Thursday 3 November 2011

Pagi itu Syafei hendak berangkat menuju rumah majikannya. Sebelum meninggalkan rumah, ia dilepas dengan sebuah keluhan sang istri perihal biaya pendaftaran kuliah anak mereka sebesar Rp 8 juta.
"Pak, tolong pinjam dulu kepada majikanmu dana untuk anak kita kuliah!" pinta istri Syafei. Namun Syafei tidak berkata sepatah pun menanggapi usulan istrinya. Ia sadar bahwa dana sebesar itu baginya akan membuat sulit hidup demi mengangsur cicilan. Apalagi bila dana itu dipinjam dari bossnya, pasti akan membuat hubungan menjadi tidak enak.
Syafei lebih memilih mengadukan urusannya ini kepada Tuhan manusia, daripada harus diceritakan kepada sesama.
Mulai sejak itu, banyak doa yang dipanjatkan Syafei kepada Allah Swt karena hajat anaknya yang ingin kuliah. "Tidak ada masalah yang besar, semuanya kecil di mata Allah!" gumam Syafei membesarkan hati.
Adegan pagi itu sama seperti hari-hari sebelumnya, Syafei tengah memegang kemudi mobil membawa majikannya ke kantor. Namun tiba-tiba sang majikan tanpa angin tanpa hujan membuka bicara,
"Syafei, nanti kalau sudah sampai ke kantor segera kamu ke divisi General Affair (bagian umum) ya…! Tanya sama mereka vendor dekorasi mana yang terbaik! Saya mau renovasi rumah yang di Kebayoran. Bila sudah ada nama vendornya, segera kontak dan ajak untuk lihat rumah. Saya minta vendor itu untuk ajukan biaya renovasinya. Kalau sudah direnovasi saya mau jual rumah itu. Paham?" tanya sang majikan.
"Paham, Pak!" sahut Syafei sigap.
Syafei menuruti perintah atasannya. Vendor ia kontak dan diajaknya untuk melihat rumah sang majikan. Usai melihat, mengukur dan meninjau rumah, vendor itu berjanji akan mengajukan penawaran biaya renovasi dalam beberapa hari. Dan betul seperti yang dijanjikan, akhirnya pengajuan renovasi rumah itu mereka buat dan dititip ke Syafei.
"Boss, ini pengajuan renovasi rumah Kebayoran dari vendor kemarin…" kata Syafei kepada majikannya. Baru beberapa menit membaca, sang majikan langsung berkomentar, "Kok mahal sekali ya, masa sampai menghabiskan lebih dari Rp 200 juta!"
Syafei menimpal, "Wah mahal betul ya bos!  Kalau boss gak setuju, saya punya teman pemborong yang kerjaannya bagus, dan harga yang jauh lebih murah. Kalo boss masih ragu, semua material boss yang beli, nanti tinggal bayar jasa pengerjaannya saja," jelas Syafei.
Sang majikan sudah kenal betul sifat dan watak Syafei, yang sudah 20 tahun ini mengabdi. Tanpa banyak komentar sang majikan meminta Syafei mengajak temannya yang pemborong itu untuk merenovasi rumah. Benar saja, renovasi rumah lewat teman akrab Syafei hanya memakan dana Rp 60 juta!
Sang majikan senang, karena supirnya telah membuat efisiensi pengeluaran. ia kemudian mempercayakan Syafei untuk menjual langsung rumah yang baru direnovasi tadi.
Dalam perjalanan di atas mobil menuju kantor sang majikan berkata kepada Syafei, "habis ngantar, tolong kamu pergi ke biro iklan. Pasang iklan untuk menjual rumah itu di media-media cetak. Kontak person di iklan itu kamu saja ya! Terus jangan lupa cantumkan harga penjualan Rp 2,3 milyar!" jelas sang majikan kepada Syafei.
Seperti perintah majikan, usai mengantar ke kantor ia pun pergi ke biro iklan, lantas mengisi semua formulir yang perlu diisi di biro iklan. Dalam lembar formulir itu, ia sebutkan semua spesifikasi rumah majikannya berikut seluruh fasilitasnya. Tak lupa ia cantumkan nama dan nomor kontaknya sebagai contact person. Usai mengisi formulir iklan itu, maka lembar itu ia serahkan kepada petugas biro iklan.
Petugas itu membacanya dan sejurus kemudian bertanya, "Pak harga jualnya mau dicantumkan gak?" "Oh iya, tolong cantumkan Mbak...!" sahut Syafei. "Berapa?" kejar sang petugas. Tiba-tiba saja Syafei memegang keningnya, seperti bingung. "Celaka, aku lupa berapa harga yang diminta majikan! 2,3 M atau 3,2 M ya?!" gumamnya.
Terus terang Syafei malu untuk menanyakan hal itu kepada majikannya. Nanti disangka ia teledor dalam bekerja. Lama Syafei mengambil keputusan. Bahkan ia perlu keluar dari kantor biro iklan itu hanya untuk mondar-mandir memutuskan antara 2,3 atau 3,2 angka yang hendak dicantumkan.

Setelah beberapa lama menimbang dan berdoa, tiba-tiba Allah Swt memberi ketenangan di hati Syafei untuk mengambil sebuah keputusan. "Aha
, pasti 3,2 milyar! Lebih bagus 3,2 milyar dicantumkan daripada 2,3. Sebab kalau betul angka yang diminta majikan adalah 3,2 M sedangkan yang saya cantumkan 2,3 M maka pasti tekor 900 juta. Siapa yang mau nombokin?" gumam Syafei.

Syafei pun masuk kembali ke kantor biro iklan sambil berujar, "Mbak, harga jualnya
Rp 3,2 milyar!"
Usai membayar dan menerima struk iklan, Syafei pun kembali ke tempat kerja majikannya.

Keesokannya iklan tayang. Tak seperti diduga, 4 perusahaan mengontak Syafei di hari itu
. Paling hebat penawarannya adalah PT Djarum yang menyatakan minatnya tanpa menawar sedikitpun.
"Hari ini boss ada waktu gak ke notaris?! Alhamdulillah rumah di Kebayoran ada yang berminat. PT Djarum mau ambil rumah itu, hebatnya mereka gak pake nawar lagi" kata Syafei di atas mobil.
Sang majikan surprise mendengarnya. Ia pun bertanya, "Memangnya berapa harga yang kamu tawarkan?"
"Saya kasih harga ke mereka seperti yang boss minta!" jawab Syafei
"Iya, saya tahu tapi berapa harga yang kamu lepas?!" tanya sang majikan sekali lagi.
" 3,2 milyar, boss!" imbuh Syafei
Degg! Sang majikan kaget mendengar harga yang ditawarkan Syafei kepada pembeli. Padahal kemarin harga yang dia minta hanya 2,3 milyar bukannya 3,2 milyar. Seolah gak percaya, sang majikan menyediakan waktu untuk bertemu calon pembeli di notaris hari itu.
Betul saja, rumah itu laku terjual dengan nilai 3,2 milyar rupiah.
Subhanallah, Syafei sudah memberi keuntungan kepada majikannya sebanyak Rp 900 juta! Belum lagi efisiensi biaya renovasi rumah yang tidak kurang dari 140 juta rupiah.
Rejeki Nomplok
Sang majikan mengulum senyum tanda puas atas dedikasi Syafei. Usai dari kantor notaris, di atas mobil sang majikan berkata, "Nanti sampai di kantor bilang kepada sekretaris saya bahwa kamu disuruh saya untuk buat paspor ya! Gak usah pake nanya macam-macam, pokoknya kamu bikin paspor Syafei!" tegas majikannya.
Syafei hanya menuruti perintah majikannya. Belakangan ia tahu bahwa ia mau diajak umrah sama majikannya sebagai syukuran atas penjualan rumah. Syafei mensyukuri karunia Allah Swt yang tak terduga ini.
Beberapa hari lagi menjelang umrah, sang majikan berkata kepada Syafei dalam perjalanan pulang menuju rumah majikannya "Syafei, kita kan mau pergi ibadah umrah meninggalkan keluarga. Ini kebetulan ada rejeki. Jangan dilihat besar-kecilnya. Salam saya buat istri dan anak-anakmu!" Syafei menerima sebuah amplop putih cukup tebal dari majikannya. Ia berucap hamdalah dan berterima kasih atas pemberian itu. Usai mengantar majikan pulang, Syafei pun meluncur menuju rumahnya.
Sesampai di rumah, amplop putih titipan majikan ia berikan kepada istrinya. Betapa terkejut sang istri begitu menghitung uang yang diberikan. Rp 8 juta. Angka yang sama seperti kebutuhan keluarga Syafei untuk biaya daftar anaknya kuliah. Lebih hebat lagi, rupanya Allah Swt mengundang Syafei untuk berangkat umrah menuju rumahNya lewat cara yang tidak pernah ia duga.

No comments:

Post a Comment

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...