Tuesday 28 June 2016

Tanpa Melakukan Itikaf, Apa Bisa Mendapatkan Malam Lailatul Qadar?

✍🏻 *Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc* _hafidzohulloh_

   
Ada yang berkecil hati karena tidak bisa melakukan i’tikaf di masjid, lantas ia menilai bahwa ia tidak bisa mendapatkan keutamaan lailatul qadar. Apakah benar sangsi demikian?

Perlu dipahami, para ulama salaf berpendapat bahwa keutamaan lailatul qadar itu akan diperoleh oleh setiap muslim yang diterimanya amalnya di malam tersebut.

Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathoif Al Ma’arif (hal. 341) membawakan hadits dalam musnad Imam Ahma, sunan An Nasai, dari Abu Hurairah, dari *Nabi* _shallallahu ‘alaihi wa sallam_, *beliau* bersabda,

*فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ*

*_“Di dalam bulan Ramadhan itu terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan.”_* (HR. An Nasai no. 2106, shahih)

Bahkan sampai musafir dan wanita haidh pun bisa mendapatkan malam lailatul qadar.

Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Imam Adh Dhohak, _“Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya tidak lalai dalam dzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?”_ Imam Adh Dhohak pun menjawab, *_“Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”_* (Lathoif Al Ma’arif, hal. 341)

Imam Ibnu Rajab menasehatkan, _“Wahai saudaraku … Yang terpenting bagaimana membuat amalan itu diterima, bukan kita bergantung pada kerja keras kita. Yang jadi patokan adalah pada baiknya hati, bukan usaha keras badan. Betapa banyak orang yang begadang untuk shalat malam, namun tak mendapatkan rahmat. Bahkan mungkin orang yang tidur yang mendapatkan rahmat tersebut. Orang yang tertidur hatinya dalam keadaan hidup karena berdzikir pada Allah. Sedangkan orang yang begadang shalat malam, hatinya yang malah dalam keadaan fajir (berbuat maksiat pada Allah).”_ (Lathoif Al Ma’arif, hal. 341)

Anugerah Allah itu begitu besar. Karunia tersebut tidak terbatas pada segelintir orang. Perbanyaklah terus ibadah di akhir-akhir Ramadhan, moga kita mendapatkan anugerah malam Qadar. Moga kita semua mendapatkan kemuliaan di malam lailatul qadar tersebut.

***

📚Referensi:
-Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1428 H.

Disusun di Pesantren Darush Sholihin, 21 Ramadhan 1435 H
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal

🌐Sumber: Artikel Rumaysho.Com
➖➖➖

Wednesday 22 June 2016

Kisah imam al-bukhari dan uang seribu dinar

KISAH IMAM AL-BUKHARI DAN UANG SERIBU DINAR

Sebelum kita simak kisah ini ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu seberapa banyak uang 1000 dinar itu:

1 dinar = 4,25 gram emas murni
1000 dinar = 4.250 gram = 4.25 kg emas murni...

Jika 1 gram emas murni seharga Rp. 500.000 berarti:

1000 dinar= 4.250 × 500.000

Hasilnya: 2,125,000,000 ( dua milyar seratus dua pulu lima juta)

Uang yang sangat banyak sekali......

___________________________________

Sekarang mari kita simak kisah berikut ini:

Disebutkan oleh al-Imam Abdus Salam al-Mubarakfury dalam kitab Shirah al-Imam Al-Bukhari:

Bahwasanya Imam Bukhari pernah sekali mengarungi lautan di masa beliau masih menuntut ilmu, pada waktu itu beliau membawa uang 1000 dinar (dua milyar rupiah lebih) dan ini merupakan harta yang sangat banyak

Kemudian datanglah kepada beliau salah seorang dari awak kapal, lelaki tersebut menampakkan kecintaan dan kesukaan kepada sang Imam, dia selalu berusaha mendekat dan duduk dengan beliau...ketika Imam Bukhari melihat kecintaan dan kesetiaan lelaki tersebut  dan saking akrabnya sampai2 beliau memberitahukan kepada lelaki tersebut tentang 1000 dinar yang beliau bawa di kapal.

Kemudian pada suatu hari lelaki tersebut bangun dari tidurnya kemudian dia menangis, merobek-robek bajunya dan memukul-mukul wajah dan kepalanya...ketika manusia melihat keadaan lelaki tersebut maka mereka bingung dan terheran2...maka mereka mendatanginya dan menanyakan sebab musababnya...

Lelaki tersebut akhirnya berkata:
"aku memiliki kantong yang berisi 1000 dinar akan tetapi kantong itu lenyap dariku"

Maka akhirnya orang2 mengadakan pemeriksaan satu persatu pada semua penumpang kapal,  di saat seperti itu, Imam Bukhari mengeluarkan kantong dinarnya secara sembunyi-sembunyi lalu beliau melemparkanya ke Laut,  pemeriksaan terus berlangsung sampai ke beliau dan sampai usai, akan tetapi para pemeriksa tidak menjumpai apapun. Maka para pemeriksa kembali ke lelaki tersebut dan mencelanya habis-habisan.

Ketika orang-orang turun dari kapal, lelaki tersebut mendatangi Imam Bukhari dan berkata: "apa yang kamu lakukan dengan kantong dinarmu????

Imam Bukhari menjawab: "aku melemparkannya ke Laut "

Lelaki tadi berkata: " bagaimana engkau bisa bersabar atas hilangnya harta yang banyak darimu???"

Imam Bukhari berkata kepadanya:
" wahai orang bodoh, sesungguhnya aku telah menghabiskan seluruh umur dan hidupku untuk mengumpulkan hadits2 Rasulullah, dan seluruh dunia telah mengetahui ketsiqqohanku (kredibilitasku dalam meriwayatkan hadits), maka bagimana mungkin aku menjadikan diriku menjadi bahan tuduhan sebagai seorang pencuri??

Apakah mutiara berharga (yaitu: tsiqqoh dalam periwayatan hadits) yang mana aku habiskan umurku untuknya aku korbankan hanya karena uang yang sedikit???

Masya Allah....Semoga Allah merahmati Imam Al-Bukhari.

Beliau melakukan itu bukan demi nama baik dan harga dirinya akan tetapi demi menjaga keotentikan agama, karena beliau adalah lambang dari Hadits nabi...jika beliau tertuduh sebagai pencuri..maka hilanglah nilai validitas hadits yang beliau kumpulkan.

Demikianlah sikap wara' para ulama', Dunia tidak ada artinya bagi mereka dibandingkan Ilmu hadits.

Akhukum fillah: Fadlan Fahamsyah

Kisah ini diambil Dari kitab:

سيرة الإمام البخاري للإمام عبد السلام المباركفوري، م 1 ص. 122-123

_____________________________________________

ذكر الإمام عبد السلام المباركفوري -رحمه الله- في كتابه (سيرة البخاري):

أن الإمام البخاري ركب البحر مرة في أيام طلبه وكان معه ألف دينار
(وكانت الألف دين ار مبلغ طائل في ذاك الزمان) ، فجاءه رجل من أصحاب السفينة، وأظهر له حبه ومودته وأصبح يقاربه ويجالسه فلما رأى الإمام حبه وولاءه مال اليه وبلغ الأمر أنه بعد المجالسات أخبره عن الدنانير الموجودة عنده .
وذات يوم قام صاحبه من النوم فأصبح يبكي ويعول ويمزق ثيابه ويلطم وجهه ورأسه ، فلما رأى الناس حالته تلك أخذتهم الدهشة والحيرة وأخذو يسألونه عن السبب ، وألحوا عليه في السؤال ، فقال لهم :

عندي صرة فيها ألف دينار وقد ضاعت!.

فأصبح الناس يفتشون ركاب السفينة واحدا واحدا ،وحينئذ أخرج البخاري صرة دنانيره خفية وألقاها في البحر ، ووصل المفتشون إليه وفتشوه أيضا حتى انتهوا من جميع ركاب السفينة ، ولم يجدوا شيئا فرجعوا إليه ولاموه ووبخوuuه توبيخا شديدا .
ولما نزل الناس من السفينة جاء الرجل الى الإمام البخاري وسأله ماذا فعل بصرة الدنانير؟ .

فقال: ألقيتها  في البحر !.

قال : كيف صبرت على ضياع هذا المال العظيم ؟.

فقال له الإمام : ياجاهل ...أتدري أنني أفنيت حياتي كلها في جمع حديث رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وعرف العالم ثقتي ، فكيف كان ينبغي لي أن أجعل نفسي عرضة لتهمة السرقة؟..
وهل الدرة الثمينة (الثقة والعدالة) التي حصلت عليها في حياتي أضيعها من أجل دراهم معدودة..

📚 [(سيرة الإمام البخاري [مج 1 ،ص 122-123 )]

Tuesday 14 June 2016

Semangat salafus sholih menghatam al-qur'an di bulan ramadhan

【 📖 】❝ Semangat Salafus Sholih menghatamkan al-Qur’an di Bulan Ramadhan ❞

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ

Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran”_ (QS. Al Baqarah: 185).

1⃣ Jibril itu (saling) belajar Al-Qur’an dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali (khatam). Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali khatam. .” (HR. Bukhari no. 4998).

2⃣ Ibrahim an-Nakhai Rahimahullah berkata : Adalah Al-Aswad menghatamkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan duhari sekali”. ( _Siar A'lam an-Nubala_, 4/51)

3⃣  “Qatadah biasanya mengkhatamkan Al-Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya.” ( _Siyar A’lam An-Nubala’_, 5: 276).

4⃣ Adalah Said ibn Jubair Rahimahullah menghatamkan al-Qur’an setiap malam di bulan Ramadhan.

5⃣ Rabi’ ibn Sulaiman berkata: Adalah “Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. ( _Siyar A’lam An-Nubala’_, 10: 36).

6⃣ Adalah Mujahid jika bulan Ramadhan tiba ia menghatamkan al-Qur’an setiap hari. (Imam Nawai, _At- Tibyan_, hal. 74).

7⃣ Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan shalat jama’ah dan tilawah Al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan Al-Qur’an setiap hari. Beliau biasa beri’tikaf di Al-Manarah Asy-Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin berdzikir.” ( _Siyar A’lam An-Nubala_’, 20: 562).

8⃣ Imam Nawawi _rahimahullah_ menyebutkan bahwa seperti itu berbeda tergantung pada orang masing-masing. Orang yang sibuk pikirannya, maka berusaha sebisa mungkin sesuai kemampuan pemahamannya.

✍ : Ust. abu Rufaydah

Friday 10 June 2016

Jagalah keluargamu

🌾 *Jagalah* *Keluargamu...!!*

Tanggung jawab untuk mendidik dan mengarahkan keluarga adalah kewajiban seorang suami.

Rasululloh صلى الله عليه وشلم bersabda:

"وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمِْ" رواه البخاري (7138) ومسلم (1829)

"Dan seorang laki-laki menjadi pemimpin atas rumah tangganya, dan dia akan dimintai pertanggung jawaban (kepemimpinannya) atas mereka" ( HR Al-Buhory 7138; Muslim 1829)

Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar lagi keras.” [At-Tahrim: 6]

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

أي: مروهم بالمعروف، وانهوهم عن المنكر، ولا تدعوهم هملا فتأكلهم النار يوم القيامة

“Maknanya: Perintahkan keluargamu untuk berbuat baik, larang mereka dari kemungkaran dan jangan membiarkan mereka sia-sia (tanpa diperintah dan dilarang) sehingga api neraka memakan mereka di hari kiamat.” [Tafsir Ibnu Katsir, 5/240]

Ya Ikhwah...
Lihatlah amanah ini...
Janganlah kalian sia-siakan mereka...
Keselamatan kamu juga menjadi keselamatan mereka...
Dan amanah ini akan dipertanggung jawabkan nanti dihadapan Alloh...

Semoga bermanfaat

🍃Abu Yusuf Masruhin

      ✏📚✒🌾...

Saturday 4 June 2016

SIapakah ratu para bidadari surga itu?

💖💖💖💖💖🌷💖💖💖💖💖

*SIAPAKAH RATU PARA BIDADARI SURGA ITU ??*

Ibnu Qayyim Rahimahullahu, menyebutkan dalam sebuah hadist sahih dalam Musnad Imam Ahmad, bahwa ketika seorang suami beristrikan Hur‘ain (bidadari), kemudian pada saat itu akan datang seorang wanita lain yg kecantikan & keelokannya mampu membuat seorang raja melupakan wanita2 lainnya.

_*Siapa Wanita itu ?*_

Ternyata wanita tsb adalah *istrinya selama di dunia* Itulah keistimewaan para istri di surga, dia akan menjadi *RATU* dari para Hur‘ain (bidadari). Lalu, Ibnu Qayyim mengatakan “Apakah seorang raja pernah memikirkan para pelayan2-nya dihadapan Ratunya...?”
Tentu tidak ! Jadi, *Alloh akan memberikan pada istri kecantikan yg luar biasa jauh melebihi para bidadari.*

*KIRA2, KENAPA BISA BEGITU ???*

Ibnu Qayyim menjelaskan, *_“Karena Hur‘ain (bidadari) tidak pernah menghadapi kesulitan yg dirasakan wanita dunia. Mereka tidak pernah berjuang di jalan Alloh, tidak pernah dicemooh orang karena mengenakan hijab, tidak pernah merasakan sulitnya patuh pada suami....dll”_*

Mengenai keistimewaan istri (wanita) di surga dibandingkan Bidadari, Rasulullah saw melalui haditsnya menyebutkan :

_*“Sungguh tutup kepala salah seorang wanita surga itu lebih baik daripada dunia & seisinya.”*_
(HR. Bukhari & Muslim)

Bahkan dalam hadits yg lain disebutkan pula bahwa wanita dunia yg sholihah lebih utama daripada bidadari surga.

Dari Ummu Salamah ra, ia berkata, “Saya bertanya, _*“Wahai Rasulullah, manakah yg lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yg bermata jeli?”*_
Beliau shallallahu’‘alaihi wa sallam menjawab, _*“Wanita2 dunia lebih utama daripada bidadari2 yg bermata jeli, seperti kelebihan apa yg tampak daripada apa yg tidak tampak.”*_

Kemudian saya bertanya lagi, _*“Karena apa wanita dunia lebih utama daripada para bidadari?”*_
Lalu Beliau menjawab, *_"Karena shalat mereka, puasa & ibadah mereka kepada Alloh.*_Alloh meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutra, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya ke-kuning2-an , sanggulnya mutiara & sisirnya terbuat dari emas.*_  Mereka berkata, *_‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut & tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi & tidak beranjak sama sekali, kami ridha & tidak pernah ber-sungut2 sama sekali. Berbahagialah orang yg memiliki kami & kami memilikinya.”_*
(HR. Ath Thabrani)

Masya Alloh... sungguh ini sebuah kemuliaan yg diberikan kepada kaum wanita khusus nya para istri2, *derajat mereka bisa menjadi lebih mulia daripada bidadari surga, mereka akan menjadi 'Ratu2' bidadari surga.*

Untuk para kaum wanita ...jangan sia-siakan kesempatan kalian untuk menjadi ratu2 bidadari di surga...

Ingat... setelah meninggal tidak ada lagi kesempatan untuk kembali ke dunia lagi...!

Mulai sekarang, bagi para istri, *marilah ber-lomba2 agar bisa menjadi istri yg sholihah di dunia...!*

Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin

Thursday 2 June 2016

Jangan mendahului Ramadhan

#Menyambut_Bulan_Mulia_Penuh_Berkah

■■ JANGAN MENDAHULUI RAMADHAN ■■

(Larangan Berpuasa Satu atau Dua Hari Sebelum Ramadhan)

Ada ilmu yang mesti diperhatikan sebelum melaksanakan puasa Ramadhan, diantaranya adalah larangan berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadhan. Karena ada yang punya tujuan melaksanakan puasa sebelum itu untuk hati-hati atau hanya sekedar melaksanakan puasa sunnah biasa.

Hadits yang membicarakan hal ini disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Bulughul Marom hadits no. 650 sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻻَ ﺗَﻘَﺪَّﻣُﻮﺍ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥَ ﺑِﺼَﻮْﻡِ ﻳَﻮْﻡٍ ﻭَﻻَ ﻳَﻮْﻣَﻴْﻦِ ﺇِﻻَّ ﺭَﺟُﻞٌ ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺼُﻮﻡُ ﺻَﻮْﻣًﺎ ﻓَﻠْﻴَﺼُﻤْﻪُ
“Janguanlah kalian berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan kecualiseseorang yang punyakebiasaan puasa,
maka bolehlah ia berpuasa.” (HR. Bukhari no. 1914 dan Muslim no. 1082).

◆◆ Beberapa faedah dari hadits di atas:

● 1- Dalil ini adalah larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan karena ingin hati-hati dalam penentuan awal Ramadhan atau hanya ingin melaksanakan puasa sunnah biasa (puasa sunnah mutlak).

● 2- Larangan di sini adalah larangan haram, menurut pendapat lebih kuat karena hukum asal larangan itu haram sampai ada dalil yang menyatakan berbeda (makruh).

● 3- Dikecualikan di sini kalau seseorang yang punya kebiasaan puasa tertentu seperti puasa Senin Kamis, atau puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak puasa), kalau dilakukan satu atau dua hari sebelum Ramadhan, maka tidaklah mengapa.

● 4- Begitu pula dikecualikan jika seseorang ingin melaksanakan puasa wajib, seperti puasa nadzar, kafaroh atau qodho’ puasa Ramadhan yang lalu, itu pun masih dibolehkan dan tidak termasuk dalam larangan hadits yang kita kaji.

● 5- Hikmah larangan ini adalah supaya bisa membedakan antara amalan wajib (puasa Ramadhan) dan amalan sunnah. Juga supaya kita semakin semangat melaksanakan awal puasa Ramadhan. Di samping itu, hukum puasa berkaitan dengan melihat hilal (datangnya awal bulan). Maka orang yang mendahului Ramadhan dengan sehari atau dua hari puasa sebelumnya berarti menyelisihi ketentuan ini.

● 6- Ada hadits yang berbunyi,
ﺇِﺫَﺍ ﺍﻧْﺘَﺼَﻒَ ﺷَﻌْﺒَﺎﻥُ ﻓَﻼَ ﺗَﺼُﻮﻣُﻮﺍ
“Jika sudah mencapai separuh dari bulan Sya’ban, janganlah kalian berpuasa.“ (HR. Abu Daud no. 2337).
Hadits ini seakan-akan bertentangan dengan hadits yang sedang kita kaji yang menyatakan larangan berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadhan.
Artinya, puasa sebelum itu masih boleh meskipun setelah pertengahan Sya’ban. Dan sebenarnya, hadits ini pun terdapat perselisihan pendapat mengenai keshahihannya. Jika hadits tersebut shahih, maka yang dimaksudkan adalah larangan puasa sunnah mutlak yang dimulai dari pertengahan bulan Sya’ban. Adapun jika seseorang punya kebiasaan puasa seperti puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau ingin menyambung puasa Sya’ban karena separuh pertama melakukannya, begitu pula karena ingin mengqodho’ puasa Ramadhan, maka seperti itu tidaklah masuk dalam larangan berpuasa setelah pertengahan Sya’ban.

● 7- Islam memberikan batasan dalam melakukan persiapan sebelum melakukan amalan sholih seperti yang dimaksudkan dalam hadits ini untuk puasa Ramadhan.

Semoga sajian singkat ini bermanfaat bagi kita sekalian sebagai persiapan ilmu sebelum Ramadhan. Wallahu waliyyut taufiq.

◆◆ Referensi:

~ Fathu Dzil Jalali wal Ikrom bi Syarh Bulughil Marom, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, 7: 18–27.

~ Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Marom, Syaikh ‘Abdullah bin Sholih Al Fauzan, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan ketiga, tahun 1432 H, 5: 7–8.

Dinukil dari Artikel Abu Rumaysho Muhammad Abduh T.

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...