Thursday 23 December 2010

ketulusan ibu

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, Dan
sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.
Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama
sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool.
Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru
beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah
perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi
manager. Gaji-nya pun lumayan.
Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe
orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang
sederhana membuat banyak teman2 kantor senang
bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo.
Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja
juga menaruh perhatian
khusus pada A be.
Dirumahnya ada seorang
wanita tua yang tampangnya
seram sekali. Sebagian
kepalanya botak dan kulit
kepala terlihat seperti borok
yang baru mengering.
Rambutnya hanya tinggal
sedikit dibagian kiri dan
belakang. Tergerai seadanya
sebatas pundak. Mukanya juga
cacat seperti luka bakar.
Wanita tua ini betul2 seperti
monster yang menakutkan. Ia
jarang keluar rumah bahkan
jarang keluar dari kamarnya
kalau tidak ada keperluan
penting. Wanita tua ini tidak
lain adalah Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang Ibu
selalu setia melakukan
pekerjaan rutin layaknya ibu
rumah tangga lain yang sehat.
Membereskan rumah,
pekerjaan dapur, cuci-mencuci
(pakai mesin cuci) dan lain-
lain. Juga selalu memberikan
perhatian yang besar kepada
anak satu2-nya A be. Namun A
be adalah seorang pemuda
normal layaknya anak muda
lain. Kondisi Ibunya yang cacat
menyeramkan itu
membuatnya cukup sulit
untuk mengakuinya. Setiap
kali ada teman atau kolega
business yang bertanya siapa
wanita cacat dirumahnya, A be
selalu menjawab wanita itu
adalah pembantu yang ikut
Ibunya dulu sebelum
meninggal. “Dia tidak punya
saudara, jadi saya tampung,
kasihan. ” jawab A be.
Hal ini sempat terdengar dan
diketahui oleh sang Ibu. Tentu
saja Ibunya sedih sekali. Tetapi
ia tetap diam dan menelan
ludah pahit dalam hidupnya.
Ia semakin jarang keluar dari
kamarnya, takut anaknya sulit
untuk menjelaskan
pertanyaan mengenai dirinya.
Hari demi hari kemurungan
sang Ibu kian parah. Suatu
hari ia jatuh sakit cukup parah.
Tidak kuat bangun dari
ranjang. A be mulai kerepotan
mengurusi rumah, menyapu,
mengepel, cuci pakaian,
menyiapkan segala keperluan
sehari-hari yang biasanya di
kerjakan oleh Ibunya.
Ditambah harus menyiapkan
obat-obatan buat sang Ibu
sebelum dan setelah pulang
kerja (di Taiwan sulit sekali
cari pembantu, kalaupun ada
mahal sekali).
Hal ini membuat A be jadi BT
(bad temper) dan uring-
uringan dirumah. Pada saat ia
mencari sesuatu dan
mengacak-acak lemari Ibunya,
A be melihat sebuah box kecil.
Didalam box hanya ada
sebuah foto dan potongan
koran usang. Bukan berisi
perhiasan seperti dugaan A be.
Foto berukuran postcard itu
tampak seorang wanita
cantik. Potongan koran usang
memberitakan tentang
seorang wanita berjiwa
pahlawan yang telah
menyelamatkan anaknya dari
musibah kebakaran. Dengan
memeluk erat anaknya dalam
dekapan, menutup dirinya
dengan sprei kasur basah
menerobos api yang sudah
mengepung rumah. Sang
wanita menderita luka bakar
cukup serius sedang anak
dalam dekapannya tidak
terluka sedikitpun.
Walau sudah usang, A be
cukup dewasa untuk
mengetahui siapa wanita
cantik di dalam foto dan siapa
wanita pahlawan yang
dimaksud dalam potongan
koran itu. Dia adalah Ibu
kandung A be. Wanita yang
sekarang terbaring sakit tak
berdaya. Spontan air mata A
be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan
menggenggam foto dan koran
usang tersebut, A be langsung
bersujud disamping ranjang
sang Ibu yang terbaring.
Sambil menahan tangis ia
meminta maaf dan memohon
ampun atas dosa-dosanya
selama ini. Sang Ibu-pun ikut
menangis, terharu dengan
ketulusan hati anaknya. ”
Yang sudah-sudah nak, Ibu
sudah maafkan. Jangan di
ungkit lagi ”.
Setelah ibunya sembuh, A be
bahkan berani membawa
Ibunya belanja
kesupermarket. Walau
menjadi pusat perhatian
banyak orang, A be tetap cuek
bebek. Kemudian peristiwa ini
menarik perhatian kuli tinta
(wartawan). Dan membawa
kisah ini kedalam media cetak
dan elektronik.
Teman2 yang masih punya Ibu
(Mama atau Mami) di rumah,
biar bagaimanapun
kondisinya, segera bersujud di
hadapannya. Selagi masih ada
waktu. Jangan sia-sia kan budi
jasa ibu selama ini yang
merawat dan membesarkan
kita tanpa pamrih. kasih
seorang ibu sungguh mulia.
– happy ending –
sumber : forum.kapanlagi.com

No comments:

Post a Comment

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...