan berbahasa asing. Sangat sedikit yang ditulis oleh penulis Indonesia dan berbahasa Indonesia. Maka upaya Ustadz Fariq Gasim Anuz ini bisa dibilang satu di antara yang sedikit itu.

Kendati berbahasa Indonesia, rujukan yang digunakan cukup kredibel. Kemudian, disajikan dengan bahasa sederhana sehingga sangat mungkin dibaca siapa saja. Melalui buku ini, Ustadz Fariq berhasil mengungkap kisah-kisah keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Selama ini, kalau kita menghitung koleksi buku bacaan kita tentang sejarah hidup tokoh, berapa banyak yang berkisah tentang sejarah perjuangan sahabat Nabi? Sejauh mana kita mengenal ulama-ulama salaf apabila dibandingkan dengan ilmuwan-ilmuwan modern? Seberapa lancar kita mengeja nama-nama pahlawan Islam dibanding tokoh-tokoh sekuler?

Maka buku ini semoga menjadi pelecut awal bagi kita untuk mau menyibak lembaran-lembaran hikmah tentang sejarah hidup manusia-manusia mulia. Apalagi buku ini bukan buku sejarah murni, melainkan juga boleh dibilang buku hikmah. Dengan membaca kisah perjalanan hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, kita semua diajak becermin: sampai di mana kualitas keberagamaan kita ini?

Bagaimana pula kemuliaan, pengabdian, dan kecintaan Abu Bakar Ash-Shiddiq terhadap Nabi Muhammad juga diungkap dalam tulisan berjudul Api Cinta. Subhanallah. Ustadz Fariq memberi komentar terhadap kisah ini dengan: Likulli mihnatin minhatun, setiap musibah terdapat karunia.

Ceritanya, Abu Bakar Ash Shiddiq sangat gigih membantu dakwah Nabi. Ketika dakwah Islam masih dilakukan secara rahasia dan pemeluknya masih sedikit, Abu Bakar Ash Shiddiq meminta izin kepada Rasul untuk berdakwah secara terang-terangan. Karena terus mendesak, akhirnya Nabi mengizinkan. Segera dia berkhutbah di Masjidil Haram.

Bisa ditebak, kaum Musyrikin mengeroyoknya. Abu Bakar Ash Shiddiq dipukul, ditendang, bahkan diinjak-injak tubuhnya. Bersimbah darah, Abu Bakar Ash Shiddiq pun pingsan. Tetapi, dalam keadaan koma beberapa saat, begitu sadar, kata-kata pertama yang keluar dari lisan Abu Bakar, "Bagaimana keadaan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam?" Abu Bakar tidak mengeluh, tidak merintih dan tidak memikirkan dirinya. Singkat cerita, akibat peristiwa ini, ibunda Abu Bakar yang dulunya kafir, segera masuk Islam.

Kisah-kisah lain serupa ini dapat kita jumpai di buku ini. Mengharukan lagi mencerahkan. Diungkap pula kemuliaan-kemuliaan Abu Bakar. Antara lain kegigihan Abu bakar Ash Shiddiq radhiallahu anhu dalam berdakwah mampu mengislamkan tiga puluh orang yang masuk Islam. Di antara mereka, Utsman bin Affan, Saad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, Utsman bin Madz'un dan lainnya radhiallahu anhum ajma'in.

Abu Bakar radhiallahu anhu adalah pejuang kebenaran, hingga tak segan korbankan harta bahkan jiwa. Abu Bakar Ash Shiddiq mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bukan karena ada keuntungan dunia yang diharapkan. Ia mencintai Rasul mengharapkan ridha Allah. Kepribadian Rasul dan kemuliaan akhlaknya menjadi magnet bagi siapa saja yang berhati bersih untuk mencintainya.

Silakan baca buku ini. Pelan-pelan. Insya Allah banyak sekali inspirasi dan hikmah untuk mencerahkan keberagamaan kita. Semoga buku ini menjadi pintu awal kita untuk semangat mengenal, mempelajari, dan meneladani kehidupan sahabat yang mulia.

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...