Saturday, 24 March 2012

Pelajaran dan Faedah dari Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah; Nostalgia Tujuh Belas Tahun Yang Lalu (Bag 1)

Ketika itu kami baru saja menyelesaikan kuliah di LIPIA [Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab] Jakarta yang merupakan cabang dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Sa’ud Riyadl KSA, setelah kuliah selama tiga tahun untuk program I’dad Lughawi dan Takmili, tepatnya pada tahun 1996  M atau 1416 H. Kami sengaja tidak melanjutkan ke kuliah Syari’ah di LIPIA karena besar harapan kami bisa melanjutkan studi di Timur Tengah, dengan bertalaqqi [mengambil ilmu] langsung kepada para Ulama’ di sana.
Sebelum pulang ke kota Malang kami ikuti beberapa Daurah bermanfaat, diantaranya Daurah di Ma’had Al-Imam Asy-Syafi’i Cilacap selama beberapa hari yang diisi oleh para asatidz dari Indonesia.
Kemudian tanpa pulang ke kota Malang langsung berangkat menuju Ma’had Al-Irsyad Tengaran Salatiga Jawa Tengah untuk menghadiri Daurah selama beberapa hari yang langsung dipimpin oleh para Ulama’ dari Timur Tengah, diantaranya Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah At-Tamimi hafidhahullah dari Universitas Islam Madinah KSA dan para masyayikh lainnya.
Beliau Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah At-Tamimi hafidhahullah adalah pakar ilmu aqidah terutama permasalahan Al-Asma’ Wa Ash-Shifaat [nama-nama dan sifat-sifat Allah]. Beliau banyak menulis kitab tentang  Al-Asma’ Wa Ash-Shifaat dan melalui tangan beliaulah Allah membukakan untuk kami  kemudahan dalam memahami permasalahan yang amat sangat penting tersebut, seakan merupakan kunci untuk mendalaminya setelah itu, alhamdulillah, wa jazahumullah khoir.
Daurah ini diikuti oleh para asatidz seindonesia termasuk para asatidz senior. Sebagai bentuk syukur kepada Allah, alhamdulillah, ketika diadakan ujian pada akhir Daurah tersebut, kami mendapatkan nilai tertinggi, rangking satu, bersama dengan ustadz Ahmas Fais, mudir Ma’had Imam Bukhari Solo dengan nilai sama. Dengan nilai seperti itu kami berharap bisa diterima di Universitas Islam Madinah karena saat itu kami langsung di tes oleh beliau Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah At-Tamimi hafidhahullah untuk penerimaan mahasiswa di  Universitas Islam Madinah tersebut. Tapi qodarullah, kami tidak diterima di Universitas Islam Madinah walau sudah beberapa kali ikut tes dan bahkan sempat rangking satu. Ternyata Allah menghendaki lain, Allah memilihkan untuk kami yang lebih baik, yaitu kami mendapat beasiswa untuk berguru langsung [bermulazamah] kepada seorang Ulama’ besar yang keilmuannya diakui dan dijadikan rujukan oleh ummat Islam di seluruh dunia, beliau adalah Guru sekaligus Ayah kami Fadlilatusy Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-’Utsaimin rahimahullah di Unaizah, Al-Qasim KSA. Kami mulazamah kepada beliau selama empat tahun, sampai beliau wafat, rahimahullah rahmatan waasi’ah, amien. Sungguh segala sesuatu itu yang telah ditetapkan Allah itu pasti mengandung hikmah karena Allah adalah Al-Hakiim, dan kita harus pandai-pandai menyingkap hikmah dari setiap kejadian dalam kehidupan ini.
Setelah itu pulang ke Malang, dan ternyata di kota Malang telah menanti Daurah Ilmiyyah lagi yang langsung dipimpin oleh Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah, beliau memimpin Daurah ini seorang diri dengan kepanitiaan yang ditangani oleh teman-teman dari kota Malang. Ini adalah merupakan kunjungan beliau ke Indonesia untuk pertama kalinya, dan beliau sangat terkesan dalam kunjungan yang pertama kali ini.
Daurah di kota Malang ini berlangsung selama tiga hari bertempat di TK [Taman Kanak-Kanak] Al-Irsyad, sebuah tempat yang amat sangat sederhana. Daurah ini dihadiri oleh para penuntut ilmu, para da’i dan para asatidz dari seluruh Indonesia. Kami masih ingat betul, diantara yang ikut menjadi perserta Daurah ini adalah Al-Ustadz Aunur Rafiq Ghufron hafidhahullah, Mudir Ma’had Al-Furqan Gresik. Beliau adalah peserta paling sepuh dan kami amat sangat kagum dengan ketawadlu’an, keikhlasan dan kesederhanaan beliau yang mengingatkan kami kepada akhlak para salafush shaleh rahimahumullah, semoga Allah berikan kepada beliau keistiqomahan dan husnul khatimah, amien.
Daurah di kota Malang ini membahas beberapa materi, diantaranya;
1.    Kitab Al-Wala’ Wal Bara’ karya Fadlilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidhahullah.
2.    Al-Ushul As-Sittah karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
3.    Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah karya Al-Imam Ibnu Abi Dawud [wafat 310 atau 316 H] yang dikenal dengan Qashidah Ha’iyyah
4.    Hafalan Surat Al-Hujurat.
5.    Dan materi taushiah umum.
Selama Daurah berlangsung, beliau Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah tidak tinggal di rumah mewah atau hotel berbintang, akan tetapi tinggal di sebuah kamar sederhana di salah satu sudut TK Al-Irsyad tempat daurah diadakan, bahkan kendaraan yang disediakan oleh panitia Daurah untuk transportasi beliau adalah sepeda motor, dan beliau mau dibonceng sepeda motor, bahkan beliau senang penuh suka cita saat dibonceng sepeda motor itu, subhanallah. Bukannya panitia tidak menghormati tamu, akan tetapi memang itulah kemampuan panitia Daurah saat itu, tujuh belas tahun yang lalu. Pelajaran ketawadlu’an, kerendahan hati dan keikhlasan kami dapatkan kembali.
Setelah shalat Jum’at di Masjid An-Nur Jagalan Malang –waktu itu masjid An-Nur Jagalan masih belum dibangun seperti sekarang ini- beliau kami ajak untuk makan siang di rumah kami bersama sebagian ikhwah dan asatidzah, alhamdulillah beliau sangat menyenangkan ketika kami menjamu beliau dan beliau menikmati hidangan yang ada dengan senang hati. Kami masih ingat betul, ketika itu di dekat beliau ada ‘perkedel’ dan sepertinya beliau cocok sekali dengannya.
Suasana Daurah dan berbagai kegiatan yang beliau adakan pada saat itu cukup santai, tidak terburu-buru dan benar-benar memuaskan karena tidak terikat oleh aturan protokoler yang menjadikan suasana terkesan kaku dan serba dipaksakan.
Sungguh benar apa yang selalu dinasehatkan oleh para salafush shaleh tentang pentingnya adab, karena dengan adab dan akhlak yang mulia dakwah ini menjadi semakin indah dan sempurna dan hal inilah yang menjadikan manusia tertarik untuk masuk ke dalam agama Islam. Berkata Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah: “Aku belajar adab tiga puluh tahun, dan aku belajar ilmu dua puluh tahun. Dan mereka dahulu [para salafush shaleh] belajar adab dahulu sebelum belajar ilmu”. [Ghayatun Nihayah Fi Thabaqaatil Qurraa' 1/198].
Siapapun yang mengenal beliau Fadlilatusy Syaikh Prof. Dr. Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin Al-’Abbad Al-Badr hafidhahullah pasti mencintai beliau. Pertama kami melihat beliau langsung jatuh cinta, dan setelah bergaul dengan beliau ternyata cinta itu semakin bertambah karena ilmu, adab, akhlak dan berbagai sifat baik lainnya yang ada pada diri beliau, termasuk keakrabannya dengan para penuntut ilmu, ketawadlu’an, kerendahan hati dan keikhlasan. Tidak berlebihan jika kami katakan bahwa ilmu beliau ibarat lautan yang luas dan dalam. Tenang dalam penyampaian materi, jelas dan mudah dipahami oleh siapa saja yang mendengarnya. Ini adalah salah satu kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada hambaNya… [Abdullah Shaleh Hadrami/ASH]
Belajar Adab Sebelum Belajar Ilmu

No comments:

Post a Comment

Sikap terhadap pemimpin yang dzalim

Penulis Muhammad Abduh Tuasikal, MSc -  January 25, 2013 Rosululloh shallahu alaihi wasallam bersabda : “Saya memberi wasiat kepada kalian...