Thursday 3 November 2011

BMW Seri 5 Dengan Rp 27 Juta

Sore itu Bambang & istrinya menumpang mobil Suzuki Carry milik adik iparnya. Kebetulan sang adik datang ke Jakarta memenuhi undangan perkawinan saudara yang 'ngunduh mantu'.
Mobil itu sudah rusak AC-nya, jendela kaca pun diturunkan agar angin berseliweran. Saat itu mereka sedang berada di tol Grogol arah Cawang.  Bambang duduk di sebelah kiri depan. Sang adik ipar memegang kemudi dan istri Bambang duduk di bangku belakang. Mobil berjalan di jalur paling kiri karena laju yang terbatas.
Tiba tiba mobil Suzuki Carry buatan Jepang itu limbung tertiup angin sebab ada sebuah sedan Eropa yang menyalip dengan kecepatan kencang. Bagi si pemilik Suzuki Carry, mobil limbung di jalan adalah hal biasa. Bambang pun tidak ambil pusing dengan duduk yang terombang-ambing. Namun secepat kilat istri Bambang berseru, "Wuihhh, hebat sekali mobil BMW seri 5 itu ya pak... coba kita punya mobil kayak begitu!" Dengan enteng Bambang menimpali, "Doakan saja bu, insya Allah bila Dia berkenan boleh jadi suatu saat kita bisa punya mobil kayak begitu!"
Inilah keinginan seorang istri yang diamini oleh sang suami. Keinginan sepasang suami-istri ini terangkai begitu indah menjadi baluran doa yang terangkat ke langit dan menghadap Sang Pencipta.
"Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya." (QS. 35 : 10)
Namun rangkaian doa yang naik itu tidak begitu saja disukai oleh setan, laknatullah. Setan pun turun ke telinga adik ipar Bambang yang sedang menyetir. Begitu sang adik ipar mendengar tutur Bambang lalu ia pun berkomentar, "Hah, mau beli mobil mewah kayak begitu?! Jangan mimpi, Mas gaji sampeyan sebulan saja gak sampai Rp 1 juta gimana bisa beli mobil seperti itu?"
Bambang menukas dengan enteng, "Kan gak ada yang gak mungkin kalau Allah sudah berkehendak!" "Tapi kan sampeyan harus ukur kemampuan diri. Kalau mimpi mbok ya jangan tinggi-tinggi, nanti kalau tak tercapai jatuhnya sakit!" ejek sang adik ipar.
Kalimat yang terakhir itu begitu terngiang di telinga Bambang. Hatinya terluka oleh ucapan adik iparnya. "Boleh dia menghinaku tidak mampu karena profesiku sebagai dosen... tapi urusan rezeki, Allah Maha Kaya!" gumamnya. "Ya Allah, hamba merasa terhina, tunjukkanlah kekuasaan-Mu bahwa Engkau amat mampu menghadirkan mobil seperti itu untukku!" doa Bambang membatin.
Peristiwa itu sudah berlangsung kira-kira 2 minggu, bahkan Bambang sendiri sudah melupakannya. Usai memberi kuliah di sebuah kelas, tiba-tiba hape Bambang berdering. Ada sebuah nomor yang tidak ia kenal.
"Bang, ini aku Syahrial teman kuliahmu dulu, masih ingat kan?". "Ya, masih" jawab Bambang dengan nada malas. Bambang sungguh kenal Syahrial. Bahkan ketika kuliah dulu mereka begitu akrab sehingga dimana ada Bambang, pasti di situ ada Syahrial. Namun sayang, takdir Allah membuat Syahrial putus persahabatan dari Bambang sebab Syahrial menjadi anak pejabat sukses.
Sejak prestasi kerja ayahnya meroket bahkan menjadi salah satu menteri di era Soeharto, maka Syahrial pun sejak saat itu mulai bergaul dengan gaya hidup anak-anak pejabat zaman itu. Rumah mewah yang banyak, kendaraan tak terhitung, asset berupa tanah, kebun, bangunan adalah pemandangan tak aneh yang dimiliki para pejabat di waktu itu.
Namun itu dulu! Sejak ayahnya tidak lagi menjabat, satu per satu harta benda keluarga itu dijual. Untuk mempertahankan gengsi dan gaya hidup mereka hutang sana-sini kepada siapa saja. Hingga sudah tidak ada lagi orang yang bisa memberi hutang, maka siang itu terbersitlah teman lama bernama Bambang di benak Syahrial.
"Ada apa? tumben kamu mau telpon aku!" tanya Bambang ketus. "Bang..., tolong aku. Aku perlu uang Rp 30 juta. Boleh aku pinjam uangmu?!" tanya Syahrial.
Bambang tahu anak mantan pejabat ini sudah terkenal tukang hutang dimana-mana, Bambang malas meladeni orang stress macam begini. Singkat Bambang membalas, "Aku orang susah. gak punya banyak uang. Rp 30 juta aku gak punya, tapi mungkin kalau Rp 27 juta sih ada!"
Mendengar angka 27 juta, maka terbitlah harapan di benak Syahrial. Ia pun berseru, "Ya sudah, bagaimana aku bisa dapatkan itu?" Bambang menukas, "Kamu mau bayar pakai apa?"
Mendapati komentar Bambang, Syahrial pun tersinggung dan ia berkata, "Jangan menghina Bang! Meski sudah bangkrut seperti ini aku masih punya beberapa mobil yang bisa aku gadaikan untuk jaminan!" Dari seberang pembicaraan Bambang berucap, "Gak usah digadai, kalau kamu mau lepas aja sekalian salah satu mobil itu!"
Dasar orang lagi gelap mata, Syahrial pun berkomentar, "Ya sudah, dimana kamu sekarang dan kemana bisa aku ambil uang 27 juta itu? Kamu akan aku jemput dan kamu boleh datang ke rumah untuk pilih salah satu mobilku!"
Mereka berdua menuju rumah Syahrial. Rumah mewah yang terletak di kawasan selatan Jakarta. Begitu garasi mobil terbuka, di dalamnya terdapat belasan mobil CBU (mobil asli buatan pabrik) dengan warna-warna kinclong mengkilap. Nanar bola mata Bambang menatapi cat mobil-mobil bagus itu tertimpa sinar lampu.
Berbagai macam mobil yang ada ia sambangi dan naiki. Hingga saatnya ada sebuah mobil sedan Eropa berwarna biru tua bermerk BMW terlihat oleh Bambang. Kedua lampu depannya begitu elegan. Bambang amat tertarik dengan mobil ini. Seketika itu juga, terlintas di benaknya akan kejadian 2 minggu lampau saat istrinya berkata, "Wuihhh, hebat sekali mobil BMW seri 5 itu ya pak. Coba kita punya mobil kayak begitu!"
"Apakah mobil ini mirip dengan yang pernah kami lihat dulu, ya Allah?" batin Bambang. Maka ia pun bergegas lari ke arah belakang. Subhanallah.... lampu belakang dan bagian belakang mobil tersebut persis mirip dengan yang pernah dilihat olehnya dan istri. Bambang pun langsung berkata kepada Syahrial, "Yang ini boleh gak?" "Silakan saja kalau kamu mau coba!" jawabnya.
Bambang pun melakukan test-drive. Mobil itu luar biasa nikmat menurut Bambang. Meski seken, namun seperti benar-benar baru sebab jarang dipakai. Akhirnya Bambang pun berkata,"Baiklah aku ambil mobil ini!".
Akhirnya, Bambang benar-benar memiliki BMW seri 5 itu seharga Rp 27 juta. Sore itu juga, Bambang pulang ke rumah dengan mobil barunya. Hatinya amat girang dan penuh syukur kepada Allah SWT. Mobil itu ia parkir di depan mulut gang rumahnya. Ia pun bergegas memberitahukan kepada istrinya bahwa ia sudah membeli mobil idaman. Lalu sang istri pun bersyukur kegirangan.
Selang dua hari kemudian Bambang & istrinya pulang kampung demi berbagi kebahagiaan ini. Orang tua, mertua dan saudara-saudara amat senang dengan karunia indah ini. Bambang berjumpa dengan adik iparnya sang pemilik mobil Suzuki Carry yang pernah berkata kepadanya beberapa minggu lalu, "Hah, mau beli mobil mewah kayak begitu?! Jangan mimpi Mas, gaji sampeyan sebulan saja gak sampai Rp 1 juta gimana bisa beli mobil seperti itu?"
Kini kepadanya Bambang bisa berkata, "Dik, lihat nih seorang dosen yang gajinya tidak sampai Rp 1 juta sebulan. Akhirnya, dengan pertolongan Allah SWT bisa juga membeli mobil mewah seperti ini!"

No comments:

Post a Comment

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...